BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang
diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca
indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus
digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk
memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya
harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan
terarah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya
potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan
yang cukup sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan
diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan
pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya.
Pendidikan dapat diartikan sebagai
suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap
melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan
pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat
diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui
lembaga informal dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam
lingkungan keluarga. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan
berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami
kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Kebudayaan tidak dibawa manusia sejak kelahirannya.
Secara faktual, dan sebagaimana tersurat dalam definisi yang dikemukakan
Koentjaraningrat, kebudayaan dapat menjadi milik diri manusia sehingga menjadi
karakteristiknya yang esensial dibanding dengan hewan hanyalah melalui belajar.
Di pihak lain, bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan sedikit banyak merupakan
himpunan dari pola-pola budaya yang diperlukan dalam rangka mempertahankan
eksistensi suatu masyarakat.
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui khusus dan percobaan yang
terpisah dengan kajian yang sistrmatis mengenai praktek pendidikan dalam
prespektif budaya, sehingga antropologi menyimpulkan bahwa sekolah
merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing
masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang
efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data yang
didapat di lapanga oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya
mengekploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya dengan
pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
landasan antropologi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan landasan antropologi dalam
pendidikan?
3. Apa manfaat landasan antropologi dalam pendidikan?
4. Apa pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat?
5. Bagaimana implikasi landasan antropologi dalam pendidikan?
6. Bagaimana aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui
pengertian landasan antropologi
2.
Untuk mengetahui
sejarah perkembangan landasan antropologi dalam pendidikan
3.
Untuk mengetahui
manfaat landasan antropologi dalam pendidikan
4.
pengaruh antropologi terhadap
lingkungan dan masyarakat
5.
Bagaimana implikasi landasan
antropologi dalam pendidikan
6.
Apa aplikasi landasan antropologi
dalam pendidikan saat ini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Landasan
Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata
”antrophos” berarti manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari
manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki
dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi
kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan
antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbanding
atau perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak
diperdebatkan dan manjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang
sering kali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah
yang sama.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.
Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang
melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2
bagian yaitu antropologi fisik/ biologi dan antropologi budaya.
Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah-pecah lagi menjadi
banyak sehingga menjadi spesialisasi-spesialisasi, termasuk antropologi
pendidikan. Seperti halnya kajian antropologi pada
umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian
yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam
dunia pendidikan.
Salah satu pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh para ahli adalah bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidupbermasyarakat yang berisi
aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, moral, kesenian, hokum, adat-istiadat dan
lain-lain.
Menurut Kerber dan Smith ada enam fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan
manusia yang sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan, yaitu:
a.
Penerus anak dan
pengasuh anak, yaitu suatu fungsi yang menjamin kelansungan hidup biologis
kelompok social
b.
Pengembangan kehidupan
berekonomi, yaitu pendidikan sebagai budaya akan membuat orang mampu menjadi
pelaku ekonomi yang baik.
c.
Transmisi budaya,
yaitu salah satu tugas pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan adalah mapu
membentuk dan mengemangkan generasi baru menjadi orang-orang yang berbudaya.
d.
Meningkatkan iman
dan tagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu pendidikan sebagai budaya haruslah
dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhaap
ajaran-ajara agama yang dipeluknya.
e.
Pengendalian social,
yaitu pelembagaan konsep-konsep untuk melindungi kesejahteraan individu atau
kelompok.
Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu
seorang pendidik harus sedikit banyak memahami latar siswa yakni keluarga,
budaya, lingkungan siswa. Oleh karena itu, antropologi dibutuhkan sebagai
landasan dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan memiliki beberapa
manfaat diantaranya:
1.
Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam
kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap
masyarakat (suku bangsa).
2.
Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus
kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita
sandang.
3.
Dengan mempelajari antropologi akan memperluas
wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh
dunia khususnya Indonesia yang mempunyai
kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya
sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4.
Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat
serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang
menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan
yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi
dapat menjadikan bangsa Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis.
B. Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi Dalam
Pendidikan
Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami
tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Perkembangan ilmu antropologi menjadi
empat fase sebagai berikut :
1.
Fase Pertama ( sebelum 1800 )
Sekitar abad ke-15-16,
bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari
Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak
menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi
mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di
buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang
berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik,
kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan
yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan
etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu
menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19
perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari
sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha
untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2.
