Kaum Alya B. Purwakania Hasan Eny Suwarni
Al Azhar Universitas Indonesia
Indonesia
Tidak seperti negara-negara lain di mana masyarakat adat
membentuk kelompok-kelompok minoritas, di Indonesia mayoritas penduduk
(kira-kira 95%) adalah penduduk asli (pribumi). Ada lebih dari 300
kelompok-kelompok etnis di Indonesia yang hidup berdampingan dan dalam beberapa
kasus membentuk batas-batas antar etnik kabur. Selain itu, Indonesia telah adat
unik model Pendidikan Balita yang berbeda dari negara-negara lain. Masyarakat
awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia dinyatakan dalam hukum dan peraturan
pemerintah nasional isi lokal di kurikulum pendidikan. Isi lokal didefinisikan
sebagai program pendidikan, bahan dan transfer media, yang mana berhubungan dengan
alami, dan lingkungan budaya sosial dan kebutuhan pembangunan regional yang
diajarkan kepada siswa. Tujuan karya ini adalah untuk menerangkan pelaksanaan
Pendidikan Anak Usia Dini Masyarakat Adat untuk mempromosikan secara fisik,
intelektual, sosial, pertumbuhan emosional dari anak-anak di bawah umur tiga
tahun di Indonesia. Karya ini juga bermaksud untuk menjelaskan
hambatan-hambatan yang dihadapi dan merekomendasikan langkah-langkah perbaikan.
Kata Kunci: Psikologi Perkembangan, pendidikan anak usia dini, layanan
kesehatan terpadu, kesadaran multibudaya, Analisis Kebijakan
Pendahuluan
1 usia dini
adalah sebuah periode penting bagi perkembangan seorang anak. Kenyataannya,
perkembangan balita mulai dari prenatal di otak yang sebagai pusat
Versi terdahulu dari karya ini yang disampaikan pada konferensi ARNEC 2011,
Singapura.
Korespondensi tentang artikel ini harus ditujukan kepada kaum Alya B.
Purwakania Hasan, Lecuturer dan Eny Suwarni, Peneliti Senior, Universitas Al
Azhar Indonesia, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta, Indonesia. Pesan elektronik
mungkin dikirim ke aliah@uai.ac.id.
Kecerdasan berkembang
dengan cepat. Setelah lahir, demyelination sel-sel otak telah terjadi dan
membentuk jalinan kedutaan besar atau kompleks yang memungkinkan anak-anak
untuk berpikir secara logis dan rasional pada kehidupan nanti. Penelitian di
bidang neurologi dan lain-lain mengungkapkan bahwa ukuran otak anak pada umur 2
telah mencapai 75% dan pada umur 5 telah mencapai 90% dari ukuran otak
(Santrock dewasa, 2002). Lebih-lebih lagi, organ-organ indera seperti mata,
pendengaran, bau, rasa, sentuh dan organ keseimbangan juga tumbuh dengan cepat.
Sedikit demi sedikit anak-anak dapat menyerap informasi dari
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Lingkungan mereka
melalui organ indera proses dan ia menggunakan otak mereka.
Pendidikan Anak Usia
Dini sesuai sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (Bredekamp,
1987). Dalam studi longitudinal dalam bidang psikologi perkembangan telah
menetapkan bahwa kondisi yang dialami oleh anak selama kehidupan awal
mempengaruhi perilaku nanti pada dewasa. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam
sebuah lingkungan interaksi kuat kedua di rumah dan di playgroup atau setelan
tk belajar untuk mendengarkan dan melantunkan kata-kata dengan benar dari orang-orang
yang tidak. Pada saat memasuki sekolah, sifat dapat dikembangkan perilaku
positif maupun negatif, tergantung pada lingkungan di mana anak-anak yang
dibesarkan (Olsen & Maertin, 1999; Saltaris et al., 2004; Karr-Morse &
Wiley, 1997;, 2002) Muda.
Teori konvergensi oleh William Stern (Semiawan, 2002)
mengakui pengaruh lingkungan dan genetik dalam beberapa kemampuan development
anak. Konsepsi yang lain pada pengembangan anak mengungkapkan pemikiran
konvensional yang telah di-upgrade pada pendidikan anak usia dini dalam
paradigma tabularasa yang mendominasi. Paradigma ini adalah yang diberitahukan
oleh Piaget, teori perkembangan kognitif dan Vygotsky teori kontekstual, Erik
Erikson teori psikososial, Smilansky kegiatan bermain, dan teori Bronfenbrenner
teori berlangganan perspektif ekologi sosialisasi anak-anak. Perspektif Ekologi
berfokus pada interrelation antara sifat manusia dan lingkungan. Dalam
ecological
, empat struktur dasar perspektif gagasan-gagasan yang
mencakup micro, meso, exo dan sistem makro yang mengandung (Bronfenbrenner,
1997). Microsystem keluarga dan hubungan antara anggota keluarga. Ketika anak
itu membesar dan mulai masuk sekolah, ia adalah dalam mesosystem. Exosystem
adalah setelan di mana anak-anak tidak berpartisipasi secara aktif tetapi
terpapar untuk berbagai sistem berpengaruh yang mencakup orang tua dan beragam
lingkungan masyarakat lainnya. Macrosystem adalah tentang budaya, gaya hidup
dan masyarakat di mana anak itu membesar. Semua sistem-sistem ini mempengaruhi
satu sama lain dan dampak pada pengembangan anak. Perspektif ini sejalan dengan
anggapan bahwa semua komponen sistem mempengaruhi nurturance dan pendidikan
holistik anak-anak (Berns, 1997).
Paradigma saat ini dalam pendidikan anak usia dini menekankan pada pentingnya
memelihara oleh semua lingkungan bersama mengandung untuk mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai bentuk plural, dan berbagai individu
yang unik. Sejalan dengan kebutuhan hierarki di Maslow (1978, dalam teori alat
cukur, 1993), proses pengembangan anak adalah dipengaruhi oleh kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan utama termasuk berbagai. Ia termasuk makanan, pakaian, dan
perumahan; serta kasih sayang, perhatian, keamanan, dan rasa hormat bagi
anak-anak untuk mengalami peluang untuk self terwujudnya yang pada gilirannya l
memicu kebutuhan untuk mengembangkan potensi menghormat. Memenuhi kebutuhan
pengembangan ini banyak tergantung pada bagaimana lingkungan berinteraksi
dengan
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Anak-anak. Berbagai siklus berinteraksi antara lingkungan
dan individu memberikan kasih sayang anak dan kesempatan untuk mewujudkan visi
menurut standar-standar yang berlaku di Developmentally perkembangan amalan
yang sesuai (Horowitz, Darling-Hammond, & Bransford, 2005).
Dalam seminar "inEducation Multiculural Perpectives Anak Awal:
Pendekatan Multibudaya dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini",-DirectorGeneral
Non-pendidikan formal, Departemen Pendidikan Nasional, Hamid Muhammad (2011)
berkomentar bahwa pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting
dalam upaya untuk menyiapkan perkembangan anak yang optimal. Sebagai basis
untuk belajar, pendidikan anak usia dini harus dapat mengantisipasi kebutuhan
pendidikan anak-anak. Pengakuan terhadap pentingnya awal kanak-kanak,
pemerintah telah dikembangkan dan mengesahkan didirikan berbagai kebijakan dan
strategi kebijakan TI untuk pendidikan anak usia dini pencapaian langsung atas
pemerataan, tenaga kerja berkualitas untuk memenuhi persyaratan yang relevan
dan kebutuhan masyarakat. Tujuan utama dari pemerintah adalah untuk memastikan
ketersediaan dan akses ke layanan balita terjangkau untuk semua lapisan
masyarakat. Selain itu, pemerintah juga mencoba untuk memastikan bahwa setiap
anak di negara tersebut mendapat layanan balita sebagai tanah untuk menyediakan
mereka untuk pendidikan yang lebih tinggi berikutnya.
Hamid menyatakan bahwa peraturan untuk pendidikan balita di Indonesia yang
bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan anak-anak
Dan potensi luas dan
mempersiapkan kreativitas anak-anak pada pendaftaran tingkat pendidikan
berikutnya. Untuk mencapai tujuan, perkembangan balita harus menyetel melalui
pendekatan holistik integratif dari kurikulum. Pengembangan balita tidak
menekankan hanya pada aspek pendidikan, tetapi juga mencakup aspek pada
nutrisi, kesehatan, parenting, dan layanan perlindungan anak. Sejak Indonesia
terdiri dari suku, agama multietnik dan/atau, dan budaya, kebijakan dalam
pengembangan balita memerlukan internalization pengetahuan budaya dan persepsi
ke dalam proses parenting dan layanan perlindungan anak. Lebih lanjut, penulis
menggambarkan visi dari anak-anak multikultural yang pasti adalah sangat
penting untuk memastikan membentuk karakter anak-anak, yang lebih toleran dan
memiliki keyakinan untuk lebih tinggi dan bermartabat bangsa. Pernyataan-nya
menekankan pada kebijakan-kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan formal
maupun non formal, Departemen Pendidikan Nasional Indonesia di mana misi
pertama mereka adalah untuk mengembangkan adil pendidikan anak usia dini,
berdasarkan pada kualitas dan potensi lokal.
Sementara itu dalam seminar yang sama Wimbarti (2011),
dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, menyatakan bahwa pengembangan
pendidikan budaya pluralistik di tingkat pendidikan anak usia dini perlu
mengembangkan dibutuhkan segera. Sentimen kesedaran diri yang telah dimulai
ketika anak itu adalah masih muda. Sementara anak itu membesar lebih, ia
bergabung dalam sebuah lingkaran sosial yang lebih besar. Ia adalah, kemudian,
waktu yang tepat untuk datang dalam hubungi
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Dengan lebih beragam
pendidikan budaya dari ketika mereka lebih muda, karena ini adalah sebuah
periode kritis di mana nilai-nilai dasar kemanusiaan diberikan/dipelajari. Dia menyatakan
bahwa budaya yang majemuk pendidikan dapat diberikan kepada anak-anak dalam
berbagai cara, salah satu contoh adalah melalui seni. Lazim adalah salah satu
media yang cukup kuat untuk menegakkan nilai-nilai dalam keluarga dan
masyarakat.
Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini adalah suatu fase yang tidak
dapat diabaikan karena ia menentukan pengembangan dan keberhasilan anak-anak
dalam aspek psikologis. Sebagai pengetahuan dan sains dikembangkan, pengakuan
pentingnya layanan pendidikan anak usia dini cenderung untuk meningkatkan
Indonesia kondisi masyarakat multi-etnis dan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan formal maupun non formal,
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia untuk membuat pendidikan anak usia
dini dapat diakses oleh publik, berdasarkan pada kualitas dan potensi lokal,
cukup tantangan bagi bangsa dan pemerintah Indonesia.
Tujuan penelitian dan Pertanyaan
Meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya pendidikan anak usia dini,
orang tua, bisnis, dan jumlah sekolah dasar yang memerlukan calon siswa untuk
pergi melalui pendidikan tk telah diminta munculnya dan pengembangan pendidikan
anak usia dini penyedia layanan, seperti TPA, playgroups, taman kanak-kanak dan
unit lain setara
Pendidikan Anak Usia
Dini. Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal, terdapat 56,544
lembaga terdaftar, yang terdiri dari 523 perawatan anak atau taman asuhan
taman, 20,143 playgroups, dan 35,827 lembaga post balita (ECE Direktorat, 2007
di Fidesrinur, 2008). jenis educationwas non-formal tumbuh karena dukungan dari
pemerintah dan organisasi non-pemerintah. Sebagian besar dari lembaga-lembaga
ini dimotori oleh masyarakat ibu PKK, pos-pos pusat kesehatan Terpadu
(posyandu), ornop (LSM), dan lembaga-lembaga keagamaan (Fidesrinur, 2008).
Meningkatnya lembaga ECE yang ditunjukkan orang tua Indonesia' peningkatan
perhatian dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak mereka pada tahap
awal. Namun, pemerintah harus mengatur, memantau dan mengevaluasi
lembaga-lembaga ini untuk mencapai kualitas pendidikan yang disediakan.
Indonesia harus mengetahui tingkat multi-kekayaan budaya lokal yang mendukung
atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Pemerintah seharusnya
mendukung masyarakat untuk mengakui program ECE dan lembaga-lembaga, baik
formal dan pendidikan informal. Pendidikan yang sendiri seharusnya mengatur
cara orang-orang memerlukan. Pemerintah harus mengembangkan sistem pendidikan
yang berakar ke keadaan setempat.
Karya ini menjelaskan bagaimana pemerintah Indonesia telah mengembangkan
ECE adat dengan kesadaran multibudaya bagi anak kecil (0 - 3 tahun) sesuai
dengan pendapat publik. Sebuah program ECE adat berkelanjutan
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Gambar 1. Kerangka Teoritis
Mendukung pertumbuhan
dan perkembangan anak-anak.
Justru itu, kebijakan pemerintah adalah sangat penting,
yang menunjukkan urgensi program. Karya ini akan membahas kebijakan pemerintah
yang mendukung pengembangan ECE masyarakat adat di Indonesia dan bagaimana
pelaksanaan kebijakan ini. Dalam membahas pelaksanaan kebijakan pemerintah, ia
memerlukan untuk memahami pentingnya tradisi lokal dan tradisi-tradisi ini.
Pemerintah juga harus mempertimbangkan bagaimana pola interaksi populasi yang
mungkin merangsang atau menghambat pelaksanaan program pendidikan anak usia
dini. Oleh situasi yang ada, menganalisis karya ini akan membahas bagaimana
masyarakat adat program ECE efektif harus mengembangkan di Indonesia.
Metode Penelitian agar
Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas, artikel ini mendalami terkait
Diikuti oleh
wawancara sastra dan pengamatan dengan para ahli di bidang. Analisis Kebijakan
yang sedang dilakukan melalui kajian literatur dan analitical isi hukum
pemerintah Indonesia. Analisis ini telah digunakan untuk memberikan pengetahuan
topik penelitian. Sementara itu, untuk melihat bagaimana kebijakan ini sedang
dilaksanakan, studi lapangan menggunakan pengamatan dan wawancara dilakukan
dalam tiga suku kaum yang lain oleh Betawi, Kampung Naga dan Bantetn Kanekes ()
untuk memahami kehidupan masyarakat dan pola interaksi yang digunakan dalam
etnis khusus ini sebagai perwakilan etnis di Indonesia. Metode pengumpulan data
yang dimaksudkan. untuk menangkap makna sosial dan psikologis dan kegiatan
biasa orang dalam setelan yang terbentuk dari proses. Pemerhatian petunjuk
telah digunakan lembar menerangkan kegiatan sehari-hari sesuai dengan
pendidikan dan pengembangan balita. Wawancara lembar petunjuk membantu ketika
mempertanyakan informan'
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Pengetahuan tentang
kebijakan pemerintah ECE dan implementasi di desa-desa mereka. Pada pertama,
sistim informant adalah kepala ketiga desa, yang cukup terkenal
aktiviti-aktiviti masyarakat. Para peserta diminta untuk mengenali informant
lain yang mewakili masyarakat, menggunakan sampling rantai, terdiri dari ayah,
ibu dan para pendidik lokal. Wawancara petunjuk terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
tentang informan' pengetahuan tentang kebijakan pemerintah ECE dan implementasi
di desa-desa mereka. Perbincangan wawancara dan dicatat untuk analisis
lanjutan. Risalah telah diproses untuk melihat persamaan-persamaan dan
perbedaan antara setiap informan untuk melihat pola-pola ECE tertentu di setiap
desa.
Analisis Kebijakan ECE
Untuk membangun dan mengembangkan pendidikan anak usia dini, berbagai
kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Secara umum, beberapa
sistem regulasi telah terhubung ke ECE. Terutama, mengenai ECE sendiri dan
konten lokal yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Selain itu,
Departemen Kesehatan mengeluarkan peraturan tentang sebuah aktivitas keluarga
berencana yang diakibatkannya layanan keluarga untuk anak-anak di bawah usia
lima tahun (Bina Unia Balita atau BKB) dan pusat kesehatan terpadu
post (Posyandu). BKB dan Posyandu cenderung mendukung operasi ECE di
beberapa wilayah dan menjadi BKB-Posyandu-PAUD, walaupun ECE model juga dapat
Beroperasi secara mandiri.
Berbagai persyaratan mengenai pendidikan anak usia dini terkandung dalam
Hukum No. No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya berkaitan
dengan persyaratan semua tingkat pendidikan, dari Pendidikan Anak Usia Dini untuk
pendidikan yang lebih tinggi. Bagian VII dari Pendidikan Anak Usia Dini Pasal
28 yang ditetapkan (1) pendidikan anak usia dini dianggap sebelum pendidikan
dasar, (2) pendidikan anak usia dini dapat diatur melalui pendidikan formal,
non formal, dan / atau pendidikan informal. (3) dalam bentuk pendidikan formal
di tk publik atau taman kanak-kanak (TK), tk Islam atau raudhatul
athfal (RA), dan lain-lain bentuk sebanding, (4) pendidikan anak usia
dini dalam garis bentuk pendidikan non-formal adalah memainkan taman asuhan
taman dan grup, atau bentuk setara lainnya. (5) pendidikan anak usia dini dalam
bentuk pendidikan informal adalah pendidikan keluarga atau pendidikan
lingkungan. Lebih menyatakan, persyaratan mengenai pendidikan anak usia dini
lebih spesifik peraturan pemerintah.
Menyatakan dari Hukum
Pendidikan Nasional No. No 20/2003 Pasal 28 ayat 1, yang awal kanak-kanak
pendidikan di Indonesia adalah sebelum pendidikan dasar, di mana kita telah
menyimpulkan rentang awal kanak-kanak di negara ini adalah berusia 0 - 6 tahun.
Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebuah upaya struktural, ditujukan bagi
anak-anak diberikan sedini mungkin melalui penyediaan stimulasi pendidikan
untuk mendukung pertumbuhan rohani dan fizikal mereka dan pengembangan
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Untuk pendidikan
formal, non formal dan cara-cara informal. Pendidikan Anak Usia Dini adalah
sebuah bentuk yang berfokus pada penyediaan pendidikan dasar terhadap anak-anak
pertumbuhan lebih lanjut. Fungsi awal kanak-kanak adalah untuk mengembangkan
semua aspek-aspek perkembangan anak, termasuk pengembangan fisik (lenan halus
dan koordinasi motor kotor), (kecerdasan akademik intelektual, kreativitas,
ataupun emosional, kecerdasan rohani), sosio-emosional (sikap dan perilaku dan
agama), gangguan kognitif, bahasa-komunikasi, kemandirian dan kesehatan pribadi
sesuai dengan keunikan mereka dan tahap-tahap perkembangan.
Pemerintah Indonesia juga disetujui Peraturan Nasional No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Pentingnya konten lokal dalam pendidikan
anak-anak menekankan pada peraturan ini, mulai dari sekolah dasar. Departemen
Pendidikan Nasional mengatur konten lokal dari Peraturan Departemen Nr 22 /
2006 pada isi standar pendidikan. Konten lokal dapat berasal dari
tradisi-tradisi dan nilai-nilai kuno di daerah-daerah tersebut. Peraturan ini
menyatakan pentingnya konten lokal dalam kurikulum nasional, walaupun mereka
juga menunjukkan pentingnya pengetahuan lokal dalam pendidikan nasional secara
keseluruhan.
Sebagai tambahan untuk peraturan balita, pemerintah juga terlibat dalam
meningkatkan kesejahteraan anak-anak dalam setiap aspek dan menyatakan dalam
beberapa peraturan lain, seperti Peraturan Nasional No. 10 / 1992 pada
perkembangan populasi dan Kesejahteraan Keluarga
Pembangunan,
Peraturan Nasional No. 23 / 2002 tentang Perlindungan Anak, Peraturan Nasional
No. 23 / 1992 pada kesehatan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 pada
pelaksanaan pembangunan kesejahteraan keluarga. Peraturan ini menegakkan
kerjasama antara departemen pemerintah, yang mengakibatkan dalam bentuk yang melibatkan
di bawah lima tahun keluarga anak-anak masyarakat dalam Pusat Kesehatan Terpadu
(BKB Post-Posyandu), bekerja sama dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang
meliputi BKB-Posyandu-Program PAUD.
Posyandu adalah sebuah kegiatan kesehatan dasar terorganisir dari, oleh dan
untuk orang dibantu oleh para pekerja kesehatan. Oleh karena itu, Posyandu
merupakan bentuk kegiatan dukungan diri dari kesehatan publik di bawah tanggung
jawab dari kepala desa. Posyandu didirikan melalui sebuah deklarasi bersama antara
Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), para pemimpin masyarakat dan mendorong
Kesejahteraan Keluarga (PKK), yang diluncurkan pada tahun 1986. Keberadaan
legitimasi Posyandu dikukuhkan oleh Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan
Otonomi Daerah, tertanggal 13 Juni, 2001. Kegiatan Posyandu sangat berbeda dari
kegiatan balita. Posyandu adalah lebih diarahkan untuk meningkatkan gizi dan
kesehatan anak-anak, khususnya di bawah lima tahun dan ECE adalah lebih
diarahkan untuk anak-anak, perasaan, intelektual, dan kepercayaan proses
pembelajaran sosial.
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Namun, ini tidak berarti bahwa posyandu tidak dapat mendukung pengembangan
balita. Terdapat 5 - 6 kegiatan yang ada dalam layanan Posyandu setiap bulan
memusatkan perhatian pada perkembangan anak, yang merupakan Kesehatan Ibu dan
Anak perawatan (layanan ibu hamil, ibu post partum-care, ibu menyusui services,
dan bayi serta anak balita layanan), layanan keluarga berencana, imunisasi,
gizi dengan bobot bayi program (menggunakan tabel lima untuk pendaftaran,
berbobot, rekaman, dan gizi paket bantuan konseling). Selama pengembangan dalam
periode desentralisasi Indonesia, juga mengembangkan anak-anak posyandu
kegiatan bermain atau Bina Unia Balita (BKB). Anak-anak mempunyai waktu untuk
bermain, sementara para ibu menunggu dan membahas sembilan fakta-fakta anak
awal pembangunan care dan deteksi dini pada anak-anak di bawah usia lima tahun
pertumbuhan dan pembangunan. Fakta-fakta sembilan terdiri dari pengobatan
kehamilan, kelahiran dan pasca partum, anak-anak dan keluarga-keluarga nutrisi,
anak-anak, perawatan kesehatan care untuk anak-anak yang sehat, kebersihan dan
kesehatan, rumah, pencegahan kecelakaan di rumah, game menarik, diawasi game,
dan setel dalam peraturan dengan penjelasan untuk anak-anak. Deteksi dini pada
anak-anak di bawah usia lima tahun oleh gerakan kotor, pelatihan gerakan halus,
pemerhatian berkembang, pelatihan pengembangan berbicara, pengembangan
sosialisasi, dan meningkatkan kemandirian dan disiplin. Oleh karena itu, posisi
posyandu selama periode otonomi daerah adalah sebagai kesehatan
Penyedia Perawatan yang juga bekerja sebagai taman
bermain bagi anak-anak dan layanan informasi distribusi bagi para ibu. Tetapi
tanggung jawab utama posyandu adalah dalam sektor kesehatan utama daripada
pendidikan.
Tradisi etnis dan
Potensi Lokal
Menurut Direktorat
Jenderal Pendidikan formal maupun non formal kebijakan Indonesia, misi pertama
mereka adalah untuk mengembangkan pendidikan anak usia dini, adil berdasarkan
potensi lokal dan kualitas. Untuk memenuhi misi tersebut, Indonesia memiliki
potensi keragaman budaya setempat. Ada sebuah budaya tertentu yang dikaitkan
dengan anak-anak yang telah berusia kurang dari tiga tahun, termasuk upacara
tradisional untuk ibu hamil, ritual untuk bayi yang baru lahir, tradisi sanggup
melontarkan, makanan tradisional, permainan tradisional dan seni, dongeng dan
performa seni tradisional. Masing-masing mempunyai signifikans penting untuk
perkembangan anak-anak dalam suku-suku mereka.
Upacara tradisional Ibu Hamil
Terdapat berbagai upacara tradisional khususnya, untuk ibu hamil di Indonesia,
yang biasanya muncul dalam bentuk ritual mandi hamil atau mandihamil.
Tidak semua perempuan yang mendapatkan pregnantthe pertama kali harus menjalani
ritual mandi ini. Dikatakan bahwa orang-orang yang harus menjalani upacara ini
adalah orang-orang yang telah dilakukan oleh nenek moyangnya ia turun-temurun.
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Dalam upacara mandi, hamil ibu diharapkan pada
kenyataannya memiliki kewajiban ini, tetapi tidak untuk karena bayi yang baru
lahir, tergantung pada status ayahnya di masyarakat dan akibatnya ibu harus
menjalani demikian juga. Kelalaian mungkin kononnya disebabkan ibu atau salah
satu kerabat dekat 'seclusion'. Sebagai hasil dari anak eclusion', ia mungkin
decelerate proses persalinan. Baru-baru ini, banyak ibu muda melaksanakan
upacara ini dalam bentuk yang sangat sederhana tanpa kewajiban, tetapi karena takut.
Tujuan utama dari berbagai upacara ini adalah untuk menangkis roh-roh jahat
yang dapat mengganggu dengan kehamilan. Upacara-upacara jenis ini adalah salah
satu wilayah tersebut untuk ditengah bervariasi, namun secara umum lain dapat
dibagi ke dalam periode tertentu, yang jangka waktu 3-4 bulan atau 7 bulan
dalam kehamilan dan peristiwa-peristiwa alam khusus.
Waktu 3-5 bulan
kehamilan sedang dilaksanakan untuk perdamaian dan menjadikan siangnya
menghormati ibu dalam menjalani tugas baru, atas dan di atas sebuah ekspresi
gembira ketika menyadari arti keberadaan kehidupan baru dalam perut ibu dan
kesiapan untuk keluarga dalam menyiapkan stimulasi lebih lanjut. Acara ini juga
biasanya dilakukan untuk menghindari keguguran, khususnya selama kehamilan
pertama. Sebagai contoh: Ngaladak Bunting oleh suku
Dayak, Ngupatsaya oleh suku Jawa, Upacara oleh
suku Aceh, laksana andothers. Upacara Bunting Ngaladak sedang
berlangsung di orang-orang yang telah kawin di kamar tidur pasangan, tiga bulan
setelah kehamilan. Ngupati adalah acara perayaan setelah 4
Bulan kehamilan, dan
biasanya untuk mengundang tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya untuk
berdoa bagi ibu dan keselamatan bayi. Upacara di Aceh pertama
kali laksana performedwhen kehamilan mencapai 4-5 bulan, ketika orangtua dalam
hukum atau maktuan membuat sebuah paket khusus makanan dalam
wadah yang disebut idang atau kating, dan memberikannya kepada seorang anak
perempuan melalui kawon (saudara terdekat) atau tetangga
jiran ().Upacara yang biasanya tidak sama dengan upacara-upacara 7 bulan.
Bat ritual selama 7 bulan dilakukan kehamilan merupakan periode kritis yang
keluarga berdoa untuk keselamatan, bayi mengusir roh-roh jahat, memberikan
kedamaian ibu, dan merupakan permulaan untuk persiapan untuk kehidupan bayi
lahir baru nanti. Upacara ini adalah lebih besar dari 4 bulan, di mana upacara
kehamilan biasanya melibatkan dengan tetua suku dan juga mengundang shaman yang
membantu proses pengiriman yang. Ritual-ritual terdiri dari mengambil jalan ke
tempat tertentu, doa-doa dan meminta para orang tua dan tua untuk berkat
tradisional, bak mandi atau upacara siraman (menyemprotkan air
dari sevensources), menyiapkan tujuh jenis bunga, mengubah tujuh kali pakaian,
melayani tujuh jenis makanan dan lain-lain. Peralatan yang digunakan adalah
sebuah variabel penting tergantung pada, termasuk khusus lokal rumah
tradisional, pagar, model sebilah pedang atau keris, piring
persembahan dan lain-lain. Contoh-contoh upacara ini adalah
Tingkepan / Mitoni untuk, Mandi
Bunting Jawa untuk Sanggau Melayu di WestKalimantan, Tian
Mandaring (atau BapagarMayang) di Kalimantan Selatan, Molonthale
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
(Raba Puru) di
Gorontalo, Mapassili oleh Bugis tulang di Sulawesi, dan
seterusnya. Melakukan tha Upacara Laksana Aceh , sebagai
kelanjutan lagi dari UpacaraBahu di dari 4-5 bulan, butwith
upacara dalam skala yang lebih besar mengundang tetua suku dan dukun kelahiran
atau mablien, sehingga dukun dapat secara teratur kunjungi ibu
hingga proses persalinan selesai. Beberapa suku percaya bahwa mereka dapat
melihat tanda-tanda kelahiran dari upacara ini (misalnya ia dapat menjadi
kelahiran halus) atau karakter dari bayi. Beberapa suku, seperti Bugis tulang
di Mapassili, percaya bahwa oleh scrambling dan perampasan upacara ornamen yang
dilempar dapat terjadi pada berkat-berkat ke ibu lain yang memperkirakan
kehamilan.
Peristiwa-peristiwa
alam khusus, seperti mandi selama gerhana bulan, nampaknya dimaksudkan untuk
memberikan sebuah ikatan antara fetuses dengan lingkungan alam. Untuk
orang-orang yang percaya dalam roh, acara ini juga ditujukan untuk mengusir
roh-roh jahat yang akan menghambat kehamilan dan bayi dalam rahim. Seperti
eclipse mandi di Sunda Buah Batu, dan Bandung.
Keberadaan lebih tua atau lapisan budaya asli dengan semua elemen-elemen
keagamaannya adalah acculturated, di mana elemen keagamaan mempengaruhi jauh
lebih dari elemen-elemen budaya. Misalnya, masyarakat Banjar dikenal sebagai
Islam yang kuat, namun demikian paling mukmin Banjar dilaksanakan pada orang
masih kepercayaan lama roh-roh dapat mengganggu kehidupan mereka. Oleh karena
itu, setiap upacara tradisional dalam siklus hidup Banjar dilakukan dalam cara
Islam, tetapi masih terus berkembang
Tanpa meninggalkan elemen-elemen tradisional yang lama.
Upacara pemandian masih berlangsung, terutama di daerah pedesaan yang masih
tahan ketat tradisi dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, orang-orang di
daerah perkotaan paling kiri dari upacara tradisional sejak kepercayaan mereka
dari upacara yang tidak layak. Bahkan jika mereka lakukan, ia menggabungkan
dengan elemen-elemen modern. Kedua dalam upacara-upacara tradisional dan dalam
pelaksanaan upacara, sekarang berfokus pada elemen praktis daripada elemen-elemen
yang menakjubkan. Untuk orang-orang yang tetap berlatih upacara tradisional,
terutama yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran tanpa larangan, di
mana upacara tradisional mereka selalu diselenggarakan dalam bentuk yang sangat
sederhana hanya mengalami kewajiban mereka upacara
Tradisi ritual untuk
lahir baru untuk 3 Tahun
Upacara-upacara bagi wanita hamil kemudian dilanjutkan
dengan upacara-upacara yang terkait langsung ke bayi. Upacara ini melibatkan
upacara kelahiran, inisiasi nama, pendahuluan untuk lingkungan alam, upacara
keagamaan, ritual jender, dan lain-lain. Tidak semua suku kaum di Indonesia
melaksanakan orang-orang berbagai ritual, karena tidak ada upacara dalam
tradisi mereka atau ada perubahan karena untuk modernisasi. Saat ini umumnya
pengiriman kelahiran yang dilakukan oleh dokter atau bidan untuk memastikan
keselamatan lebih, jadi tidak terlibat dukun tradisional lagi. Namun, berbagai
ritual setelah pengobatan pertama pada umumnya masih dilakukan.
Secara tradisional, Upacara kelahiran adalah dipimpin oleh sebuah shaman
yang juga membantu
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Proses pengiriman untuk bayi. Ketika ibu melahirkan, ia
akan menyambut baik oleh ( shaman, yang akan mengikat dan memotong tali
pusat-Nya. Suku-suku tertentu, seperti Aceh memiliki jumlah jumlah tertentu dan
bentuk obligasi tali pusat, 7 knots bagi anak laki-laki dan 5 mengikat bagi
perempuan. Darah tali pusat biasanya dipotong dengan pisau yang terbuat dari
bambu atau sembilu. Shaman yang kemudian memberikan bahan
tradisional untuk ibu untuk mengaktifkan untuk bayi mengatasi rasa sakit dan
memulihkan luka-luka selain mandi bayi. Dalam beberapa suku yang hidup di
wilayah air, seperti Bajou di Sulawesi dan Kalimantan Dayak shaman, atau sando secara
tradisional melakukan kelahiran air dengan menempatkan baru lahir ke dalam air
sungai. Akan membasuh bayi Shaman dengan berbagai jenis minyak wangi. Mandi
yang akan diberikan bayi kembali kepada para orang tua untuk dapat berdoa,
misalnya sebuah doa (adzan atau iqamah) bagi Muslim.
Dukun tumbuhan kabel ke dalam plasenta di halaman. Di Aceh,
misalnya, tanaman mablien ke dalam plasenta dalam panci bagian
dalam, menempatkan bunga dan aroma pada, kemudian menanam ia di halaman di
depan rumah. Di Bali, dalam upacara Samskara Jatakrama, ke dalam
plasenta dimasukkan tempurung disebut kendil. Dalam kendil kemudian
dikuburkan dalam kubur di depan rumah. Di Jawa, upacara brokohan
dilakukan dengan memberikan pelat persembahan dari dhawet, gula
jawa, kelapa, andvarious bunga.
Orang tua bayi juga sering harus melakukan pembatasan tertentu setelah kelahiran
anak-anak mereka. Di Aceh, hal ini
Pemantangan
(pertahanan diri) disebut dudapu atau madeung
mudik yang berlanjutan selama hari-hari memetik Waller (rujuk setelah
lahir, di mana ibu harus selalu berada di ruangan atau tidak dapat berjalan
sendirian dan keluar, jangan meminum terlalu banyak air, dilarang untuk makan
makanan pedas dan berbagai makanan tanpa menempatkan apapun kecuali makanan
kering dan ikan kecil. Di Jawa, ada makanan tertentu yang tabu ditampilkan,
seperti cabai, minyak kelapa sayuran, telur, ikan segar dan telur asin selama
upacara Sepasaran yang berlangsung pada hari kelima setelah lahir selepas
matahari terbenam. Apabila waktu terbatas berakhir, penatua atau shaman mandi
akan mereka. Perayaan ini biasanya dilakukan dengan memberikan makanan tertentu
untuk orang-orang yang tinggal di sekitarnya.
Nama bayi juga sedang inisiasi diberikan dalam ritual tradisional tertentu.
Di Aceh, nama dijalankan pada inisiasi hari ketujuh setelah lahir dengan
upacara peucicap, lumuran madu di bibir bayi dan memangkas sejumlah kecil dari
rambut bayi yang dikenal sebagai budak menyangke rambut. Di Jawa,
nama initiation untuk bayi yang baru lahir disebut selapanan dianggap
pada hari ke-35 setelah lahir. Di Kalimantan, Kanayatan suku
Dayak melakukan upacara batatah tiga hari ketujuh setelah lahir pada dan adalah
didahului dengan proses pemandian dari bayi. Jika upacara yang dilakukan pada
hari ketiga setelah lahir, upacara harus diikuti oleh menyembelih ayam untuk
keselamatan. Saat upacara yang diselenggarakan pada hari ketujuh, kemudian
mereka menyembelih seekor babi untuk perayaan dan menguntungkan mereka yang
membantu pengiriman. Setelah itu ada
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Ritual juga untuk
memperkenalkan dengan lingkungan sekitarnya bayi. Untuk orang-orang hidup di
perairan seperti sungai, danau, pantai-pantai, dan ke kehidupan air inisiasi
disebut upacara turun mandi dilakukan. Pada sisi lain,
orang-orang yang hidup di tanah, lembah gunung atau upacara inisiasi ke tanah
hidup yang dipanggil upacara turun tanah dan umumnya dilakukan
saat bayi berusia 7 bulan atau pada zaman lebih awal.
Tujuan dari ritual mandi turun adalah untuk menyediakan sebuah
doa untuk bayi dan ibu-ibu' bertahan hidup, serta untuk menerima kehidupan dari
air. Upacara yang diambil oleh berbagai suku, seperti orang-orang yang tinggal
dekat Padang oleh Sungai Arau Batang, Pangean di Riau, di Kalimantan, Bajou
Dayak di Sulawesi, dan lain-lain. Pada dasarnya, upacara ini dilakukan oleh
bayi mandi dengan air sungai, danau atau kadang-kadang gizi baik air asin.
Mandi juga dapat dilakukan dengan air mandi bahan-bahan seperti gelang emas,
koin, batu penawar, bunga, dan lain-lain. Bayi diberikan dekorasi tertentu pada
muka seperti di Riau. Di beberapa kawasan turun tradisi mandi
diikuti oleh buangkan Pemotong rambut mirip dengan apa yang dilakukan di
Padang. Lidah bayi juga sedang trickled dengan berbagai makanan seperti beras,
garam, gula, cabai, dan lain-lain. Tujuan dari tradisi mandi turun
adalah untuk membuat kenalan bayi dengan hidup di dunia yang penuh dengan
berbagai rasa negara/syarat, seperti asin, manis, pahit dan rasa pedas.
Diharapkan bahwa ia akan mendidik bayi yang tidak sadar memahami berbagai rasa
Kehidupan, maka dapat
menerima bayi dan menanggapinya dengan bijak bila adalah dewasa selama masa
dewasa.
Turun-ritual tanah sedang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia,
seperti Aceh, bahasa Sunda, (tedhaksithen Jawa ), Madura upacara (sakere upacara
kene), Sulawesi (upacara poponaung), dan lain-lain. Titik kunci dari kegiatan
ini adalah untuk memperkenalkan ke tanah, bayi dengan menyetel kaki bayi di
atas tanah atau menempatkan bayi tidur di tanah. Tidak hanya itu di Kampung Naga,
bayi bahkan rasakan tanah (bumi) diberikan oleh dukun pada
umur dua bulan. Acara ini juga dapat digabungkan dengan mandi bayi (seperti
dalam poponaung) atau percikan withwater bayi dari daun (seperti di
Kampung Naga). Anak-anak akan diperkenalkan dengan berbagai rangsangan
lingkungan seperti rasa (madu dalam Aceh, di tanah Kampung Naga), suara (musik
saat turun, di tangga, memberantas kelapa di Aceh), dan sepanjang perjalanan
(akan turun atas tangga di Aceh, dan Sulawesi, berkuda Sunda mengendarai pada Jawa).
Dalam peristiwa-peristiwa ini, bayi-bayi akan diperkenalkan dengan desa mereka
orang-orang yang diizinkan dalam bergantian dengan memegang bayi atau memotong
rambut string kecil (suku Aceh Tamiang). Ketika bayi pemrakarsa ke tanah,
terdapat berbagai ritual yang sering dianggap sebagai tanda hidup masa depan
bayi. Di Aceh, misalnya saat tanpa banyak masalah yang dibawa ke bawah tangga
bayi untuk melambangkan kemudahan pencari dalam menemukan fortune. Pada upacara
Jawa tedhak sithen, bayi dimasukkan dalam sebuah
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Rangka bambu di mana
dia telah untuk memilih jenis mainan dia menyukai preferensi yang menggambarkan
kehidupan-Nya, sementara di dalam upacara sakere kene di
Madura, benda-benda yang akan dipilih ditempatkan pada baki kukusan.
Muslim lebih suka aqiqah diberikan sebagai upacara
dilakukan pada anak-anak. Acara ini dilakukan oleh pemotongan rambut bayi,
memberikan kepadanya nama baik dan penyembelihan sebuah ternak. Upacara yang
dilakukan dalam tujuh hari atau bulan bertambah banyak. Menurut keyakinan
Islam, banyak manfaat yang akan diperoleh oleh mengalami aqiqah
diberikan, termasuk membebaskan seorang anak frombeing' menggadaikan, yang
dapat melindungi dan menolong dia/orang tuanya dalam kehidupan akhirat,
mencegah anak dari kehidupan yang buruk dan kemusnahan, seperti pembayaran
utang orang tua untuk anak-anak mereka, ekspresi sukacita untuk mempertahankan
Islam dan kemunculan masa depan anak-anak yang nanti akan memperluas ke
kehidupan orang-orang Islam, memperkuat persahabatan di antara anggota
masyarakat oleh penyambutan kedatangan anak baru lahir, sumber keamanan sosial
dan menghapuskan kemiskinan dari masyarakat, melepaskan dari bayi tarikan Iblis
dalam afterworld.
Selain itu, ada yang dikaitkan dengan jenis kelamin ritual. Batenek
Kanayatn suku Dayak dilakukan oleh pricking gadis ritual telinga, pada
umur dua atau tiga tahun. Untuk orang-orang, mereka mengadakan upacara
Babalak yang adalah circumcisionceremony anak laki-laki berusia di bawah 10
tahun. Upacara ini masih dilakukan walaupun masih Dayak tahan sangat
pada tradisi-tradisi mereka dan keyakinan. Dalam
Upacara ini, mereka menyembelih tiga babi dan dua belas
ayam jago. Untuk keluarga yang tidak dapat membelinya, dapat digabungkan dengan
perayaan keluarga lainnya. Namun, mereka diwajibkan untuk memberikan kontribusi
ayam, tiga kilogram Plain rice (atau sunguhrice), dan tiga kilogram
beras ketan(atau beras pulut ketan).
Tradisi sanggup melontarkan
Tradisi sanggup melontarkan (Tradisi Gendong) memberikan
dampak mendalam pada kewajiban kedekatan dan warmness terhadap anak-anak
mereka. Ia melambangkan seluruh perasaan ibu kepada anaknya. Kesan
diilustrasikan oleh Hildred Geertz dalam bukunya yang berjudul Keluarga Jawa
(1983). Dalam keterangan-nya tentang masyarakat Jawa di Modjokuto dan Geertz
menjelaskan bahwa dalam beberapa bulan pertama setelah kelahiran, bayi melekat
ke dia biasanya/ ibunya pinggul. Bayi yang diselenggarakan oleh menggunakan
bulat selembar kain sempit-lama disebut selendang atau
kerudung. Selendang yang terikat pada punggungnya; goespass
turun pinggul, dan bayi nyaman diselenggarakan pada dudukan ibunya. Posisi ini
juga sangat nyaman untuk duduk pada unit bayi dan untuk memfasilitasi pemberian
ASI dari ibunya. Sebagai alternatif, anak-anak baru lahir dilaksanakan pada ibu
mereka kembali khususnya selama perjalanan lagi/berjalan. Dengan menahan anak
di depan atau di bagian samping, ia membuat ibu di semua kali menyaksikan tanpa
kesulitan, bayi memberikan makanan bayi, atau menggendong dia ketika gelisah.
Dalam cara yang sama, ketika tidur dalam selendang bayi akan
mendukung sempurna bayi. Ianya jelas menunjukkan
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Dari Geertz
penggambaran tentang holding,/merangkul melambangkan menyelesaikan aktivitas
kasih seorang ibu terhadap anaknya, karena sebagian besar anak-anak di bawah 3
tahun tampak gembira/content dilakukan dengan selendang (selendang) dan
bukannya sendirian. Tidak mengherankan jika mereka meminta ibu untuk
melakukannya (Geertz, 1983).
Shiraishi (2001)
khususnya menghubungkan aktiviti yang membawa seorang anak sebagai makna yang
dalam kehangatan. "" digunakan untuk hangat menerangkan atmosfir
kegembiraan sebuah keluarga. Perkataan yang dimaksudkan sebagai rasa emosi dan
psikologis comfort: tenang, melindungi, dan hubungan erat, intim dalam
kehidupan keluarga. Dengan menahan/membawa anak, orang tua bisa mengambil
anak-anak mereka ke tempat-tempat menarik lainnya. Shiraishi juga melihat bahwa
lingkungan rumah, dengan taman sebagai batas luar, sebagai perpanjangan dari
umban, di mana kasih dan (tentu saja) kontrol anak itu pembangunan dapat
berevolusi (Shiraishi, 2001). Shiraishi mengatakan bahwa para ibu tahan bayi-bayi
mereka dengan selendang karena lama mereka weretoo diadakan
dengan cara yang sama dengan selendang.
Anak-anak Indonesia dalam suku tradisional,
sekurang-kurangnya ditunjukkan oleh sanggup melontarkan mereka, khusus selalu
ditempatkan sebagai individu yang rentan, di mana dia harus selalu terlindung
dalam cradle (dari orang tua-Nya. Anak-anak, selain sebagai sumber kasih
karunia dan kegembiraan keluarga, sering juga telah membangkitkan rasa
mengkhawatirkan. Oleh karena itu, tindakan tidak hanya dapat perlindungan
dilihat dalam fizikal memegang, tetapi juga aktivitas muncul pada
Simbol-simbol yang
ditunjukkan dari sebuah penyangga sendiri seperti yang disebutkan sebelumnya.
Simbol-simbol yang tidak hanya menunjukkan status pemakainya, ia juga menunjukkan
anak tersebut diharapkan dan permintaan kesehatan yang baik. Suku di kepulauan
Indonesia memiliki warisan budaya yang kaya terkait dengan umban tradisi ini.
Sebagai instrumen, ia berfungsi sebagai sejauh lengan yang membawa bayi dengan
mendukung di belakang atau setinggi pinggul. Terdapat berbagai jenis cradle
yang dapat ditemukan, beberapa dibuat pakaian seperti yang umumnya dikenal
sebagai selendang serta pengumban yang terbuat dari serat,
rotan dan kayu.
Masyarakat di Jawa,
Sumatera, Bali dan Kepulauan lebih rendah sudah lama dikenal untuk tekstil
mereka untuk produksi kain. Misalnya, kain segi empat adalah sudah digunakan
oleh masyarakat Jawa lama sebelum pengaruh Islam ke dalam nusantara. Penggunaan
kain segi empat dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu. Kain segi empat adalah
untuk memotong dan dijahit connoting sebuah simbol kesucian (Taylor, dalam
Nordholt, 2005). Maksud suci kain kotak ini adalah mewarisi sampai sekarang dan
masih digunakan oleh masyarakat Jawa dalam berbagai acara-acara kebudayaan oleh
belitan kain di sekeliling tubuh, khususnya pada bagian bawah tubuh. Selama
pengembangan, kain segi empat, sama ada atau tidak, batik tenun hanya digunakan
sebagai bahan pakaian, tetapi juga sebagai media untuk membawa barang-barang
atau bayi kain dengan-Nya di/mengembalikan dia dan terikat pada bahunya. Bentuk
dipanjangkan ini memungkinkan pengguna kain menjalin untuk menguji atau tarik
kain jika perlu.
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Di Jawa, Madura, dan beberapa daerah lain, paling populer umban tradisional
adalah syal batik pantai dengan lebar antara 60-90 sentimeter panjang, antara
200-300 sentimeter, dengan pola burung berwarna cerah, ular, bunga, dan
sebagainya. Di Kabupaten Taput, pengumban dipanggil parompa bayi,
sebuah kain segi empat dengan hiasan pada sisi lebar (pakan). Parompa diberikan
oleh maternalparent (ibu) ke beberapa sehingga (yang akan lahir mereka)
anak-anak tumbuh subur. Selain parompa, ada ragi ulos
juga kain hotang yang melambangkan hubungan yang kuat antara keluarga
sebagai kuat seperti kayu rotan (Tim Pameran VIII Himpunan Wastaprema, 2010).
Di sebelah timur pulau-pulau yang lebih rendah, kain yang digunakan untuk tahan
dan membawa bayi dalam sarung, sebuah bentuk silinder yang terikat
bersama kain tenun melalui atau jahitan. Bayi yang dilakukan tahan ditutup ke
dalam tubuh ibu, maka sarung menutupi ibu dan achild putaran,
meninggalkan sebuah bagian kecil dari sarung untuk antistatis ia pada bahu ibu.
Selain kain, jenis-jenis lain yang terbuat dari serat
pengumban, rotan, kayu atau. Orang Dayak dalam Borneo menggunakan umban
disebut beringaban atau ba atau ambinan. Beringaban,yang
terbuat dari kayu atau rotan tenun dengan berbentuk setengan lingkaran bentuk,
yang dilengkapi dengan permulaan pemerintahan pada kedua belah pihak seperti
sebuah tas ransel. Media ini digunakan untuk membawa barang-barang dari atau
peralatan, dan juga sering digunakan sebagai perusahaan ekspedisi bayi. Beringaban dihiasi
dengan motif tertentu, seperti motif manusia, hewan, dan motif bentuk abstrak.
Motif manusia melambangkan, untuk suku Dayak nenek moyangmu, sementara motif
hewan tertentu, seperti
Kombinasi antara
anjing dan naga menunjukkan status orang mengenakannya. Di Papua, masyarakat
setempat telah umban bags disebut noken serat yang terbuat
dari bahan dasar sebagai. Serat-serat sebagai komponen dasar yang diolah dari
akar anggrek, akar pohon pandan, atau serat-serat pohon
melinjo. noken adalah sebuah tas-tas berbentuk dirajut dengan
permulaan pemerintahan yang diletakkan pada dahi pemakainya. Dari melahirkan
maut, noken memiliki kepentingan maksud bagi orang-orang Papua
(Tim Pameran VIII Himpunan Wastaprema, 2010).
Makanan Tradisional
Para ahli gizi
menyatakan bahwa pembentukan kecerdasan bermula pada masa kehamilan dan awal
kanak-kanak. Kualitas gizi yang lebih tinggi dia menerima status kesehatan yang
lebih tinggi dari anak menjadi. Status kesehatan anak-anak akan mempengaruhi
pertumbuhan mereka dan kemampuan belajar. Dan juga sebagai sumber energi,
makanan adalah faktor pendukung untuk anak fisik. Hal ini sangat penting untuk
bayi sejak pertumbuhan bayi cycle. Oleh karena itu, ibu bapa perlu lebih
memperhatikan untuk bayi-bayi' asupan makanan.
Makanan tradisional
biasanya adalah alami. Secara tradisional, makanan yang pertama yang diberikan
oleh ibu bayi itu adalah menyusui. Asi, yang berisi semua zat-zat makanan yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ia juga berisi berbagai
anti-infeksi zat yang dapat melindungi bayi terhadap berbagai infeksi. Setelah
beberapa bulan, ibu memberikan makanan lembut dalam bentuk jenang, dicampur
dengan
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Dihaluskan sayuran dan potong daging tipis. Biasanya nasi
yang melanda (beras tumbuk) sebelum memasak. Berbagai suku, seperti
Bantetn, memiliki beberapa jenis beras yang lembut untuk bayi mereka. Selain
untuk bubur, makanan yang diberikan mungkin berisi buah-buahan seperti pisang,
pepaya, alpukat dan tomat. Buah-buahan sumber vitamin dan mineral, dan juga
sumber yang sangat baik untuk fiber. Dalam suatu hal yang penting, bayi
memerlukan tabung langkah demi langkah dalam fasa-fasa. Pada tahap pertama,
bayi diberikan cairan, semisolid, dan makanan solid. Saat mereka tumbuh dewasa,
mereka melanjutkan dengan pemakaian normal beras dan lauk. Air, vitamin, dan
mineral untuk asupan bayi itu harus diberikan cukup dingin. Namun demikian,
kondisi bayi akan mempengaruhi kesiapan untuk menerima asupan makanan, karena
proses pemberian makanan adalah individual.
Permainan tradisional dan Seni
Merupakan program pendidikan menengah game untuk menggali
sebuah lingkungan di mana anak-anak mengembangkan fisik, aspek kognitif, dan
kemampuan emosi-sosial. Permainan ini juga merupakan media untuk mengembangkan
sebuah masing-masing memiliki kebiasaan yang baik, seperti membantu satu sama
lain, berbagi, disiplin, dan keberanian untuk membuat keputusan dan untuk
mengambil tanggung jawab. Dengan bermain game, seorang anak mengembangkan
kemampuan untuk membayangkan dan mendalami. Oleh karena itu, ianya perlu untuk
menyiapkan lingkungan yang berarti, lingkungan yang aman dan nyaman yang
menarik anak-anak untuk belajar secara alamiah. Ketika anak itu melibatkan
dalam berbagai permainan dan menggunakan array dari media, berpartisipasi dan
berinteraksi ia menyempurnakan-kemampuan untuk berpikir, selain memberikan
Penguatan dalam berbagai bentuk. Untuk alasan ini, game
pendidikan media merupakan satu komponen utama dalam program pendidikan anak
usia dini. Ianya penting bagi keterlibatan orang tua dalam memfasilitasi atau
media yang sesuai dengan lingkungan, usia anak-anak selain memberikan berbagai
rangsangan dalam kegiatan sehari-hari, akan kuberitahukan pengembangan IQ anak
(alat cukur, 1993).
Ada banyak permainan tradisional di Indonesia, apakah itu terpencil,
koperasi, paralel, dan bermain peran. Khususnya, untuk anak-anak di bawah tiga
tahun, ada banyak mainan untuk menjelajahi gerakan tertentu dan untuk membuat
suara unik secara bersamaan, baik dalam bentuk, tergulung gergaji, mainannya
angin kecil, percussion dan lain-lain baling. Juga, anak-anak bisa
bermain petak umpet (menyembunyikan dan mencari), tali lompat
kutub atau tertutup rapat, petak lari atau menjalankan di
tanah-tanah lapangnya, dan lain-lain. Juga, ada marching game yang digunakan
lagu tertentu seperti ularnaga, dan lain-lain. Di Batavia sendiri,
thereare sedikitnya lima game yang dapat dimainkan oleh anak-anak di bawah tiga
tahun yang menggunakan lagu, dinyanyikan oleh orang tua mereka seperti:
(1) Klung Neng Nang, (2) Laailaaha illallaah, (3) Gong
Anggong, (4) Cang Uncang Angge dan, (5) Jeg Ujeg Gantil
Anak-anak belajar untuk memainkan seni tradisional, seperti musik, lagu dan
tarian. Musik, lagu dan tarian yang merupakan cara untuk mengekspresikan
perasaan seseorang, dari perspektif komposer, pelaku pendengar atau. Terdapat
berbagai jenis musik tradisional di Indonesia, yaitu (1) minuman kocok alat
musik seperti angklung Sunda,
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
(2)
Instrumen angin
seperti saluang dan melarangi Minang, triton dari
Papua
(3)
Instrumen percussion
seperti
Tambo dari Aceh, talempong dan tabuik dari
Minang, calung , Sunda gamelan Jawa, kolintang dari
Minahasa, rebana dari Lombok, kendang fromMoluccas,
(4) instrumen string seperti rabab Minang, kacapi Sunda, Kepulauan
yang kurang sasando. Selain itu, thereare banyak tarian tradisional dari setiap
propinsi di Indonesia, seperti
Ibu Seudati dan Saman Meusekat formAceh, Tor-tor dari, Ibu
Piring Batak dari Minang, Reog Ponorogo dari Jawa,
Tari Kecak Legong dan dari Bali, Zapin
Tembung dari Kalimantan Barat, Balumpa dari
Sulawesi, Lenso dan sebutan Cakalele adalah dari
Maluku, Musyoh dari Papua, dsb. Ada juga ratusan lagu
tradisional di seluruh Indonesia. Dalam membuat dunia, ritme musik dan melodi
dapat mengungkapkan sebuah acara dan sebuah karakter kolektif masyarakat,
selain proses akulturasi di belakang mereka. Anak-anak, termasuk orang-orang
pada umur kurang dari lima tahun, kadang-kadang memainkan seni tradisional
dalam festival. Setiap suku dan identitas kolektif mereka sebagai bagian dari
kepulauan Indonesia memiliki lagu tertentu dari interaksi sosial mereka
diakibatkannya dan latar belakang etnis. Musik, tarian lagu dan dapat menjadi
media untuk mendidik dan menstimulasi perkembangan anak-anak.
Anak-anak juga lihat dan mulai melibatkan di berbagai jenis olah raga
tradisional. Salah satu jenis olah raga tradisional yang banyak anak-anak
sering berpartisipasi adalah pencak silat, sejenis seni darurat
militer di
Indonesia, banyak wilayah gaya unik mereka pencak
silat, seperti, Riau, Betawi Minangkabau, dan lain-lain. Sunda Pencak
silat adalah seni darurat militer yang lahir dan diakui oleh para
pendahulu mereka selama beberapa generasi. Darurat militer gerakan-gerakan seni
yang dikenal sebagai lembut dan gerakan anggun, namun mematika. Reputasi seni
darurat militer adalah dikenal ini di rumah dan juga di luar negeri (negara-negara
lain). Secara umum, darurat militer seperti silat Pangean seni,
dapat dikelompokkan ke dalam (1) Silek Tangan atau dengan
tangan kosong martialarts, (2) Silek Podang atau pedang
darurat militer, (3) seni Silek Parisai atau darurat militer
yang menggunakan senjata seni pedang dan perisai sebagai senjata. Olah Raga,
pada usia dini, dan cukup besar untuk bersenang-senang, untuk membangun
kekuatan tubuh mereka dan reflex.
Dongeng tradisional dan Seni, dengan menampilkan
Lazim tersebar secara lisan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh
anak-anak atau tua tradisional orang tua dari awal kanak-kanak. Namun demikian,
tidak sedikit tidak warisan tradisional ini, bahkan yang diukur oleh standar
saat ini peradaban, dianggap untuk mempresentasikan ide dan kebaikan yang
tinggi. Tradisi Oral atau lazim dapat dalam bentuk cerita lisan, teka-teki,
folk puisi, cerita rakyat, dan lagu-lagu rakyat. Dalam bentuk-bentuk yang
digunakan secara luas adalah kisah-kisah dan dongeng, misalnya, kisah ManusiaKodok atau Si
Itik Buruk Rupa dari Aceh, sampai Ndaung dari
Bengkulu, Lutung Kasarung dari, Pangeran Katak
Sunda dari Bali, kera dan Tahun 1954 dari Sulawesi
Tenggara, Tupai dan dalam corak penggayaan impresionistis dari
Kalimantan Barat, Gabus Si Rusa dan Si Kulomang
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Dari Maluku, Buaya
Ajaib dari Papua, dan lain-lain. Juga, terdapat legenda tentang
kejadian daerah-daerah tertentu, seperti Legenda Danau Toba dan LegendaLau
Kawar dari Sumatera Utara, Talaga Warna dan keramat
Tangkuban Perahu dari JawaBarat, Legenda Patin dalam corak penggayaan
impresionistis, Legenda PutriMambang Linaudari Sulawesi Utara,
Legenda Candi
Prambanan dari Yogyakarta, Asal
Usul Danau Lipan dari KalimantanTimur, dan lain-lain.
Tradisi Oral atau lazim mencerminkan satu aspek sebuah
budaya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan tema asas kehidupan,
seperti kelahiran, kehidupan keluarga, penyakit, kematian, pemakaman dan kemalangan
atau bencana alam, seperti yang ditemui di dalam cerita MalinKundang Minang, Lancang
Kuning dari Riau, Sangkuriang dari, Nyai Roro
Kidul Sunda dari Jawa, dan otherstories. Tradisi Oral atau cerita yang
datang dari berbagai kepulauan yang berbeda di Indonesia berisi norma-norma
yang harus diterapkan pada perilaku mereka dan kehidupan sehari-hari, tidak
hanya di lingkungan sosial tertentu, tetapi juga pada masyarakat yang lebih
luas secara umum. Ia mengendalikan interaksi masyarakat.
Ada banyak tradisi oral di Indonesia. Kanayatan
Dayak, misalnya, memiliki berbagai kisah-kisah, 41-24 (1) Singara atau
jenis dongeng umum dikaitkan dengan situasi kehidupan di masyarakat, seperti
lelucon, cerita hewan dan hidupnya, (2) Gesah atau kisah-kisah
yang terkait dengan lama atau agama purba dan asal usul kehidupan, seperti
epik, legenda-legenda, kehidupan dunia, manusia, asal usul beras dan sawah,
dsb., (3) Osolan, kisah (jujuhatn keturunan) atau tentang
Keturunan sebuah keluarga yang dapat dilacak melalui cerita,
seperti Osolatn BukitTalaga, (4) Batimang,
entertainmentactivities atau pemberontakan terhadap orang tua untuk anak-anak,
biasanya dilakukan pada waktu luang mereka atau saat masuk ke tempat tidur,
sebagai amsal, serima atau, (5) tidur Margrete Pantun, pesan dalam
puisi nasihat, peringatan, dan kasih sayang. Puisi ini biasanya yang
dinyanyikan melalui Jonggan lagu, (6)
Sungkalatn atau sungkaatn,
perumpamaan orsaying tentang peringatan, penjelasan dan saran-saran, (7) Salong,
sindiran tentang interaksi sosial buruk atau kebiasaan dalam masyarakat.
Tradisi Oral dalam masyarakat Dayak Kanayatn merupakan bagian dari mitos yang
dikaitkan dengan beriman. Mitos-mitos ini adalah kudus dan menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang dialami oleh nenek moyangmu. Masa Kuno adalah sebuah
periode suci, di mana pada waktu mereka masih dapat bertemu dengan Ilahi.
Secara umum, mitos ini menjadi dasar yang mendukung stabilitas sosial dalam
masyarakat. Masyarakat ini adalah menghormati mitos, karena tradisi lahir dari
mitos. Melalui tradisi ini, segala bentuk musik di dalam upacara-upacara ritual
dan keberlanjutan dapat dipertahankan.
Banyak dari cerita
rakyat Indonesia diberikan dalam bentuk seni performa dari Betawi, ada Lenong,Topeng,
Jinong, Jipeng, Ondel-ondel. FromSundanese, terdapat Wayang Golek
GiriHarja dan Rampak Gendang. Jawa FromCentral, ada Wayang
KulitBegawan Ciptoning. Dari Yogyakarta,ada Langen Mandra Vanara.
Dari Jawa Timur, ada Ojung-Bondowoso. Dari Bali, ada Gambuh, WayangWong, Sendratari
Calonarang, Drama
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Gong, dan lain-lain. Seni Drama Seni canbe dipresentasikan
dalam perayaan apa pun atau peristiwa penting dalam kawasan.
Interaksi Multibudaya
Pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam ECE tidak dapat dipisahkan dari
konteks ekologi. Indonesia mewarisi sangat lingkungan unik sebagai hasil dari sebuah
sejarah perjuangan panjang untuk kebebasan. Memiliki sistem kolonial yang sama
dan mengalami berbagai suku dan budaya Amerika dalam warisan "Bhineka
Tunggal Ika" yang merupakan postkolonial untuk menyatukan beragam kalangan
slogan.
Setiap pulau di Indonesia telah beberapa klasifikasi asli yang berbeda. Di
Pulau Jawa yang paling banyak, di sebelah sendiri, ada Jawa juga Betawi, bahasa
Sunda, Bantenese, Bantetn Tengger, Osing, dan dll. berdekatan untuk Pulau Jawa
adalah Pulau Madura dengan orang-orang Madura. Di pulau Sumatra, terdapat
orang-orang Melayu, Batak, Lampung, Aceh, Minangkabau, Kabupaten Kubu dan
sebagainya. Di Borneo atau Pulau Kalimantan, ada suku Dayak dan Banjar. Di
Pulau Sulawesi, ada seorang, seorang asli Bugis, Mandar, Minahasa, Gorontalo,
Toraja dan Bajou. Dalam Lesser Kepulauan Sunda, ada, Sasak ini dan dll. Bali di
pulau Maluku, ada Manusela Nuaulu, dan Wemale. Di Papua, masih ada ratusan
suku-suku, di mana di antara mereka adalah Dani, dan Asmat Bauzi.
Dengan keragaman budaya, orang-orang Indonesia memiliki interaksi khusus
Pola-pola. Secara umum, ada dua model interaksi, pola
masyarakat terbuka dan ditutup pola masyarakat. Karakteristik dari masyarakat
terbuka sedang liberal budaya asing yang mengakibatkan asimilasi dan akomodasi,
sementara masyarakat tertutup cenderung menolak pola dan memisahkan orang dari
budaya asing atau bahkan menolak kehadiran kebudayaan asing. Setiap bentuk pola
interaksi gaya hidup yang berbeda dan kebiasaan bagi masyarakat asli sendiri.
Buka Masyarakat Pola
Mayoritas suku Indonesia memiliki pola terbuka
masyarakat. Mereka menerima kehadiran orang asing yang mengakibatkan campuran
antara satu budaya dan satu lagi. Dengan pola ini telah masyarakat modern dan
di seluruh dunia, maka interaksi berkembang pesat dan menjadi metro atau mega
politan masyarakat. Proposal pemerintah dalam pendidikan yang terang-terangan
diterima oleh masyarakat ini, dalam bentuk formal, informal atau pendidikan non
formal. Masyarakat ini juga telah dibuka untuk pendidikan internasional yang
disediakan sehingga mereka mampu untuk membelinya. Masyarakat adat itu akan
tersebar di berbagai tempat di wilayah pusat dan kadang-kadang bahkan didorong
ke area tanah penggembalaannya, walaupun mereka dapat menerima kondisi ini
sebagai hasil dari asimilasi yang juga memberikan manfaat kepada mereka.
Ia adalah bernilai
untuk catatan bahwa di Indonesia divisi dan klasifikasi kelompok-kelompok etnis
tidak kaku dan dalam beberapa hal tidak jelas sebagai hasil dari migrasi,
selain pengaruh bahasa dan budaya; misalnya, beberapa mungkin setuju bahwa
Kaum Alya B. Purwakania
Hasan dan Eny Suwarni
Tabel 1
Dalam populasi utama proporsional terhadap penduduk asli
Indonesia menurut sensus 2009
Kelompok-kelompok etnis
|
Penduduk (juta)
|
Persentase
|
Wilayah Utama
|
|
|
|
|
Jawa
|
86.012
|
41.7
|
Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung
|
Bahasa Sunda
|
31.765
|
15.4
|
Jawa Barat, Banten, Lampung
|
Malay
|
8.789
|
4.1
|
Pantai Timur Sumatera, Kalimantan Barat
|
Orang Madura
|
6.807
|
3.3
|
Pulau Madura, Jawa Timur
|
Orang Batak penghuni
|
6.188
|
3.0
|
Sumatera Utara
|
Bugis
|
6.000
|
2.9
|
Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur
|
Ukm ITB
|
5.569
|
2.7
|
Sumatra Barat, Riau
|
Betawi
|
5.157
|
2.5
|
Jakarta, Banten, Jawa Barat
|
Banjarese
|
4800
|
2.3
|
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur
|
Bantenese
|
4.331
|
2.1
|
Banten, Jawa Barat
|
Rakyat Aceh
|
4.000
|
1.9
|
Aceh, Jakarta, Jawa Barat
|
Masyarakat Bali
|
3.094
|
1.5
|
Bali
|
Sasak ini
|
3.000
|
1.4
|
Nusa Tenggara Barat
|
Seorang
|
2.063
|
1.0
|
Sulawesi Selatan
|
Cirebonese
|
1.856
|
0.9
|
Jawa Barat, Jawa Tengah
|
|
|
|
|
Cirebonese todifferent Bantenese dan dimiliki oleh kelompok etnis
dengan dialek tersendiri mereka, namun lainnya mungkin menganggap mereka
sub- Jawa etnis, bagian dari orang-orang Jawa. Kasus yang sama juga
dengan orang-orang yang Bantetn berbagi banyak kemiripan
dengan orang-orang yang dapat beconsidered Sunda berasal dari
kelompok etnis yang sama. Contoh multi etnis adalah Betawi ,
masyarakat adat orang-orang suku di Jakarta sejak era penjajahan Belanda, adalah
hasil dari campuran antara berbagai etnis.
Dalam Betawi dikenal sebagai 'orang-orang
saya yang terkenal dari Batavia' adalah keturunan orang-orang yang tinggal di
sekitar Jakarta dari sekitar abad ke-17. Populasi mereka
Kurang dari satu
pertiga dari seluruh total sekitar 9,580,000 orang di Jakarta. Mereka telah
berbeza budaya dan bahasa yang berbeda dari tetangga-tetangganya seperti Jawa
dan bahasa Sunda. Jakarta saat ini adalah ibu dan kota terbesar di Indonesia.
Asal usul Jakarta kembali dalam abad keempat ketika ia menjadi port perdagangan
yang penting untuk Kerajaan Sunda. Ia menjadi de facto ibukota Hindia Belanda
dan terus menjadi kolonial ibukota Indonesia, setelah kemerdekaannya pada tahun
1945. Terletak di pantai barat laut Jawa, ia telah area 803 kilometer persegi
dan adalah ekonomi negara, budaya dan pusat politik. Ia adalah kota berpenduduk
terbesar di Indonesia dan di
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Asia Tenggara, dan adalah kota terbesar yang kesepuluh di
dunia. Area perkotaan, Jabodetabek adalah kedua terbesar di
theworld. Jakarta disenaraikan sebagai kota global dalam 2008 Globalisasi dan
kota-kota Dunia Study Group dan Network (GaWC) research. Betawis yang diketahui
untuk masyarakat adat tradisi mereka serta karakter pribadi mereka seperti
kemarahan pendek, directness dan keterbukaan untuk orang lain.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang -orang
Betawi menyebar dalam kelompok-kelompok differentethnic di Jakarta dan
sekitarnya, dekat. Walaupun Betawi bersatu mereka banyak berbeda dalam
ketentuan status sosio-ekonomi dan distribusi geografis mereka karena
faktor-faktor sejarah. Gaya hidup menurut, Betawi dapat
diklasifikasikan ke dalam Betawi, BetawiPinggir
Tengah dan kelompok- kelompok etnis Udik Betawi.- Betawi orang-orang
yang hidup di tengah-tengah kota ini disebut juga Betawi, di mana
mereka masih Kota referredthemselves sebagai penduduk asli Jakarta.
Kehidupan Betawi dipengaruhi banyak Kota oleh tradisi luar/
lain yang membuat berbeda dari Berawi lain. Orang-orang
yang hidup yang Betawi dalam suburbsof Jakarta yang dipanggil Betawi
Pinggir yang yang konservatif secara konsisten menyesuaikan diri
dengan tradisi-tradisi keagamaan Betawi. Dalam kehidupan
Udik Betawi sekitar Jakarta di mana mereka banyak dipengaruhi oleh masyarakat
adat Sunda dan bahasa Cina.
Dalam Betawi orang-orang yang Tengah dalam sejarah Betawi orang
mulai menetap di bagian tengah dari Jakarta, yang dipanggil Batavia residence
dan kini bernama Jakarta Pusat. Sebagian besar dari mereka tinggal dalam
kelompok-kelompok satu
Kelompok-kelompok keluarga atau saudara-saudaranya, dan
dikelilingi oleh warga lainnya dari Jakarta yang tidak Betawi orang.
Saat ini mereka masih terlihat hidup clustered dalam area Polsek Sawah Besar,
sebagian kecil di Taman Sari, Gang Ketapang, Kebon Jeruk, dan area Pekojan
Krukut. Lokasi ini adalah bagian dari kota Jakarta, di mana yang paling
karakter perkotaan. Berdasarkan tingkat ekonomi mereka, Timor Tengah
Betawi orang dapat dibagi ke dalam BetawiGedong (memiliki
baik dan perumahan besar)atau Betawi (penduduk desa), Kampung
berdasarkan di mana mereka tinggal. Betawi , yang hidup dalam
orang-orang yang baik dan perumahan besar, sering tidak diterima sebagai Betawi BetawiKampung
oleh penduduk desa (). Tetapi tidak jadi thevillagers, karena gaya hidup
mereka keberadaan mereka sebagai orang-orang Betawi dianggap sebagai bagian
dari tradisi Betawi.
Pada tahap awal selama urbanisasi dan modernisasi, bagian daerah ini adalah
menghantam/paling parah. Setelah hasil, BetawiTengah adalah
campuran marriagecompared tertinggi untuk orang-orang yang hidup di pinggiran Jakarta
atau bahkan membandingkan etnis di Jakarta yang lain. Bagian dari Betawi masih
menempel beberapa oftheir Tengah gaya hidup masa lalu. Kita dapat melihatnya
pada peristiwa-peristiwa perkahwinan, idul celebaration, ritual penyunatan,
atau dalam gaya hidup masyarakat. Walaupun ada perubahan budaya di generasi
yang lebih muda dari Batavia, baik laki-laki maupun perempuan masih memegang
teguh sebagai dalam hal ini agama Islam, sebagai kelompok membaca Alquran bagi
anak-anak, kelompok-kelompok majilis ta'lim bagi para ibu dan tadarusan untuk
manusia. Bahasa yang sering digunakan adalah
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Betawi dialek Tengah. Hasil
lain ofmodernization dan urbanisasi proses dalam pusat Jakarta, Betawi sering
menjual rumah-rumah orang dan tanah dan dipindahkan ke suburb di mana
harga-harga tanah lebih murah. Ini sebenarnya satu kawasan pinggir
Betawi. Oleh karena itu, saat ini banyak Betawi orang tinggal
di tengah Betawi kawasan pinggir, atau bahkan dipindahkan
ke area Udik Betawi. Banyak dari
Betawi Udik
Pinggir dan Betawi saja yang boleh
melakukan tahu jika yang tetangga mereka yang baru juga Betawi ,
karena mereka orang-orang yang berbeda pula gaya hidup, pola-pola banyak
berbeda dengan budaya Betawi. Orang-orang Betawi biasanya
lebih Tengah sangat terpelajar.
Udik Betawi adalah para penduduk yang tinggal di pinggiran Jakarta,
khususnya dalam Bo-ta-area bek. Sebelumnya, area ini termasuk pemerintahan lokal
Batavia, tetapi sekarang mereka telah disertakan dalam wilayah-wilayah
administratif Jawa Barat. Oleh karena itu, budaya, mereka Betawi ,
tetapi karena orang thechanging batas administratif sekarang mereka hidup
administratif berada di Jawa Barat. Ada dua jenis Betawi, yaitu
orang-orang yang Udik hidup yang paling utara Jakarta dan bagian barat dari
Jakarta dan Tangerang, yang akan sangat dipengaruhi oleh budaya Cina. Dan
lain-lain adalah orang-orang yang tinggal di bagian timur dan selatan bagian
dari Jakarta, Bekasi dan Bogor, yang sangat dipengaruhi oleh Kebudayaan Sunda.
Mereka biasanya datang dari kelas ekonomi yang lebih rendah, yang umumnya lebih
bergantung pada pertanian. Tingkat pendidikan mereka sangat rendah dibandingkan
dengan
Betawi Tengah dan Betawi Pinggir. Dalam
Peran Islam dalam kehidupan sehari-hari dari Betawieople
Udik p sangat differentfrom peran Islam di kalangan orang-orang Betawi Tengah
dan Betawi, di mana Pinggir dua Betawi , kelompok-kelompok
Islam berpendapat seperti peran yang sangat penting dan menentukan pola
perilaku mereka pada kehidupan sehari-hari. Harus diperhatikan bahawa sekarang
telah ada perubahan dalam pola pendidikan dan pendudukan di kalangan Betawi,
di mana secara bertahap Udik pendudukan mereka menjadi serupa dengan pendudukan
dan pola pendidikan dari Betawi Tengah dan Betawi
Pinggir.
Penekanan pada nilai-nilai kebudayaan yang diberikan oleh orang tua untuk
anak-anak mereka agak sedikit berbeda antara
kelompok-kelompok- orang Betawi. Sementara Betawi orang -orang
Tengah lebih superior di latar belakang ekonomi dibandingkan dengan
kelompok-kelompok lain Betawi, Betawi adalah lebih
superior intheir Pinggir pendidikan agama. Betawi orang
cenderung Tengah mengirim anak-anak mereka ke sekolah publik sebagai pendidikan
formal mereka, tetapi Betawi mengirimkan anak-anak mereka ke
pinggir pesantren atau pesantren sebagai pendidikan formal
mereka.Namun, walaupun Betawi orang Tengah mengambil
pendidikan formal di sekolah-sekolah umum, mereka masih memandang pendidikan
agama sangat penting dalam kehidupan sosial mereka. Proses sosialisasi Betawi orang
Tengah tidak dapat separatedfrom sistem kehidupan keagamaan. Dengan kata lain,
nilai-nilai agama mempunyai peran penting dalam mayoritas Betawi proses
sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Masyarakat Pola Dekat
Tidak semua masyarakat
adat di Indonesia adalah terbuka kepada orang asing. Beberapa suku sengaja
menolak pengaruh budaya asing walaupun tidak berada di daerah-daerah terpencil.
Secara historis, umumnya mereka orang-orang yang berusaha untuk menghindari
konflik dengan pihak lain seperti perang atau kolonialisme. Mereka dipindahkan
sebagai sebuah grup untuk area tertentu untuk menghindari konflik, membentuk
kehidupan biasa dengan budaya asli tertentu. Keturunan mereka kemudian pegang
isolasi ini sebagai bagian dari bea cukai dan identitas mereka. Namun,
masyarakat ini biasanya dapat dibagi menjadi masyarakat yang memisahkan diri
bagian dalam dari pengaruh-pengaruh asing dan masyarakat luar yang yang lebih
terbuka walaupun mempertahankan adat-adat mereka. Contoh-contoh masyarakat
seperti ini di Kampung Naga, Bantetn Kanekes (), dan lain-lain.
Kampung Naga adalah sebuah desa yang dihuni oleh
sekelompok orang-orang yang kuat dalam menahan relik-relik adat nenek moyang
mereka, dalam hal ini adalah tradisi Sunda. Kampung Naga menjadi
objek dari sebuah studi antropologi hidup dalam masyarakat pedesaan dalam
peralihan dari pengaruh Hindu Sunda untuk pengaruh Islam di Jawa
Barat. Desa tersebut secara administratif berada di Neglasari, Kabupaten
Salawu, Tasikmalaya Wilayah dan Provinsi Jawa Barat. Kampung Naga adalah
letaknya tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Garut dengan kota
Tasikmalaya. Desa yang terletak di lembah yang subur, dengan hutan suci sebagai
perbatasan barat di mana Kampung Naga dari nenek moyang
Kuburan dusta. Sisi
selatan adalah dibatasi oleh sawah, dan utara dan timur akan dibatasi oleh
sungai Ciwulan yang mulai dari Gunung Cikuray di Garut. Dari Garut-Tasikmalaya
jalan raya, orang harus pergi melalui tangga batu yang telah dengan kemiringan
tentang 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter, kemudian melalui footpath di
sepanjang sungai Ciwulan untuk mendapatkan ke Kampung Naga. Bentuk Kampung Naga
adalah seperti sebuah bukit permukaan dengan lahan subur dan tanah produktif.
Kampung Naga area ini tentang salah satu dan setengah hektar, sebagian besar
digunakan untuk perumahan, Ela, tambak, dan yang lain, digunakan untuk bidang
pertanian yang bisa dipanen dua kali setahun.
Semua orang-orang Kampung Naga diklaim sebagai Muslim, tetapi sebagai
masyarakat adat lain mereka juga sangat tunduk memegang pada untuk adat-adat mereka
dan kepercayaan agama nenek moyang mereka. Hukum Islam/norma mereka adalah
sedikit berbeda dari Muslim lainnya. Ritual agama orang-orang Kampung Naga
sedang dilakukan sesuai dengan ke milik pusaka nenek moyang. Misalnya, mereka
melakukan doa-doa lima kali dalam sehari: Shubh, Duhur, 'Pesanan Asr, Isya
Mahrib, dan hanya dilakukan pada hari Jum'at. Selama hari-hari lain mereka
tidak perlu melakukan doa-doa lima kali dalam sehari. Alquran kepada anak-anak
mengajar di Kampung Naga adalah diadakan setiap hari Senin dan Kamis malam dan
mengajar bagi para orang tua yang diselenggarakan di Jumat malam. Dalam
melakukan tiang kelima
Islam, atau Haji,
mereka menganggap tidak t harus pergi jauh ke tanah suci Mekah, tetapi hanya
oleh menghidangkannya,
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Upacara Sasih yang bertepatan dengan Idul Adha setiap 10haribulan Rayagung (Dhulhijjah). Upacara Sasih untuk Kampung
Naga penduduk desa yang sama dengan yang merayakan Idul Adha dan Idul Fitri.
Menurut kepercayaan Kampung
Naga, struktur desa,
ruang kosong yang terbabit di dalam keyakinan bahwa spasi atau tempat telah
dikontrol oleh sejauh mana kekuatan gaib tertentu. Tempat-tempat yang telah perbatasan
dengan kategori yang berbeda seperti sempadan sungai, dari batas antara halaman
depan ke road, batasan antara sawah parit, huluwotan dengan atau
air melewati jalur dimana, yang licin tandas, tempat antara desa dan hutan, dan
seterusnya, masih didiami orang oleh gaya tertentu. Area yang memiliki
pembatasan-pembatasan tertentu biasanya didiami oleh roh dan dianggap sanget atau
berhantu. Mereka percaya bahwa roh-roh yang dikosongkan air sungai atau
atau jurig cai, terutama dalam sungai mendalam atau ke TPA
Leuwi. Kemudian ririwa dikenal sebagai mahluk halus yang
suka mengganggu atau menakutkan orang di malam hari, Kuntilanak adalah
mahluk halus derivedfrom wanita hamil yang mati, ia suka menghambat perempuan
yang akan melahirkan. Sementara tempat sedang digunakan sebagai investasi
alternatif oleh roh-roh, Kampung Naga mengatakan ia sebagai tempat menghantui
atau sanget. Demikian pula, tempat-tempat seperti kubur
Spesial Singaparna, Bumi
Ageung dan themosque adalah tempat dipandang sakral ke Kampung Naga
masyarakat. Kampung Naga beriman dalam roh-roh adalah masih diadakan ketat.
Itulah sebabnya mengapa Kampung Naga penduduk desa lebih suka untuk
memelihara sasajen atau
Korban Keselamatan.
Kampung Kami Naga
sistem keyakinan waktu, telah dinyatakan dalam beberapa palintangan atau
tabu. Saat-saat tertentu adalah dinilai buruk atau tabu untuk misalnya
melaksanakan pekerjaan yang sangat penting seperti membangun rumah, perkawinan,
Upacara-upacara penyunatan, dan upacara-upacara tradisional lain, yang pada
Selasa, Rabu, dan Sabtu. Kampung Naga penduduk desa dilarang untuk berbicara
tentang adat-adat mereka dan asal-usul mereka. Dalam seni publik, Kampung Naga
penduduk desa tabu ditampilkan seni pertunjukan dari luar desa, seperti lagu,
wayang kulit, darurat militer, dan lain-lain yang seni digunakan percussion.
Mereka hanya memainkan seni yang turun-temurun seperti terbangan, angklung,
belut, dan rengkong di desa, walaupun sekarang beberapa jarang dilakukan atau
tidak dikenali lagi. Jika mereka ingin melihat atau melakukan seni lainnya,
mereka harus melakukannya di luar desa.
Atau pamali tabu untuk Kampung Naga
penduduk desa masih diselenggarakan secara tegas khususnya dalam kehidupan
sehari-hari, sehubungan dengan kegiatan sehari-hari sebagai hukum landmark yang
harus menegakkan dan dipatuhi oleh setiap orang, seperti bangunan prosedur,
bentuk, lokasi, dan arah rumah, pakaian upacara, seni, dsb. Struktur rumah
harus seperti sebuah platform, dengan kayu dan bambu sebagai bahan-bahan. Atap
harus menggunakan palm meninggalkan, palm serat-serat, atau buluh. Lantai keras
harus yang terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah yang harus menghadapi
sebelah utara atau selatan dengan dipanjangkan West-East ke arah. Dinding ruang
pembersihan harus menggunakan anyaman bambu dengan sasag
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Alas berbahan.
Rumah-rumah tidak boleh melukis, tetapi dicuci putih atau dimeni.
Dinding semen tidak diizinkan. Rumah-rumah seharusnya tidak dilengkapi dengan
furniture, seperti kursi, tabel, dan tempat tidur. Rumah tidak harus memiliki
pintu pada dua arah yang berlawanan, karena menurut Kampung Naga beriman, dan
hadiah dibawa masuk ke dalam rumah melalui pintu depan tidak akan keluar
melalui pintu belakang, oleh karena itu mereka selalu menghindari memasang
pintu dalam garis lurus. Menurut Kampung Naga keyakinan, dengan menjalankan
untuk menghormati warisan yang khusus berarti bahwa mereka menghormati nenek
moyang mereka. Segala sesuatu yang datang bukan dari Kampung Naga mengajar dan
tidak dilakukan nenek moyang oleh nenek moyang mereka dianggap sebagai tabu.
Jika Kampung Naga penduduk desa melakukan sesuatu terhadap adat/ keyakinan, itu
berarti bahwa mereka tidak menghormati leluhur dan ia tidak dapat dihindari
akan memimpin mereka ke bencana.
Dalam Kampung Naga, tidak ada fasilitas pendidikan publik, walaupun ada
pendidikan agama. Untuk anak-anak yang ingin pergi ke sekolah formal, mereka
harus berjalan dari desa dan dihadiri di sana sekolah. Sebagai hasil, Kampung
Naga orang masih dapat membaca dan menulis skrip Latin dan secara umum masih
mempunyai pendidikan dasar yang baik.
Di samping Kampung Naga, contoh lain dari masyarakat tertutup adalah
orang Bantetn (atau disebut juga sebagai Kanekes).
Dalam Bantetn di sebuah traditionalcommunity hidup di bagian barat Provinsi
Banten, dekat Rangkasbitung. Populasi mereka dari 11,700 komitmennya dalam
Kendeng
Gunung di peninggian
300-500 meter (658'-1,625') di atas permukaan laut. Tanah air mereka di Banten
yang terkandung dalam hanya 50 147,2178 km (20 mil persegi) dari kawasan hutan
perbukitan 120 km (75 mil) dari Jakarta, ibukota Indonesia. Etnis Baduys
yang termasuk dalam kelompok etnis Sunda. Rasial mereka,
dan fisik sifat-sifat linguistik berbuah banyak kemiripan dengan
seluruh rakyat Sunda; namun, perbedaan dalam cara hidup mereka. Orang
melawan pengaruh asing bantetn dan ditentang menjaga cara hidup kuno (Garna,
1993; Permana, 2001).
Orang-orang percaya bahwa Bantetn adalah keturunan
aristocrate Kerajaan Sunda Pajajaran yang hidup di dekat Batutulis di
bukit-bukit sekitar Bogor. Masih ada bukti kuat untuk tidak mendukung
kepercayaan ini, walaupun arsitektur rumah tangga mereka memanfaatkan paling
dekat arsitektur Sunda tradisional. Port Pakuwan Pajajaran dikenal sebagai
Kelapa, telah dimusnahkan Sunda melalui serbuan-Faletehan prajurit Muslim di
tahun 1579, Dayeuh Pakuan ibukota Pajajaran, diduduki oleh Kesultanan Banten
kadang-kadang nanti. Namun, saat ini semakin Bantetn kehilangan
kontak dengan kebudayaan Hindu dan semakin mendapatkan lebih dekat ke alam
kedua dalam agama mereka sendiri dan hidup mereka, seperti mereka tidak
menggunakan listrik, pupuk dan teknik-teknik irigasi di pertanian mereka. Teori
lain menunjukkan bahwa mereka berasal dari utara; di mana kantung Banten orang
di utara bukit masih berbicara dengan dialek purba yang Sunda Bantetn menggunakan
hari ini.
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Agama Bantetn dikenal sebagai
Agama Wiwitan Sunda, kombinasi kepercayaan oftraditional dan Hinduisme. Namun, karena
kurangnya interaksi dengan dunia luar, agama mereka adalah lebih terkait
untuk dengan Kejawan Animisme, walaupun mereka masih tetap memiliki
banyak elemen-elemen Hindu-Buddha sambil memperluas kekuasaan pengaruh agama,
seperti istilah-istilah mereka gunakan untuk menentukan sesuatu dan
benda-benda, dan ritual-ritual dalam kegiatan keagamaan mereka. Menurut kokolot (penatua)
dari desa Kanekes Cikeusik, orang tidak penganutnya Hinduisme atau Buddhisme,
mereka mengikuti animisme, dan kepercayaan yang dihormati dan sujud menyembah
roh nenek moyangmu. Namun, dalam pembangunan iman ini adalah dipengaruhi dan
digabungkan dengan Hindu, dan untuk beberapa sejauh mana, elemen-elemen Islam.
Jumlah tertentu pengaruh Islam juga telah menyusup masuk ke dalam agama
beberapa dari Bantetn Luar dalam beberapa tahun terakhir
(khususnya di desa Girang Cicakal), dengan beberapa ide-ide asli dibuang di
untuk takaran yang baik. Otoritas muktamad terletak dalam Gusti Nu Maha
Suci, yang sesuai dengan Bantetn dikirim ke dalam dunia
untuk Adam memimpin kehidupan Bantetn (Adimihardja, 2000;
Iskandar, 1992; Ekadjati, 1995).
Dalam Bantetn menghormati banyak tabu mistis juga. Mereka
adalah dilarang untuk membunuh, mencuri, tidur, berzinah, mabuk, makan malam,
mengambil bentuk apa pun, mengenakan bunga, transportasi minyak wangi atau
sabun, menerima emas atau perak, mereka tidak menggunakan pupuk saat membuat Polsek
Sawah (nasi basah), menghasilkan tanaman komersial, menggunakan
peralatan modern untuk transportasi atau bekerja pada tanah, atau
memelihara militer besar
Binatang domestik,
menggunakan gantungan yang dipasang kuat-kuat untuk membangun rumah atau bridge,
menggunakan electronics. Masyarakat desa sebagai dianggap sebagai mandalas,
Hindu/Buddha conceptreferring ke tempat-tempat di mana agama adalah aspek utama
kehidupan. Dalam Bantetn dibagi menjadi dua sub-kelompok; BaduyDalam (panci
bagian Bantetn) dan Bantetn Luar (Bantetn Luar). Tidak ada
orang asing areallowed untuk memenuhi Bantetn bagian dalam,
walaupun Bantetn Luar tidak beberapa kontak terbatas dengan
dunia luar.
Jumlah penduduk sekitar 400 BaduyDalam terdiri dari 40
keluarga Kajeroan yang hidup dalam tiga desa Cibeo,
Cikertawana, dan larangan Cikeusik di Tanah (wilayah) di mana tidak dilarang
asing adalah diizinkan untuk bermalam. Mereka mungkin semanis Bantetn.
Dalam Dalam ikuti rigidbuyut sistem tabu, dan oleh karena itu
sangat ketat mereka telah hanya membuat sangat sedikit kontak dengan dunia
luar, karena dianggap sebagai "Orang dari lingkaran dalaman" suci.
Dalam Dalam adalah satu-satunya salah satu-dua kaum utama yang
memiliki Pu'PBB, imam rohani dari Bantetn. Dalam
Pu'adalah satu-satunya peoplewho PBB yang diizinkan untuk mengunjungi paling
dikuduskan dan tanah suci dari Bantetn yang terletak pada
Gunung Kendeng,di area Domas Kerajaan). Tidak seperti Luar, Dalams sangat
dipengaruhi oleh Islam. Pendidikan Formal untuk anak-anak Bantetn adalah
dianggap sebagai sesuatu yang terhadap kebiasaan tradisional mereka. Mereka
menolak usulan pemerintah untuk membangun sebuah fasilitas pendidikan di desa.
Hingga sekarang, terlepas dari upaya-upaya pemerintah Indonesia untuk
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Mengubah hidup mereka
termasuk pembangunan sekolah modern di wilayah itu, Bantetn masih
sangat menentang pemerintah.sebagai hasil, sangat sedikit Bantetn tahu
bagaimana untuk membaca atau menulis (Adimihardja, 2000; Garna, 1993; Permana,
2001).
Dalam Bantetn Luar ini membuat sisa Bantetn penduduk
yang tinggal di 22 desa dan bertindak sebagai penghalang untuk menghentikan
pengunjung dari masuk lingkaran dalaman. Mereka mengikuti sistem tabu kaku
tetapi tidak semata-mata sebagai Dalam, dan mereka lebih bersedia
menerima pengaruh modern ke dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
beberapa Luar orang sekarang dengan bangga memakai sarung
berwarna-warni dan kaos disukai oleh tetangga Sunda mereka. Di masa
lalu, Bantetn Luar memakai homespun mereka hanya kain
hitam-biru, dan dilarang untuk mengenakan jilbab. Elemen-elemen lain peradaban
(seperti mainan, uang, baterai, dan telepon selular) kelompok ekstrimis dengan
cepat khususnya di desa-desa utara, dan ia tidak lagi tidak biasa bagi
sebuah Bantetn membuat perjalanan ke Luar Jakarta, atau bahkan
bekerja di luar komunitas mereka sebagai seorang upahan selama penanaman nasi
dan musim menuai. Beberapa bahkan bekerja di kota dan kota-kota seperti
Jakarta, Bogor dan Bandung. Daging binatang dimakan di beberapa desa luar di
mana anjing-anjing dilatih untuk berburu walaupun peternakan masih dilarang.
Tidak seperti Bantetn Dalam yang menolak pengaruh luar, Bantetn
Dalam lebih dan lebih opento ilmu pengetahuan dan perkembangan
teknologi.
Dalam Bantetn belajar secara otodidak dari suku lingkungan mereka atau
secara informal dari orang tua mereka. Sepanjang
Hari, desa mereka kosong. Semua orang pergi ke ladang
anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, hanya 3-8 teruna-ke kiri di desa untuk
tujuan keselamatan dari desa mereka. Mereka belajar untuk membaca
sendiri-sendiri, misalnya dengan mengamati paket merek minuman dan makanan.
Mereka membandingkan huruf-huruf pada satu merek lainnya, dan mereka mengingat
bentuk huruf-huruf. Memerlukan sifat-motivasi belajar. Membaca secara otodidak
merupakan salah satu dari banyak kemampuan diri mereka. Bantetn membangun
rumah-rumah mereka, orang jalan dan desa-desanya tanpa bantuan luar, kecuali
jika mereka menghadapi bencana api seperti kecelakaan.
Inilah konsep hidup masyarakat bantetn isdifferent dari yang lain. Mereka
memiliki cara-cara mereka sendiri organisasi sosial, sistem sosial,
kepemimpinan, lembaga-lembaga adat, upacara-upacara sistem agama, dan interaksi
sosial. Walaupun sebagian dari mereka menggunakan berisi abjad Hanacaraka
kuno, tetapi secara umum Baduys tidak memiliki budaya
menulis. Oleh karena itu, sebagian besar dari hal-hal yang termasuk hukum
tradisional mereka dan cara hidup yang umum mereka adalah berjalan melalui
tradisi oral. Para pemimpin yang Bantetn (Kurnia, 2010)
terdiri ofeight kategori-kategori militerlah yang mencakup yang patuh hukum,
penegakan hukum, pemeliharaan alam, rasa hormat kepada pemimpin, bantuan
saling/kerjasama, bekerja/kehidupan, kebersamaan, dan bertanggung jawab
mengatakan ini adalah dipelihara. Konsep-konsep verbal yang tumbuh-dalam
kehidupan Baduys menyebabkan perubahan dalam struktur amsal.
Alam adalah karakter
utama
Bantetn kehidupan masyarakat yang dapat beseen dari kehidupan
sehari-hari mereka. Mereka tidak dibenarkan untuk menggunakan bahan kimia
seperti
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Soaps, deodorants dan kosmetik. Ketika mereka akan
membangun rumah, khususnya dalam Bantetn Dalam, mereka tidak
menggunakan paku untuk tahan kayu. Kemudahan dan menjadi salah satu dengan alam
adalah cara hidup mereka. Filosofi hidup mereka dianggap sebagai harus dan
tidak boleh diubah. Dalam suku Bantetn selalu menjaga keseimbangan
dengan alam. Keaslian, dan kehidupan alam adalah harus untuk menghindari atau
meminimalkan hal yang dapat memusnahkan alam dalam kehidupan komunal mereka.
Peran pemerintah dalam ECE untuk anak-anak di bawah 3
tahun
Kebijakan pemerintah pada awal kanak-kanak, seperti yang telah dijelaskan
di atas, bertujuan untuk mendorong penyediaan pendidikan anak usia dini untuk
tingkat standar yang baik memang, ada kemajuan substantif dalam penyediaan
pendidikan anak usia dini untuk anak-anak di bawah tiga tahun di Indonesia pada
tingkat masyarakat. Meningkatnya jumlah taman kanak-kanak dan perencanaan
keluarga yang dimiliki oleh masyarakat menunjukkan perhatian yang semakin
berkembang dan komitmen masyarakat dalam penyediaan pendidikan anak usia dini.
Pemerintah seharusnya tidak menggantikan peran masyarakat yang ada. Sebaliknya,
pemerintah akan memfasilitasi, mendorong, dan melengkapi berbagai kegiatan yang
sudah ada; oleh sebab itu, variasi dan kualitas layanan akan terus-menerus
mesra. Upaya untuk mengintegrasikan manajemen dan program pendidikan anak usia
dini layanan yang sudah ada yang perlu (Jalal, 2004).
Di Hal ini Waktu, Dalam Pemerintah Telah
Telah memberikan
perhatian yang lebih besar untuk berbagai upaya-upaya dalam organisasi dan
konten dari program ECE untuk menyertakan parenting, perawatan kesehatan yang
sesuai dan penyediaan makanan nutrisi. Aspirasi adalah untuk memastikan
perkembangan anak yang optimal untuk masa depan sehat, cerdas, dan sumber daya
manusia akhlak mulia. Tercermin dengan komitmen inisiatif-inisiatif untuk
memberdayakan orang, grup, dan tertarik dalam kegiatan ECE organisasi. Kerja
sama yang telah mengakibatkan BKB-Posyandu-PAUD model.
Pada prinsipnya mempertahankan, program ECE memerlukan yang cocok dengan
alamat layanan ECE dan memenuhi kebutuhan masyarakat (Fidesrinur, 2008). Secara
keseluruhan, komitmen pemerintah telah menerima tanggapan positif dari
masyarakat. Bersama dengan semakin meningkatnya kesadaran, pendidikan dan
perawatan awal mempengaruhi masa depan anak kehidupan dewasa. Namun, di
Indonesia, respon dari masyarakat pola terbuka mungkin berbeda dari masyarakat
pola ditutup.
Dalam masyarakat pola yang terbuka di liberal menerima pengaruh-pengaruh
luar negeri, pemerintah telah fleksibilitas lebih dalam menerapkan kebijakan
ECE dan merancang program-program untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Salah
satu tantangan yang dihadapi adalah untuk menjangkau seluruh daerah terpencil.
Kerjasama dengan lembaga-lembaga keagamaan mungkin menguntungkan, tetapi ia
dapat menolak jika masyarakat' beriman berbeda dengan lembaga-lembaga
keagamaan. BKB bergabung corporation di Posyandu-PAUD model-model-mungkin lebih
diterima dalam era desentralisasi, karena BKB dan program Posyandu mencapai
lebih
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Beragam dan daerah pedesaan di Indonesia, dan terdapat
beberapa kesamaan dalam BKB-Posyandu dan PAUD atau tujuan ECE, untuk
meningkatkan kesejahteraan anak-anak Indonesia.
Sayangnya, BKB-Posyandu dan ECE telah terkesan berjalan sendirian. Ada
persepsi yang sedang tumbuh masyarakat bahwa kegiatan ini melanjutkan secara
mandiri dengan pokok bahasan tujuan yang tidak ada hubungannya dengan setiap
orang lain (Dipo, Wicaksana, Mardiya, Haryana, & Paryanta, 2007). Walau
demikian, jika mengeksplorasi lebih jauh lagi, semua kegiatan-kegiatan ini
dapat diintegrasikan dan dilengkapi masing-masing pendekatan holistik dalam
penyediaan ECE. Saat ini, kegiatan BKB meningkatkan kepekaan untuk meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan sikap orang tua dan anggota keluarga
lainnya dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita.
Posyandu adalah sebuah program dalam kerangka kerja perawatan kesehatan untuk
memantau status gizi anak-anak tumbuh sehat dan gembira. Target BKB-orang tua
dan anggota keluarga lainnya sementara Posyandu adalah untuk anak-anak dan
orang tua, orang dewasa termasuk orang-orang yang lebih tua. Di masa mendatang,
diharapkan bahwa BKB-Posyandu-kegiatan PAUD akan lebih terpadu, dilengkapi dan
bersinergi dalam hal waktu dan tempat, administrasi, keuangan dan penggunaan
infrastruktur.
Dalam pola terbuka masyarakat, pemerintah perlu mempertimbangkan wisdoms
lokal dalam pelaksanaan program ECE. Mempertimbangkan kearifan lokal akan
memfasilitasi penerimaan dan keberlanjutan masyarakat lokal (Fidesrinur, 2008).
Selain itu, program ECE akan lebih, dalam istilah holistik
Pengembangan anak-anak sejalan dengan konteks budaya
mereka. Ada beberapa upacara-upacara, seperti upacara tradisional untuk ibu
hamil, ritual bagi bayi dan bayi, tradisi sanggup melontarkan, makanan
tradisional, permainan tradisional dan seni, dongeng dan seni tradisional
menunjukkan. Namun, pemerintah harus mendorong penelitian ilmiah pada
upacara-upacara dan tradisi, untuk menganalisis dampak dari upacara-upacara di
era ini ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi untuk menentukan apakah
ritual-ritual mendorong atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Dalam pola ditutup, pelaksanaan masyarakat kebijakan pemerintah adalah
lebih sulit kemudian buka masyarakat pola. Mereka tidak hanya menolak proposal
pemerintah dalam pendidikan formal, tetapi juga dalam program kesehatan.
Sebagian besar masyarakat adat ini masih menolak untuk mempelajari melek huruf
hingga sekarang (Prihantoro, 2006), khususnya skrip Latin, walaupun melek huruf
adalah penting bagi akuisisi kehidupan, baik untuk anak-anak keterampilan,
pemuda, dan orang dewasa, untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam
kehidupan mereka dan sebagai langkah-langkah dasar dalam pendidikan, yang
merupakan faktor yang memungkinkan penting untuk berpartisipasi secara aktif
dalam masyarakat dan ekonomi dari abad ke-21. Namun, masyarakat adat biasanya
memiliki tradisi lama pengetahuan yang diwariskan dari generasi ke generasi
secara lisan yang mengatur masyarakat mereka.
Bekerja dengan masyarakat adat, pemerintah harus melakukan lebih banyak
lagi penelitian-penelitian dan mempertimbangkan re-positioning komunitas ini.
Masyarakat memiliki budaya mereka sendiri, dan bahkan dalam hal nilai-nilai
peradaban dan norma-norma yang
Kaum Alya B. Purwakania
Hasan dan Eny Suwarni
Berpengaruh dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu,
pemerintah perlu mengakui dan menganggap kearifan lokal menanamkan dalam
program ECE. Misalnya, pemerintah dapat menggunakan tradisi oral atau abjad
kuno, seperti hanacaraka bagi masyarakat adat Sunda dan Jawa.
Bagi penduduk desa itu sendiri harus mengambil peran aktif dalam proses
pendidikan. Pemerintah harus mendirikan fasilitas ECE, tidak di desa jika ia
tidak mungkin, tetapi dekat desa yang masih terjangkau oleh penduduk desa -
yang telah membuka masyarakat pola yang lebih terbuka untuk ilmu pengetahuan
dan pengembangan teknologi. Dalam hal ini, BKB-Posyandu-PAUD model terpadu
telah lebih menguntungkan daripada hanya ECE, karena mereka menawarkan
pendekatan lebih luas.
Kesimpulan dan Saran
Fokus dari studi ini
adalah pelaksanaan pendidikan anak usia dini masyarakat adat, menjelaskan
bagaimana pemerintah dapat menutupi kelompok-kelompok minoritas untuk
mempromosikan kesempatan yang sama bagi anak-anak. Berikut ini adalah
rekomendasi bagaimana pemerintah perlu mendukung kelompok-kelompok masyarakat
adat anak-anak untuk meluasnya di mana pemerintah mengembangkan kebijakan ECEC
unik sendiri dalam lebih pendekatan kontekstual.
1.
Sementara pemerintah
telah menunjukkan komitmen mereka untuk ketentuan program ECE oleh kebijakan
setelan dan pemberlakuan peraturan panduan, kebijakan ECE perlu di
Keselarasan dengan kebijakan pemerintah lain, dsb. ECE
untuk sangat muda dewasa di Indonesia adalah akhirnya tugas orang tua,
sementara hanya pemerintah merangsang ini dengan program kesehatan dan
pendidikan tertentu.
2.
Ada beberapa ritual tradisional tentang anak-anak di
bawah 3 tahun di Indonesia, termasuk upacara tradisional untuk ibu hamil,
ritual bagi bayi dan bayi, tradisi sanggup melontarkan, makanan tradisional,
permainan tradisional dan seni, dongeng dan seni tradisional menunjukkan.
Pemerintah harus mendorong research untuk menentukan secara ilmiah upacara ini
baik dan yang satu ini masih sangat relevan bagi perkembangan anak.
3.
Ada dua jenis interaksi multibudaya di Indonesia, pola
terbuka dan pola dekat. Setiap pola mempengaruhi pendidikan anak-anak, apakah
formal, atau nonformal informal.
Dalam setiap pola,
peran orang tua sangat penting untuk anak di bawah 3 tahun. Oleh karena itu,
pemerintah harus mendorong integrative pendekatan yang memprioritaskan
keterlibatan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai yang sesuai bagi anak-anak
mereka berdasarkan budaya mereka.
4.
Pemerintah perlu mengimplementasikan strategi yang
berbeda dalam pola interaksi multibudaya yang berbeda-beda. Namun, sebuah
pendekatan multisektoral untuk mengaktifkan pemerintah mencapai penyediaan ECE
komprehensif di negara tersebut.
Kebijakan dan praktek untuk memajukan kesadaran
Multibudaya Masyarakat awal kanak-kanak pendidikan di Indonesia
Referensi
Adimihardja, K. (2000). Orang Utan Bantetn di Banten
Selatan: Manusia (pemelihara udara sungai [orang-orang Badui di Selatan metro
Manila: Maal pemelihara Sabat pada air sungai], Jurnal Antropologi
Indonesia, 61, 47 - 59.
Berns, R. M. (1997). Anak, keluarga, sekolah,
sosialisasi dan masyarakat,mendukung.
San Diego, NY:
Harcourt Brace College Publ.
Bronfenbrenner, U. (1997). Pengembangan ofhuman
ekologi. Cambridge, MA:Harvard University Press.
Ditjen Dikti. (2006). Naskah AkademikPendidikan
Profesional Guru [Academicframework untuk pendidikan guru
profesional]. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Indonesia
Dipo, W. T. S., Wicaksana, R. D., Mardiya, Haryana, & Paryanta.
(2007). ModelOperasionalBKB-Posyandu-PAUD.Kulonprogo:Dinas
Kependudukan Catatan Sipil Keluarga Berencana dan Saat Masyarakat.
Ekadjati, E. S. (1995) (Suatu Pendekatan
Kebudayaan Sunda) [Sundanesecustom mempunyai makna sejarah, dan
perspektif sejarah]. Jakarta: Pustaka Jaya.
Fidesrinur. (2008) dan Konsultan PerluasanAkses Pemerataan PAUD:
Suatu Alternatif Solusi Komprehensif upaya mewujudkan terhadap Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) di Indonesia [Ekuitas dan akses layanan broadeningECE
upaya: sebuah alternatif solusi menyeluruh untuk layanan ECE]. Jakarta:
Unversitas Al Azhar Indonesia.
Garna, Y. (1993). Masyarakat Bantetn Di
Banten, dalam Masyarakat Terasing" di Indonesia
[Bantetn di Banten, komunitas masyarakat adat di Indonesia]. Dalam
Koentjaraningrat & Simorangkir. SeriEtnografi Indonesia No.4 [IndonesianEthnographic
No. Seri4]. Jakarta: Departemen Sosial dan Dewan Nasional Indonesia
untuk 50 deng Sosial sebuah Gramedia Pustaka Utama
Geertz, H. (1983). Unia Jawa [keluarga
Jawa]. Jakarta: Gramedia.
Horowitz, F. D., Darling-Hammond, L, & Bransford, J.
(2005). Menyiapkan teachersfor sebuah dunia yang berubah. San
Fransisco, tidak:Jossey-Bass.
Iskandar, J. (1992). Ekologi Perladangan
diIndonesia: Studi Kasus dari Daerah Bantetn, Banten Selatan, Jawa Barat [Landecology
di Indonesia: Sebuah studi kasus di Area Bantetn, Bantetn Selatan]. Jakarta:
Djambatan.
Jalal, F. (2004). Seminar dan Lokakarya
PAUDmenyongsong kurikulumPendidikan Enak Bersemangat Berbasis Kecerdasan Dini
Jamak di masa depan [ECE lokakarya & seminar:terhadap kurikulum ECE
berdasarkan beberapa intelligence]. Jakarta: Depdiknas.
Lawson, K. R., & Ruff, H. A. (2004). Perhatian awal
dan emotionality negatif memprediksi nanti dan kognitif fungsi perilaku. Jurnal
internasional fungsi perilaku. Jurnal Internasional
Pembangunan ofBehavioral, 28(2), 157-165.
Permana, C. E. (2001). Kesetaraan gender dalam inti adat
diawali Bantetn kesetaraan jender [dalam Bantetn kehidupan khusus]. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra.
Prihantoro, F. (2006). Kehidupan
BerkelanjutanMasyarakat Suku Bantetn [lifeof Berkelanjutan Bantetn
masyarakat suku] (Asia Baik
Kaum
Alya B. Purwakania Hasan dan Eny Suwarni
Proyek Praktik ESD).
Semarang: BINTARI (Bina Karta Lestari) Foundation.
Republik Indonesia. (1994). Perihal
PeraturanPemerintah 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Unia
Sejahtera [regulationnr Pemerintah.21 Tahun 1994 mengenai pembangunan
keluarga]. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Republik Indonesia. (2005). Perihal
PeraturanPemerintah 19 Tahun 2005 Tentang Patokan Nasional Pendidikan
[Peraturan Pemerintah nr.19 Tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan]. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Republik Indonesia. (2003). Undang-undang-undangNomor
20 Tahun 2003 Tentang System Pendidikan Nasional [LawNr Indonesia.20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional]. Jakarta: Setneg.
Republik Indonesia. (2002). Undang-undang-undangNomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak [No.23 Tahun Hukum Indonesia
2002- tentang perlindungan anak]. Jakarta: Setneg.
Republik Indonesia. (1992). Undang-undang-undangNomor
10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera [Hukum Indonesia No.10 tahun1992. mengenai penduduk dan
pembangunan keluarga]. Jakarta: Setneg.
Republik Indonesia. (1992). Undang-undang-undangNomor
23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
[aw No.23 Indonesia
tahun 1992]. Jakarta: Setneg.
Santrock, J. W. (2002). Sebuah pendekatan tropis tolife-span
pembangunan. Boston: McGrawHill.
Saltaris, C., Serbin, L. A., Stack, D. M., Karp, J. A., Doni Koesoema A, A.
E., & Ledingham, J. E. (2004). Memelihara kompetensi kognitif dalam
preschoolers: laporan longitudinal study dari intergenerational kesinambungan
dan risiko. Jurnal Internasional BehavioralDevelopment, 29 (2),
105-115.
Semiawan, C. (2002). Boom Baru PAUDdalam rangka
prilaku sosialisasi PAUD [ECEnew di ECE paradigma sosialisasi].
Jakarta: Depdiknas.
Alat cukur, K. G. (1993). Psikologi. New
York, NY: bernama Prentice Hall
Shiraishi, S. S. (2001). Pahlawan- pahlawan
muda pahlawanBelia []. Jakarta: Gramedia.
Tim Pameran VIII Himpunan Wastaprema. (2010). Trandisonal
Gendongan Nusantara
[Nusantara
tradisi-tradisi umban]. Katalog belum dipublikasi. Jakarta: PWH
Wimbarti, S. (2011). Penting, Pendidikan Anak Usia Dini
Berdasarkan Budaya majemuk. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Kaum muda, M. E. (Ed.). (2002). Dari
childdevelopment awal bagi pembangunan manusia.
Washington, DC: Bank Dunia.
94