Fase Kedua ( tahun 1800 )
Pertengahan abad 19, integrasi
muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi sebuah karangan-karangan.
Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara berfikir evolusi
masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan sangatlah lambat. Di
mulai dari tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di
tingkat tertinggi. Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan
manusia zaman dahulu, mereka adalah salah satu contoh masyarakat primitive. Dan
contoh untuk masyarakat yang ada di tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar tahun 1860 muncul
karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia ke dalam tingkat
evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi. Dengan meneliti
bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan tentang sejarah
penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak mempunyai
tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan sarjana
universitas.
Tujuan antropologi pada fase
kedua ini adalah akademis,
yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
3.
Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )
Dalam fase ketiga ini, olmu
antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan mampalajari masyarakat
fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah
kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa kini yang
kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara
penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahannya
di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat penting karena menyangkut
juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar
Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi
nerkembang di negara-negara pemjajah, terutama Inggris. Bahkan berkembang juga
di negara Amerika Serikat, yang bukan merupakan negara kolonial.
4.
Fase Keempat
Ilma Antropologi mengalami
perkembangan yang sangat pesat, diantaranya pengetahuan yang jauh lebih teliti
fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam. Perkembangan ini menyebabkan :
a)
Timtbulnya anitipati kolonialisme setelah perang dunia 2
b)
Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan
benar-benar hilang setelah Perang Dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu
Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok yang baru, dengan
berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang baru
itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli
antropologi dari negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 .
penekitian tifak hanya tertuju pada penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi
juga suku bangsa pedesaan di Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam, dan Soami.
Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :
a) Tujuan
akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.
b) Tujuan
praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
C. Manfaat Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Setiap manusia
memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik harus sedikit banyak
memahami latar siswa yakni keluarga, budaya, lingkungan siswa. Oleh karena itu,
antropologi dibutuhkan sebagai landasan dalam pendidikan. Antropologi dalam
pendidikan memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1. Dapat
mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara
Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa).
2. Dapat
mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan
warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3. Dengan
mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan
umat manusia diseluruh dunia khususnya Indonesia yang mempunyai
kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya
sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4. Dapat
mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan
terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu
mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam
lingkungan masyarakatnya.
Dari manfaat
diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi dapat menjadikan bangsa Indonesia
yang memiliki jiwa nasionalis.
D. Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Perbedaan geografis mencakup
perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh faktor geografis seperti letak daerah,
misalnya: pantai, daerah pegunungan, daerah tropis, daerah sub tropis, daerah
subur, daerah tandus, dan sebagainya. Sebagai contoh, pengaruh daerah
sub tropis terhadap pola kerja manusia akan berbeda dengan daerah tropis. Pada
daerah sub tropis ada musim dimana manusia kurang/tidak dapat bekerja secara
penuh, terutama pada musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia daerah
sub tropis untuk mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian
pula masyarakat di daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk
mempertahankan hidupnya dibandingkan dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut
melahirkan pula perbedaan kebudayaan, baik dalam wujud ide-ide, pola, tingkah
laku maupun kebudayaan. Di daerah subur seperti di Indonesia, dimana manusia
tidak perlu berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya, dimana sumber-sumber
alam relatif mudah diambil, membuat manusia juga bermurah hati terhadap
sesamanya, sehingga bila ada seorang warga masyarakat yang mengalami
kekurangan, orang launn dengan mudahnya membantu orang yang menderita tersebut.
Karena itu terutama di pedesaan, dimana kebutuhan hidup dari alam sekitar relatif
lebih mudah didapatkan, perasaan gotong-royong antar warga masyarakat sangat
tinggi. Sebaliknya di daerah perkotaan dimana manusia harus berusaha lebih
keras untuk mempertahankan hidupnya, maka perasaan gotong-royong itu makin
menipis, dan perasaan individualitasnya lebih tinggi.
Hal-hal tersebut diatas juga
mempengaruhi sistem nilai budaya yang dianut oleh warga masyarakat, yang dengan
sendirinya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung di
masyarakat yang bersangkutan, karena proses pendidikan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari lingkungan geografis dan sosiokultural masyarakat.
Studi antropologi selain
untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang telah
membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka
pembangunan dan pengembangan masyarakat. Landasan antropologis pendidikan
adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan
masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa,
kesenian, dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan kurikulum
muatan lokal.
Dari paparan diatas
pendidikan perlu dilandasi antropologi karena melalui antropologi bisa
membuka diri tentang keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan
menghargai kebudayaan orang lain.
E. Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam implikasi landasan antropologi, adalah sebagai berikut:
1.
Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber
dari informasi masyarakat sekitar. Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh
masyarakat, baik secara formal maupun informal, tokoh agama, dan perwakilan
masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data
yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum.
2.
Keterlibatan partisipasi
masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka
masyarakat ikut serta dalam merancang kurikulum, menyediakan sarana dan
prasarana, menentukan nara sumber sebagai fasilitator, dan ikut menilai hasil
belajar.
3.
Pemberian pendidikan kecakapan
hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan
dalam bentuk pemberian keterampilan dan kemampuan dasar pendukung fungsional,
membaca, menulis, berhitung, memcahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja
dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen 2002, dalam Efendi
2009:153).
F. Aplikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini
Penerapan landasan antropologi dalam pendidikan saat ini adalah sebagai
berikut:
1.
Model pembelajaran berbasis
budaya lokal.
Model
pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal. Materi disesuaikan dengan
potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan sekolah. Sehingga siswa dapat
mengenali potensi budayanya sendiri, mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta
tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
2. Metode
pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu
tempat ( objek ) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu
pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu
mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya .
Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke
suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.
3. Pembelajaran dengan modeling
Modelling adalah metode
pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai obyek belajar perubahan
tingkah laku yang kemudian ditiru oleh siswa. Modelling bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.
Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang
melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia
hidupbermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia
sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, moral,
kesenian, hokum, adat-istiadat dan lain-lain. Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh
karena itu seorang pendidik harus sedikit banyak memahami latar siswa yakni
keluarga, budaya, lingkungan siswa. Oleh karena itu, antropologi dibutuhkan
sebagai landasan dalam pendidikan.
B. SARAN
Seharusnya di sekolah-sekolah juga perlu mengembangkan antropologi
pendidikan kurikulum agar anak didik serta pendidiknya mengerti dan paham
asal-usul mengapa kebudayaan di sekeliling kita diadakan, apa makna dibalik
kebudayaan tersebut, apa manfaat dari kebudayaan tersebut, relevankah kebudayaan
itu dengan kehidupan dan kepercayaan umat manusia sebagai manusia yang beragama
masa kini.
Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan
berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan berubah akan
akan dapat mengubah kebudayaan. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin
mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab kebudayaan
dikembangkan oleh manusia. Pendidikan multicultural perlu ditanamkan sejak dini
baik melalui pendidikan formal maupun non formal, agar anak memiliki rasa.
DAFTAR PUSTAKA
v Sukardjo, M.
& Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
v Wahyudin,
Dinn., dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
v Saefuddin,
Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis
Mengenai Paradigma. Jakarta: Prenanda Media.
v Sudomo.
1989. Landasan Pendidikan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
v Pidarta, Made.
2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
v Widyastuti.Aryani. http://aryaniwidhiastuti.blogspot.com/2012/12/sejarah-perkembangan-antropologi-semest.html. di akses 8
September 2013
v Efendi, M.
2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman KBK,
KTSP, dan SBI. Malang: Universitas Negeri Malang.
v http://akhmad-sugianto.blogspot.co.id/2013/09/landasan-antropologi-pendidikan_24.html.20/09/2015
v http://akhmad-sugianto.blogspot.co.id/2013/09/landasan-antropologipendidikan_24.html. diunduh 20/09/2015
v
Soelaeman, Munandar. 2005 Ilmu Budaya Dasar. Refika Aditama.
Bandung
v
Sjafri Sairin, 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia:Perspektif Antropologi. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
v
http://wikan2004.multiply.com/journal/item/2/Ringkasan.Materi_Perubahan _Sosial_Budaya Enoh,
Moh. 1994. Geografi regional asia Sub Region Jepang Surabaya :IKIP
v http://viapurwawisesasiregar.blogspot.co.id/2014/05/makalah-antropologi-budaya-tentang.html.20/09/15.
v Koentjaraningrat. 1985. Manusia
dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
v http://bettereducation.wordpress.com/keanekaragamanmasyarakatindonesia. diakses tanggal 20/09/2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar