Minggu, 25 Oktober 2015

LEMBAR JAWABAN UJIAN SEMESTER LANDASAN KEPENDIDIKAN

TUGAS
MATA KULIAH LANDASAN KEPENDIDIKAN
( Dosen : Prof. Dr. Suyahmo, M.Si )


UJIAN SEMESTER
                                                                                      





Oleh :
SIHA ABDUROHIM
0301515015



PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL  S2
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015




LEMBAR JAWABAN UJIAN SEMESTER
1.   a).Sejarah sebagai landasan kependidikan, yang muaranya untuk mencerdaskan murid agar mampu berpikir benar, baik dan bijaksana. Orde Lama dan Orde Baru dalam hal sejarah penggali pancasila, berbeda persepsi antara keduanya. Analisis hal ini, dalam perspektif landasan pendidikan yang muaranya untuk mencerdaskan siswa/murid.
Jawab: Kajian sejarah selalu terkait 3 unsur, yaitu: manusia (perilaku), ruang, dan waktu. Penggali pancasila pada masa Orde lama adalah Bung karno. Ada yang mengatakan bahwa M. Yamin, menurut orde lama bahwa  penggali pancasila adalah soekarno tapi dalam orde baru ingin menghapus jasa-jasa sokarnoisme hal inilah karena adanya unsur kepentingan. Yakni dari orde baru Soeharto. Kesalahan lain Orde Baru adalah menjadikan Pancasila sebagai landasan amal. Dan Kesalahan Orde Baru adalah menjadikan Pancasila sebagai landasan amal. Untuk menjelaskan akan hal tersebut kapada siswa maka guru harus menjelaskan semuanya tetapi guru harus bisa membatasi mana yang baik dan yang tidak baik. Sehingga siswa mampu berfikir benar, baik dan bijaksana.
Benarkah Bung Karno adalah orang pertama yang merumuskan Pancasila? Ternyata tidak! Tiga hari sebelum pidato Bung Karno itu, pada 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin sudah terlebih dahulu menyampaikan pidatonya yang juga mengandung usulan lima dasar bagi Indonesia merdeka, yaitu (1) peri kebangsaan (2) peri kemanusiaan (3) peri-Ketuhanan (4) peri kerakyatan dan (5) kesejahteraan rakyat.
Tidak ada perbedaan fundamental antara lima asas Yamin dengan lima dasar Soekarno. Panjang naskah pidatonya pun sama, yaitu 20 halaman. Karena itulah, B.J. Boland dalam bukunya, The Struggle of Islam in Modern Indonesia (The Hague: Martinus Nijhoff, 1971), menyimpulkan bahwa “The Pancasila was in fact a creation of Yamin and not Soekarno’s.” (Pancasila faktanya adalah karya Yamin dan bukan karya Soekarno).
Bahkan, tentang nama Pancasila sendiri, diakui oleh Soekarno ia mengkonsultasikan nama itu kepada seorang ahli bahasa, yang tidak lain adalah Muhammad Yamin. Dalam bukuSejarah Lahirnya Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila(Inti Idayu Press, 1984) disebutkan, bahwa Soekarno pada tahun 1966 mengakui, kata “sila” adalah sumbangan Yamin, sedangkan kata “Panca” berasal dari dirinya. (Lihat, Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, (Jakarta: GIP, 1997),hal. 18-19). Juga, Restu Gunawan, Muhammad Yamin dan Cita-cita Persatuan, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2005), hal. 48-50).
Juga, sebagai catatan, soal penggali Pancasila sebenarnya hingga kini masih menyisakan perdebatan. Dalam rapat-rapat BPUPK, sebenarnya ada sekitar 30 anggota yang berbicara, termasuk Mohammad Hatta. Anehnya, hanya pidato 3 orang saja yang dimasukkan ke dalam buku Muhammad Yamin,Pembahasan Undang-undang Dasar Jilid I. Notulen rapat BPUPK semula dipegang oleh RP Suroso, lalu dipimjam oleh Adinegoro. Selanjutnya Muhammad Yamin meminjam dari Adinegoro dengan alasan akan diterbitkan, untuk itu perlu diedit. Sampai meninggalnya Yamin, naskah notulen tersebut tidak pernah muncul, sementara yang beredar di masyarakat adalah bukunya Yamin, yang hanya memuat pidato 3 orang saja. Bung Hatta pernah mengaku sangat kecewa dengan hilangnya notulen BPUPK tersebut.
Jadi, peringatan kelahiran Pancasila pada 1 Juni dan menyandarkannya pada Bung Karno, masih perlu penelaahan sejarah yang lebih serius. Bukti-bukti sejarah jutru menunjukkan, bahwa rumusan Pancasila resmi saat ini, sebenarnya lahir pada 18 Agustus 1945. Oleh sebab itu, lebih tepat jika hari lahir pancasila disebut tanggal 18 Agustus 1945. Tanggal 1 Juni adalah peringatan Pidato Bung Karno tentang Pancasila, dan bukan Hari Lahir Pancasila.
Sebelum rumusan resmi 18 Agustus 1945, sudah ada rumusan resmi Pancasila yang disepakati dalam BPUPK, yaitu rumusan Piagam Pancasila versi Piagam Jakarta (Pembukaan UUD 1945). Bedanya, hanya terletak pada rumusan tujuh kata pada sila pertama, yaitu “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
                                                                                                           
b).Budaya sebagai landasan kependidikan. Budaya daerah di indonesia bersifat multikultural, dengan demikian jadi bisa menghasilkan out-put peserta didik yang berbeda-beda karakternya. Hal ini tidak sejalan dengan pembangunan karakter bangsa yang sedang digalakkan. Bagaimana komentar anda dalam hal ini, jelaskan.
Jawab: Budaya itu menambah rasa suka, mengurangi ketidaksukaan. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan pada kesederajatan perbedaan kebudayaan. Tercakup dalam pengertian kebudayaan adalah para pendukung kebudayaan, baik secara individual maupun secara kelompok, dan terutma ditujukan terhadap golongan sosial askriptif yaitu sukubangsa (dan ras), gender, dan umur. Ideologi multikulturalisme ini secara bergandengan tangan saling mendukung dengan proses-proses demokratisasi, yang pada dasarnya adalah kesederajatan pelaku secara individual (HAM) dalam berhadapan dengan kekuasaan dan komuniti atau masyarakat setempat. 
Sehingga upaya penyebarluasan dan pemantapan serta penerapan ideologi multikulturalisme dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, mau tidak mau harus bergandengan tangan dengan upaya penyebaran dan pemantapan ideologi demokrasi dan kebangsaan atau kewarganegaraan dalam porsi yang seimbang. Sehingga setiap orang Indoensia nantinya, akan mempunyai kesadaran tanggung jawab sebagai orang warga negara Indonesia, sebagai warga sukubangsa dankebudayaannya, tergolong sebagai gender tertentu, dan tergolong sebagai umur tertentu yang tidak akan berlaku sewenang-wenang terhadap orang atau kelompok yang tergolong lain dari dirinya sendiri dan akan mampu untuk secara logika menolak diskriminasi dan perlakuakn sewenang-wenang oleh kelompok atau masyarakat yang dominan. Program penyebarluasan dan pemantapan ideologi multikulturalisme ini pernah saya usulkan untuk dilakukan melalui pendidikakn dari SD s.d. Sekolah Menengah Atas, dan juga S1 Universitas. Melalui kesempatan ini saya juga ingin mengusulkan bahwa ideologi multikulturalisme seharusnya juga disebarluaskan dan dimantapkan melalui program-program yang diselenggarakan oleh LSM yang yang sejenis. 
Perjuangan anti-diskriminasi dan perjuangan hak-hak hidup dalam kesederajatan dari minoritas adalah perjuangan politik, dan perjuangan politik adalah perjuangan kekuatan. Perjuangan kekuatan yang akan memberikan kekuatan kepada kelompok-kelompok minoritas sehingga hak-hak hidup untuk berbeda dapat dipertahankan dan tidak tidak didiskriminasi karena digolongkan sebagai sederajad dari mereka yang semula menganggap mereka sebagai dominan. Perjuangan politik seperti ini menuntut adanya landasan logika yang masuk akal di samping kekuatan nyata yang harus digunakan dalam penerapannya.Logika yang masuk akal tersebut ada dalam multikulturalisme dan dalam demokrasi.
Upaya yang telah dan sedang dilakukan terhadap lima kelompok minoritas di Indonesia oleh LSM, untuk meningkatkan derajad mereka, mungkin dapat dilakukan melalui program-program pendidikan yang mencakup ideologi multikulturalisme dan demokrasi serta kebangsaan, dan berbagai upaya untuk menstimuli peningkatan kerja produktif dan profesi. Sehingga mereka itu tidak lagi berada dalam keterbelakangan dan ketergantungan pada kelompok-kelompok dominan dalam masyarakat setempat dimana kelompok minoritas itu hidup. Selaku pisau analisa, perlu terlebih dahulu dibedah pengertian dari keanekaragaman kultur atau “multikultur”. Kajian mengenai masyarakat majemuk ini signifikan terutama di dalam masyarakat yang memang terdiri atas aneka pelapisan sosial dan budaya yang satu sama lain saling berbeda. Indonesia, sebab itu, mengembangkan slogan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu). Slogan tersebut bersifat filosofis-politis, oleh sebab tanpa adanya unsure pemersatu, akan mudah kiranya memecah-belah kohesi politik masyarakat yang mendiami sekujur kepulauan nusantara ini.
2.        a).Ekonomi sebagai landasan pendidikan. Ekonomi sejahtera akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Analisis hal ini, dengan contoh konkret.
Jawab: Hal yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan ada 2, yaitu: 1. Ekonomi harus mampu, dan motivasi untuk belajar tinggi. Oleh karena itu, ekonomi kaya dan motivasinya tinggi maka pastinya harapannya berhasil sedangkan orang tidak mampu tapi semangatnya tinggi maka beasiswa harus masuk.  
Contoh: pemerintah mengadakan Bos dan bidik misi untuk siswa-siswa yang berprestasi namun kurang mampu dalam biayanya. Banyak dari keluarga yang kurang mampu menganggap pendidikan itu milik orang kaya.  mereka merasa bahwa  masuk keperguruan tinggi merupakan hal yang sulit  untuk diwujudkan. dan anggapan itu dipatahkan oleh angga lestari, mereka lahir dengan keluarga yang sederhana tetapi prestasi membuat orang banyak berdecak kagum. angga berasal dari pinggiran jogja dibawahnya merapi. pekerjaan ayahnya buruh tani didesa.dan  ibunya bekerja membantu ayah, namun hal tersebut tidak menyurutkan langkah angga untuk trus melanjutkan kuliyah. Dia masuk di kampus sebelas maret dengan beasiswa bidik misi. Malaupun begitu ia mendapatkan nilai (3,96) cumlude.

b).politik sebagai landasan kependidikan dalam aktualisasinya cenderung berorientasi pada penalaran deduktif logik. Hal demikian ini hasil out-put nya akan jauh dari kualitas yang diinginkan. Bagimana komentar anda dalam hal ini, jelaskan.
 Jawab: Aktualisasi politik sebagai landasan kependidikan memang cenderung berorientasi pada penalaran deduktif logik sehingga menempatkan pada out put yang jauh dari kualitas yang diinginkan. Secara politik hal ini terjadi karena adanya keinginan menyamakan atau menyeragamkan kualitas masyarakat sehingga yang dikejar pada umumnya adalah bagaimana menghasilkan banyak masyarakat yang menyandang pendidikan atau lulusan  terdidik tanpa menyeimbangkan dengan kualitas pengajaran dan hasil didikan sehingga yang muncul kemudian kebanyakan out put yang  ragukan kualitasnya. Penalaran deduktif logik sebagai aktualisasi politik mengakibatkan kesetaran kuantitas dan kualitas dalam pendidikan tidak dapat diciptakan. Peserta didik diberikan beban materi pelajaran yang banyak dan berat tanpa memperhatikan keterbatasan alokasi kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain untuk menjadi peka terhadap lingkungan.

Dengan demikian, baiknya aktualisasi politik sebagai landasan kependidikan menggunakan penalaran yang diseimbangkan antara penalaran induktif logik dengan penalaran deduktif logik. Hal ini akan menyelaraskan penalaran logik yakni dengan menghasilkan out put yang secara kuantitas sesuai harapan juga secara kualitas tidak di ragukan.

3.        a).pemerintah akan membuat kebijakan tentang warga negara yang umurnya 50 tahun kebawah, dikenai kewajiban bela negara. Namun hal ini menimbulkan pro dan kontra. Analisis hal ini dalam prespektif landasan pendidikan PKn.
Jawab:  Timbulnya pro dan kontra karena dalam masyarakat berbeda pemahaman. Dalam landasan PKn mengajarkan pada pancasila yang merujuk pada nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan. 
Kamis, 22 Oktober nanti Presiden Joko Widodo akan membuka program Bela Negara serentak di 45 Kabupaten/Kota di Indonesia. Program yang awalnya direncanakan dibuka pada tanggal 19 ini, harus ditunda dikarenakan alasan perlu dilakukannya sosialisasi dan persiapan teknis yang lebih matang. Sedikit mengejutkan bagi saya, karena belum pernah saya dengar program ini sebelumnya. Namun ternyata program ini telah digagas dan direncanakan sejak awal tahun ini. Sekilas mendengarkan kata Program Bela Negara, langsung terpikir di kepala saya program layaknya di Negera-Negara layaknya Korea maupun Rusia dengan program Wajib Militernya.
Program Bela Negara diwajibkan untuk warga Negara berusia 50 tahun ke bawah dengan program berupa latihan fisik dan psikis. Menteri pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu mengatakan saat ini kecintaan terhadap Tanah Air kurang begitu dimiliki oleh generasi muda. Selain itu, generasi muda juga kurang mendalami mengenai wawasan kebangsaan. Luaran yang ingin dicapai dari program ini adalah untuk generasi muda, kembali memiliki rasa cinta Tanah Air dan punya wawasan kebangsaan yang luas. Dari program ini harapannya tebentuk kader-kader yang disebut kader Bela Negara yang dapat menciptakan kedisiplinan dan juga menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Indonesia yang lebih besar. Target pada tahun ini, adalah terbentuk 4500 kader pembela Negara di 45 kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang akan dibuka oleh Presiden Jokowi Kamis nanti. Masih banyak pro-kontra dari pelaksanaan program Bela Negara, dengan berbagai alasan dan sangat benyak celah yang bisa diserang untuk menolak dan melemahkan pelaksanaan program ini.
Memang Bela negara berbeda, jika Wajib Militer (Wamil) orientasinya lebih kepada untuk menciptakan orang-orang yang siap berperang mengangkat senjata demi menjaga kedaulatan Negara, sederhananya disebut militerisasi. Namun di program Bela Negara ini, digadang-gadang bahwa program ini akan membina dan meningkatkan kecintaan terhadap tanah air yang mulai luntur di masyarakat. Program ini diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia dari berbagai kalangan usia. Program ini dimulai sejak masuk pendidikan formal Negara, melalui kurikulum belajarnya. Juga ada waktu dimana kader Bela Negara akan dibentuk melalui kamp di distrik-distrik militer selama satu bulan dengan penggemblengan fisik dan mental demi membentuk karakter yang kuat dan tangguh sehingga layak disebut sebagai kader Bela Negara. Tentu program tersebut akan diatur melalui peraturan yang telah terstruktur dan disesuaikan dengan usia dari kader yang dibina. Meskipun saya juga belum tahu dengan pasti dan juga belum merasa tersosialisasikan tentang program ini.
Menarik sebenarnya untuk mengetahui lebih banyak tentang program ini, namun untuk saat ini saya lebih tertarik untuk membahas tentang keterkaitan mahasiswa dalam program ini, yang tentu berasal dari sudut pandang mahasiswa. Karena menurut saya salah satu sasaran utama dan menjadi dasar lahirnya program ini adalah dari kegiatan mahasiswa saat ini.
Di dalam kampus juga terdapat suatu sistem yang membentuk karakter dengan metode penanaman nilai-nilai yang esensial bagi mahasiswa. Mulai dari masa mahasiswa baru, kita sudah merasakan berbagai macam sistem yang telah diciptakan secara terstruktur. Tujuannya tentu indah: Membentuk karakter yang tangguh yang siap secara fisik dan mental untuk membangun bangsa, sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pertanyannya adalah, berhasilkah?
Kita hidup di jaman yang sangat memanjakan. Dimana semua yang diinginkan hanya tinggal tentang permainan jari. Sering disebut generasi instan, jarang kita lihat mahasiswa yang berani mengaktualisasikan dirinya melalui tindakan yang “nyata”, yang bisa mengubah kondisi lingkungan, dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Dengan kondisi yang demikian, kita lebih sering mendengar keluhan, kicauan keresahan, dan berbagai alasan ketidaknyamanan yangpointless, tanpa dasar, hanya berdasarkan pada pemikiran individu yang malas untuk bertindak dan berpikir. Jarang sekali kita mendengarkan gagasan yang berbuah solusi untuk mengatasi permasalahan bangsa, lingkungan sekitar dan kampus. Kita dibentuk dari sistem yang meninggikan ego pribadi atau golongan, sehingga kita akan lebih bersikap individualis dan apatis. Tentu ini bukan semata-mata kesalahan kita, bisa jadi kita merupakan korban karena memang dari awal kita berkembang di masyarakat selalu didoktrin untuk meraih ambisi pribadi, bahkan di bangku pendidikan formal Negara.
Kehidupan di kampus tentu saja diharapkan akan membawa perubahan yang besar terhadap pola pikir suatu bangsa, karena disini berkumpul para kaum intelektual yang tentu diharapkan mampu memimpin dirinya sendiri untuk mencapai sebuah perubahan yang massif. Tentu saja itu akan terwujud dengan daya dukung dan sinergitas dari seluruh elemen kampus, baik dari sistem, pelaku sistem, dan tentu objek dari sistem tersebut.
Masih banyak sekali mahasiswa yang bersikap kekanak-kanakkan. Mengedepankan ego dan kebanggaan terhadap identitas pribadi atau golongan. “Merintih ketika ditekan, tetapi menekan ketika berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain” begitu sekiranya ucapan dari Soe Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis mahasiswa.
Kebanyakan sistem yang berjalan memiliki tembakan kepada hal-hal yang mendasar, utamanya tentang memanajemen sesuatu tak terkecuali diri sendiri. Selain itu juga lebih banyak porsi pengembangan pada hal-hal yang esensial dan menjawab kebutuhan organisasi. Tak terkecuali di kampus saya. Namun pada praktiknya, sasaran yang ingin dicapai mungkin hanya sedikit saja yang terealisasikan. Banyak sekali terjadi penyimpangan-penyimpangan nilai yang ingin dituju oleh suatu sistem. Padahal, hal-hal tersebut merupakan hal yang sangat mendasar dan pasti bisa tercapai hanya dengan meningkatkan kesadaran terhadap aktualisasi diri. Namun masih saja sulit terlaksana, mungkin karena kita memang terlalu dimanjakan oleh segala hal yang memudahkan kita.
Tri Dharma Perguruan Tinggi yang seharusnya menjadi salah satu patokan pergerakan mahasiswa, sangat minim realisasinya. Mungkin hanya sedikit yang dapat memaknai TDPT ini, apalagi bila dikaitkan dengan kontribusi terhadap Negara. Jangankan kontribusi, mungkin kesadaran terhadap rasa nasionalisme; cinta Negara; mulai luntur dengan segala sesuatu yang menyibukkan kita. Tentu saja dengan kondisi yang demikian, sangat sulit untuk berkontribusi secara totalitas kepada Negara.
Program Bela Negara dianggap bisa memberi solusi terhadap permasalahan tadi. Dari beberapa talkshow tentang program ini yang saya ikuti, hampir semua menyatakan bahwa ini untuk menjawab kegagalan sistem yang ada di pendidikan kita, khususnya di kampus. Berulang kali narasumber di talkshow-talkshow tersebut menyebutkan kata “Mahasiswa” sebagai biang atau tokoh utama yang seharusnya bisa diharapkan menjadi piilar utama Bangsa. Berbagai kegagalan sistem di kampus yang menimbulkan trauma dan paradigma buruk di berbagai kalangan masyarakat bisa jadi menjadi alasan yang tepat bagi pelaksanaan program Bela Negara.
b).Dikalangan pondok pesantren, cara mendidik murid santrinya lebih banyak didominasi dengan landasan pendidikan nilai-nilai agama. Sedangkan indonesia, landasan pendidikannya adalah idiologi Pancasila. Bagaimana komentar anda terhadap masalah ini , jelaskan.   
Jawab:  Menurut hebat saya, dari pesantren dan sebuah bangsa keduanya itu mengajarkan pada sebuah nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang didalamnya disisipi dengan landasan budi pekerti yang tercermin para karakter murid santri/warga negara.  Sehingga menjelma pada pendidikan yang cerdas.  pancasila nilai dasar  (idiologi) merupakan sebuah sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu. Ia tersusun dari serangkaian sikap terhadap berbagai lembaga serta proses masyarakat. Selanjutnya, sebagai usaha sadar yang memiliki tujuan, pendidikan sudah tentu memiliki landasan (ideologi). Berangkat dari ideologi inilah pendidikan nasional dikembangkan. Ideologi dimaksud adalah ideologi yang juga melandasi negara Indonesia, yaitu Pancasila.
Pada hakekatnya, sebagai ideologi dalam pendidikan, pancasila bukan hanya mengandung aspek-aspek rasional tetapi juga mengandung aspek emosional yang berarti mengembangkan intelegensi spiritual dan intelegensi emosional peserta didik, sebagaimana halnya setiap ideologi dalam kehidupan masyarakat dan berbangsa. Selain itu sebagai ideologi terbuka, pancasila memerlukan pembinaan, di antaranya dengan penghayatan nilai-nilai pancasila ke dalam kehidupan nyata, yang melibatkan perkembangan rasio dan emosi peserta didik dan bukan karena hafalan dan paksaan. Selain itu, juga perlu mengembangkan program-program pemantapan, antara lain dengan kajian-kajian rasional dari pelaksanaan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, oleh semua lapisan masyarakat.

4.        a). P4 yang sekarang dibubarkan itu, apakah bisa dijadikan sebagai landasan kependidikan, jelaskan pendapat anda.
Jawaban: P4 merupakan penyelenggaraan edukasi publik nilai-nilai kenusantaraan. Tetap masih bisa jadi pijakan karena semuanya tidak bisa terlepas dari yang namanya sejarah. Kebijakan edukasi politik kenusantaraan melalui kelembagaan P4 berupa edukasi publik tolerasi beragama, falsafah bangsa, wawasan Nusantara dan arah kebijakan pembangunan bangsa. Edukasi publik yang dikelola secara sistimatis dan terorganisasi itu memungkinkan seluruh elemen bangsa mengalokasikan energinya dalam satu kesamaan orientasi kebangsaan melalui peran dan tanggung jawabnya masing-masing.

Menurut hemat saya, Tetap masih bisa jadi pijakan karena semuanya tidak bisa terlepas dari yang namanya sejarah. Juga bisa dijadikan sebagai landasan kependidikan, karena isi P4 sebenarnya sangat bagus dan bermanfaat. Apalagi ditengah krisis jatidiri bangsa saat ini. Pada prinsipnya P4 tetap merupakan pengejawatahan dari nilai-nilai Pancasila yang terpancar dalam butir-butir Pancasila. Penghapusan P4 pada era reformasi dilatarbelakangi alasan emosional-politis, P4 telah dibunuh oleh syahwat politik, sekarang ini akibatnya perlu dihidupkan lagi dalam menghidupkan moral, karakter dan bangsa yang bermartabat. Yang patut dipermasalahkan di sini bukan pada P4-nya, melainkan pada pimpinan atau pemerintah yang menjalankan P4 tersebut, karena pada intinya tidak semua pemerintah mempolitisasi P4 yang terpenting adalah esensi dari P4 itu sendiri. Jika dianalogikan antara merokok dan Dokter, dengan pesan dari Dokter merokok membahayakan kesehatan dianggap setara dengan isi P4. Sementara si Dokter dapat dikatakan dengan pelaksana kampanye P4 (pemerintah). Apakah bagian pemerintah itu menjalankan isi P4 atau tidak, itu hal yang lain. Ada dokter yang merokok, dan ada juga yang tidak. Begitu juga dengan pelaksana pemerintahan, ada yang melaksanakan prinsip P4 dan ada juga yang tidak.

b). Komunitas samin (sedulur sikep), di sukalilo pati menentang pendidrian pabrik semen di daerahnya. Padahal hakikat pendidikan untuk mencerdaskan manusia/warga negara. Bagaimana komentar anda, analisis dalam prespektif landasan pendidikan geografi dan landasan pendidikan antropologi budaya.   
Jawab: Dalam prespektif geografi bahwa pendirian pabrik dapat merusak ekosistem gunung, sumber mata air yang berada di kabupaten pati provinsi jawa tengah, khususnya kecamatan sukalilo. Sedangkan dalam prespektif antropologi bahwa anggapan orang-orang yang berada didaerah tersebut menimbulkan kekhawatiran akan tergesrnya budaya-budaya yang sudah ada dan akan hilang sumber pancahariannya. Masyarakat tersebut menganggap penting karena diwilayah yang sedang memperjuangkan identitasnya yakni memperjuangkan daerahnya supaya tidak merusak ekosistem didaerahnya karena pegunungan didaerah tersebut setiap hari selalu dikeruk untuk dijadikan pabrik. Namun, menurut pihak yang berkaitan membantah akan hal itu. Tapi masyarakat sekitar tetap bersih kekeh dalam mempertahankan daerahnya samapai menurut laporan sudah satu tahun pihaknya mendirikan tenda disekitar pabrik tersebut itu dilakukannnya sebagai unjuk rasa bahwa mereka mempertahannkan tanah kelahirannnya tersebut.
Nilai cerdas pada masyarakat Samin tersebut bersifat ontologis (kebenaran) yang menjelama pada nilai baik. Yakni cerdas sosial, cerdas moral, intelek dan moral. Nilai kebaikan melekat pada semua manusia terlepas dari agama, suku dan budaya.

“YAKINKAH AKU?” atau “RAGUKAH AKU?”

Setiap kita pasti pernah mengalami yang namanya keraguan menghadapi sesuatu. Entah itu berkaitan pekerjaan, pilihan (bisa jodoh atau barang). Dan secara psikologis manusia jika dihadapkan dengan pilihan atau mungkin diminta menerima atau menolak sesuatu pasti ada waktu buat mikir. Memilih mana yang terbaik diantara pilihan-pilihan atau menerima apapun yang akan diberikan.
Sebagai contoh, kita akan beli sepeda motor. Pasti kita dihadapkan dengan pilihan pabrikan (Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, Bajaj, TVS atau pabrikan China). Setelah itu baru memilih merek/ varian (motor sport, motor bebek, motor matic). Setelah berhasil diperoleh masih juga dihadapkan pada “Yakin atau tidak dengan pilihan ini”
Contoh lain, kita diberi kesempatan untuk belajar ke luar negeri. Berdasar pengalaman di sana, kesempatan itu hanya datang satu kali seumur hidup. Kita akan dihadapkan pilihan untuk ikut atau tidak. “Yakin atau tidak dengan pilihan tersebut”.
Masih banyak contoh lainnya. Bahkan untuk hal kecil saja kita dihadapkan pada pilihan. Semisal apakah kita akan membeli membeli makan di warteg atau restoran, beli barang satu buah atau dua buah dan lain-lain.
Setiap kejadian itu mengharuskan kita untuk memilih. Memilih bukan pekerjaan mudah. Di sana melibatkan banyak pertimbangan dan pengalaman-pengalaman serta prediksi ke depan. Kalau Yakin maka kita maju kalau Ragu kita mundur.
Adakalanya kita bertanya pada diri sendiri untuk meyakinkan. Sering kita bertanya “ Yakinkah Aku?”. Seringnya kita ragu menjawab. Diamnya hati kita belum tentu menjawab bahwa kita memang yakin. Bisa juga sangat tidak yakin. Secara psikologis kita lebih memilih diam untuk menyembunyikan perasaan ragu. Jadi diamnya kita lebih banyak berarti ‘aku tidak seyakin yang ditanyakan’.
Lalu bagaimana meyakinkan diri? Kita diakui akan lebih mudah menyangkal hal-hal berbau negative. Semisal ditanya “ Apakah kamu takut?” Kebanyakan kita menjawab “Ah enggak, siapa bilang” lalu untuk membuktikannya kita akan berbuat sesuatu yang menunjukkan bahwa kita tidak takut.
Mari kita terapkan pada pertanyaan untuk meyakinkan diri. Jika kita sering bertanya “yakinkah aku?” dan akhirnya kita juga belum mendapat jawaban, maka kita ganti dengan “ragukah aku?”. Maka secara naluriah kita akan menjawab dalam hati “ Siapa yang ragu? Aku tidak ragu kok”. Lalu hati akan meminta pembuktian. “Buktikan kamu gak ragu!” Maka kita akan dapat berbuat dengan yakin yang menunjukkan kita mantap memilih.
Jadi jika pertanyaan “yakinkah Aku?” tidak mampu member kita kemantapan, kita ganti dengan pertanyaan “ Ragukah Aku?” dan jawablah segera lalu buktikan.

-Salam Semangat-


Minggu, 18 Oktober 2015

TIPS DAN TRIK UNTUK CEPAT WISUDA


TIPS DAN TRIK UNTUK CEPAT WISUDA (4-5 HALAMAN)

Foto tersebut berkesan banget karena buat lulus wisuda butuh waktu yang nggak cuman sebulan dua bulan, butuh duit nggak cuman sejuta dua juta, butuh tenaga dan meres otak yang nggak main-main. Jadilah, momen wisuda tuh jadi hal yang bakalan terkenang seumur hidup. Apalagi ini adalah wisuda yang pertama kali. Emaaak... saya lulus jadi sarjana!!. Bersyukur bangeet bisa lulus pada waktunya, karena di kampus saya lulus tepat waktu persentasenya hanya sekian persen dari seluruh mahasiswa. Selain karena terkenal sebagai kampus negeri terbaik di Jogja yang masuknya susah keluarnya juga susah banget, jurusan saya termasuk jurusan yang susah lulus tepat waktu karena sistem mata kuliahnya paralel, maksudnya ada banyak matakuliah yang nggak bisa diambil kalo belom menyelesaikan mata kuliah persyaratan, dan nggak mesti ada tiap semesternya. Yaa, anak-anak IPS tau laah kayak gimana. Yang nggak bisa ikutin ritmenya, biasanya ngulang atau lulusnya jadi molor. Beberapa temen kuliah saya ada yang nggak kuat di tahun-tahun pertama, akhirnya mereka pada memutuskan untuk keluar dan pindah jurusan. Bahkan yang masih bertahan pun, sekarang masih ada beberapa yang belom selesai-selesai kuliahnya. Saya termasuk beruntung, karena bisa terselamatkan dari rutinitas kuliah yang err... (yang pernah kuliah pasti tau, apalagi semester akhir :P
1. Punya banyak teman
Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan memiliki banyak teman akan membuat kehidupanmu terasa senang. Begitu pula yang terjadi ketika kamu memiliki banyak teman semasa kuliah. Tanggung jawab yang dirasa berat, tidak lagi kamu keluhkan karena banyak teman-teman yang dengan setia mendukungmu dan juga mengalami kesulitan yang sama denganmu. Sehingga kamu bisa saling berbagi dengan mereka.
2. Pasang deadline
Umumnya, kuliah membutuhkan waktu sekitar empat tahun. Namun, itu bisa saja lebih lama bila kamu tidak serius dalam menjalani perkuliahan. Itu kenapa penting untuk tetap membuat deadline, kapan kamu harus magang, kapan kamu harus mulai mengerjakan skripsi dan kapan kamu harus wisuda. Sehingga kamu bisa lulus dengan tepat waktu.
3. Memotivasi diri
Tanpa adanya motivasi dari dalam dirimu, kamu tidak akan bisa mengejar apa yang kamu inginkan. Karena itulah, kamu perlu untuk bisa memotivasi dirimu sendiri agar semangat dalam menjalani perkulihan. Sesulit apa pun tugas yang harus kamu jalani, bila kamu punya motivasi yang besar tentu tidak akan terasa berat lagi.
4. Punya impian yang besar di masa depan
Kehidupanmu bukan hanya dihabiskan untuk masa perkuliahan saja. Kamu pasti memiliki impian yang besar di kehidupanmu kelak. Karena itulah, jangan hanya terpaku pada kuliah saja. Semakin cepat kamu menyelesaikan perkuliahmu maka semakin cepat kamu bisa mewujudkan impianmu itu.
5. Orang tua
Ketika semangat kita seakan mulai pudar, ingatlah bahwa kita memiliki orang tua yang sudah bersusah payah menyekolahkan kita. Meski sulit, kita mestinya bisa bersyukur karena masih bisa mengeyam pendidikan hingga setinggi ini. Jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak semangat dalam menjalani kuliah ya.
Bagi teman - teman yang sedang kuliah, ini ada tips sukses cepat wisuda:
1.  Ambil Mata Kuliah Semester Pendek
Kenapa harus mengambil mata kuliah semester pendek???? ini snagat penting untuk melebihkan banyak waktumu di akhir - akhir semester.
2. Buatlah judul - judul skripsi yang anda inginkan.
Pepatah bilang, "lebih dini lebih baik". artinya lebih dini kita mempersiapkan  calon - calon judul skripsi yang ingin anda buat nantinya, supaya di akhir semester hanya memperbaiki dan mengimplementasikannya dalam bentuk "KAPITA SELEKTA". kalau diterima di Kapita Selekta, why not bukan????? lebih cepat dikerjakan lebih cepat seminar dan sidangnya :D
3.Buat judul segampang gampangnya :)
Buatlah judul skripsimu segampang mungkin...usahakan judul jangan yang sulit dikerjakan.

4. Usahakan bimbingan selalu dengan dosen pembimbing
Usaha kita akan dilihat oleh dosen - dosen yang lain termasuk dosen pembimbing kita. lebih cepat selesaikan bab - bab skripsi lebih cepat anda untuk liburan!!! hihi

5. Ikuti Aturan Kampus
Ikuti semua aturan - aturan kampus. Dengan membayar dan melunasi uang kuliah dan uang semuanya. Hihi
Menjalani kehidupan perkuliahan memang penuh warna. Banyak unit aktivitas kampus yang mewadahi beragam minat dan kemampuan.
Bagi yang telah lulus tentu teringat beragam kisah yang menjadi kenangan.
Namun, bagi yang masih ataupun akan menjalaninya, tak boleh dipungkiri bahwa tujuan utama seseorang menjalani perkuliahan adalah untuk menguasai bidang ilmu yang dipilihnya.
Karenanya, penting untuk selalu melihat tujuan akhir: wisuda. Momen yang menandai berakhirnya masa studi Anda dan kesiapan berkontribusi bagi kemaslahatan orang banyak.
Oleh sebab itu, menjalani masa perkuliahan, menyelesaikan skripsi, hingga akhirnya sampai pada tahap prosesi wisuda membutuhkan kehati-hatian tersendiri.
Langkah yang kurang tepat dapat membawa Anda kesulitan melalui masa perkuliahan dengan mulus. Namun langkah yang sesuai juga ada bila Anda ingin segera mencapai prosesi wisuda.
Berikut ini beberapa tips bagi Anda, para mahasiswa yang ingin wisuda tepat waktu.

1. Alasan wisuda tepat waktu

Bila Anda memilih menjalani perkuliahan, terdapat waktu standar penyelesaian mata kuliah. Beberapa universitas bahkan telah menerapkan batas waktu kelulusan yang bisa diancam dengan Drop Out (DO) bila tak bisa menyelesaikan studi secara tepat waktu selama 14 semester.
Selain itu juga Anda patut memperhatikan biaya pendidikan yang semakin mahal, oleh karenanya semakin cepat Anda bisa mencapai wisuda akan semakin meringankan beban tanggungan orangtua. Anda pun berpeluang lebih besar untuk menjadi lebih mandiri saat telah menyelesaikan studi.
2. Ketahui waktu pelaksanaan wisuda di kampus
Beberapa mahasiswa tidak ambil pusing soal waktu wisuda dan memilih berfokus pada skripsi. Mereka lebih mementingkan penyelesaian skripsi terlebih dahulu sedangkan prosesi wisuda bisa diurus belakangan karena memang tidak mendesak.
Namun, meskipun langkah ini tidak terlalu mendesak, Anda bisa menjadikan waktu prosesi wisuda sebagai deadline penyelesaian skripsi Anda. Karena mengurus wisuda tak bisa bebas memilih.
Terdapat kuota jumlah mahasiswa dalam pelaksanaannya sehingga kalau Anda terlambat mendaftar, dimana syarat mendaftar adalah skripsi yang sudah selesai, bisa-bisa Anda menunggu 3 sampai 6 bulan lebih hingga waktunya memperoleh ijazah.
3. Susun program pengerjaan skripsi
Setelah mengetahui waktu wisuda dan menetapkannya sebagai deadline, Anda tidak berhenti di sana. Penyusunan program pengerjaan skripsi diperlukan di sini.
Normalnya, Anda memiliki minimal waktu 1 semester (sekitar 4 bulan bersih dikurangi libur dan jadwal akademik lainnya) untuk menyelesaikan skripsi. Jika ditotal terdapat sekitar 16 minggu waktu pengerjaan.
Bagilah waktu pengerjaan skripsi Anda ke dalam target mingguan tersebut, sehingga skripsi yang nampak menakutkan mengerucut menjadi target terpecah yang dapat diatasi sedikit demi sedikit.
Tanpa rencana seperti itu Anda bisa kalang kabut memikirkan harus menyelesaikan, sebut saja 150 halaman, dalam waktu sesingkat mungkin. Sebaliknya, tentu lebih ringan bila targetnya adalah menyelesaikan satu bab tiap setiap tiga minggu, atau misalkan satu subbab setiap hari, atau mungkin satu halaman saja.

4. Jangan menunggu mood, sediakan waktu khusus

Mungkin Anda merasa lebih merdeka sebagai mahasiswa, dikarenakan tidak harus masuk pagi setiap hari, ya kan? Jadwal kuliah bisa bermacam-macam, ada yang pagi, sore, hingga malam setiap minggunya.
Belum lagi bila dosen berhalangan hadir, sehingga diganti waktu lain menjadikan lebih banyak waktu bebas bagi Anda. Apalagi saat skripsi. Tidak ada kelas. Tidak ada dosen lain kecuali pembimbing Anda.
Salah-salah, ini bisa menjadi bom waktu. Dikarenakan terbiasa dengan jadwal yang tidak terlalu rutin, hal tersebut terbawa hingga pengerjaan skripsi. Anda ‘menunggu inspirasi’. Mood sedang tak bagus, dan beragam alasan lainnya menjadikan proses pengerjaan skripsi lebih sulit lagi.
Maka dari itu ingat-ingat kembali saat Anda menjalani dunia sekolah. Masa dimana Anda harus bangun pagi-pagi sekali jika tak ingin terlambat dan dikenai hukuman. Apakah Anda menunggu inspirasi atau mood untuk bangun dan berangkat sekolah di pagi hari?
Tentu tidak. Artinya apa? Anda bisa mengerjakan sesuatu bila memiliki waktu khusus. Ya, seperti waktu masuk sekolah. Ada batasnya, ada waktu khususnya yang menjadikan mau tak mau Anda harus bangun pagi dan berangkat.
Bila Anda punya waktu khusus yang terjadwal untuk pengerjaan skripsi, Anda bisa lebih terpacu untuk melalui waktu tersebut dengan mencicil pekerjaan apapun yang terjadi.

5. Lebih sering mengunjungi perpustakaan

Bila Anda terbiasa mengunjungi perpustakaan, Anda akan melihat beragam karya tulis yang sudah jadi. Bayangkan salah satunya merupakan karya milik Anda. Atau tak perlu sampai sebegitunya, pilih saja skripsi yang kiranya sesuai topik judul yang Anda ambil dan lihat secara sekilas bagaimana ‘bentuknya’.
Dengan mengetahui struktur skripsi orang lain, Anda pun terbayang struktur skripsi Anda nantinya, menjadikan pengerjaan skripsi tak terlalu menakutkan karena sekarang Anda sudah punya ‘petanya’.

6. Bergaul dengan kawan yang serius mengerjakan skripsi

Salah satu faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan Anda bergaul. Bila Anda berkumpul dengan mahasiswa lain yang mengganggap remeh pengerjaan skripsi, hati-hati. Beberapa pendapat dan keluhan mereka bisa menular.
Sebaliknya bila Anda berkumpul dengan kawan-kawan seperjuangan yang bersemangat untuk segera lulus dan wisuda, biasanya Anda akan tertular semangat mereka.

Jika beruntung Anda bisa tahu apa yang memotivasi mereka, dan akhirnya terinspirasi darinya untuk melakukan yang terbaik. Tips lainnya adalah dengan banyak membaca kisah inspiratif para entrepreneur dimana banyak di antara mereka telah memiliki pencapaian di usia muda. Bukannya tertekan, Anda bisa lebih terpacu dengan mengetahui bahwa Anda pun berpeluang sukses sejak usia muda.

Sabtu, 10 Oktober 2015

PAHAM PROGRESIVISME ANTITESIS TERHADAP TEORI PENDIDIKAN PIRAMIDA ARISTOTELES

A.      ALIRAN PROGRESIVISME

Progresivisme berasal dari kata “progress” yang berarti kemajuan. Secara harfiah dapat di artikan sebagi aliran yang menginginkan kemajuan secara cepat. Progressivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis. Pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternative yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Progressivisme di sebut juga instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Aliran progressivime memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang meliputi: ilmu hayat, bahwa manusia di tuntut untuk mengetahui kehidupan semua masalah.
Aliran progresivisme suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke 20 ini. Pengaruh itu terasa diseluruh dunia¸terlebih-lebih di amerika serikat. Usaha pembaharuan dalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran-aliran progressivisme ini. Biasanya aliran progressivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “The Liberal road to culture”. yang dimaksudkan dengan ini adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terkait oleh suatu doktrin tertentu) curious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki) toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).
Filsafat progresivisme menuntut kepada penganutnya untuk selalu progress dan bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Sebab sudah menjadi naluri manusia menginginkan perubahan-perubahan. Manusia tidak mau hanya menerima satu macam keadaan saja, akan tetapi berkemauan hidupnya tidak sama dengan masa sebelumnya. Untuk mendapatkan perubahan itu manusia harus memiliki pandangan hidup dimana pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan dan tidak terikat oleh doktrin tertentu) namun demikian filsafat progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, kekuatan yang diwarisi manusia sejak lahir ( mans natural powers) adapun maksudnya adalah manusia sejak ia lahir telah membawa bakat dan kemampuan(predisposisi) atau potensi kemampuan dasar terutama daya akalnya sehingga dengan daya akalnya manusia akan dapat mengatasi segala problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya. Disini tersirat bahwa intelegensi merupakan kemampuan problem solving dalam segala situasi baru atau yang mengandung masalah.
Dengan demikian potensi-potensi yang dimiliki manusia mempunyai kekuatan-kekuatan yang harus dikembangkan dan hal ini menjadi perhatian progressivisme. Disini jelas bahwa aliran filsafat progressivisme menempatkan manusia sebagai makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat dan martabat manusia sebagi pelaku (subyek) di dalam hidupnya. Adapun filsafat progressivisme memandang tentang kebudayaan bahwa budaya sebagai hasil budi manusia, dan akan dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Maka pendidikan sebagai usaha manusia yang merupakan refleksi kebudayaan itu haruslah sejiwa dengan kebudayaan itu. Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk memproses merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang eduktif yang pada hakikatnya akan dapat memberikan warna dan corak dari out put (keluaran) yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan (anak didik) adalah manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompotitif, inisiatif, adapti dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya. Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat kepada pengalaman atau kurikulum eksperimental yaitu kurikulum yang berpusat kepada pengalaman, dimana apa yang telah di peroleh anak didik selama disekolah akan dapat diterapkan dalam kehidupan nyatanya. Dengan metode pendidikan “belajar sambil berbuat” (learning by doing) dan pemecahan masalah (problem solving) dengan langkah-langkah menghadapi problem, dengan demikian maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju (progress) sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.

B.  ANTITESIS
Antitesis dari kata yunani ami dan titthenai. yang berarti melakukan bertentangan, dalam ilmu bahasa berarti secara retoris mempertentangkan atau mendampingkan kata-kata yang menyandang arti berlawanan. hal ini dilakukan dengan menyajajarkan kata-kata atau kalimat-kalimat. Jadi, Antitesis yaitu   Suatu pernyataan/pendapat yang menyanggah terhadap suatu pernyata atau suatu pendapat . 




C.  TEORI PENDIDIKAN PIRAMIDA ARISTOTELES

Aristoteles hidup pada tahun 384–322 SM. Dia merupakan murid dari Plato. Aristoteles dikenal sebagai ilmuwan besar, seorang cendekiawan dan intelektual terkemuka. Dalam karirnya sebagai ilmuwan besar, dia sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan lain–lain. Dia sangat berjasa dalam bidang logika, metafisika, politik, ethika, biologi dan psikologi. Dalam dunia pendidikan, Aristoteles memberikan sumbangan yang sangat luar biasa, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, beliau membangun melalui 2 bentuk piramida pendidikan, yaitu:
1.    Piramida Pendidikan I (pertama), meliputi :
a.         Fisika
b.        Mathesis
c.         Teologi
2.    Piramida Pendidikan ke II (dua), yaitu :
a.         Observasi
b.        Experimen
c.         Berfikir Induktif
Selain berjasa dalam dunia pendidikan secara umum, ternyata Aristoteles juga memberikan sumbangan  yang besar dalam pembentukan moral dan kepribadian seseorang sehingga diciptakan Piramida Pendidikan (III), sebagai berikut:
1.      Tujuan
2.      Pembentukan pembiasaan
3.      Kesadaran Aturan .
v Piramida Pendidikan  
Piramida ini sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, karena piramida tersebut mengajarkan kepada manusia, bahwa dalam mencari ilmu pengetahuan,  dapat berpedoman pada piramida sebagai berikut:
1.      Fisika
2.      Mathesis
3.      Teologi
Berdasarkan priramida tersebut di atas, dalam pencarian ilmu pengetahuan, kita harus berpedoman pada langkah – langkah sebagai berikut:


1.      FISIKA
Berdasarkan pemikiran fisika, kita dalam mencari pengetahuan dilakukan dengan melakukan pengamatan–pengamatan terhadap segala sesuatu yang kita lihat/kita amati melalui alat indera penglihatan. Dari proses melihat lewat mata, hasil yang diperoleh berupa benda – benda yang kasat mata, misalnya : meja, kusi, mobil dan lain – lain.
2.      MATHESIS
Berdasarkan pemikiran Mathesis, proses pencarian ilmu pengetahuan, sudah meninggalkan segala sesuatu berdasarkan penglihatan. Pada Piramida ini, proses pencarian ilmu pengetahuan, mulai menggunakan berfikir yang lebih mendalam, pemikiran mulai menggunakan akal, budi ( perasaan).
3.      TEOLOGI
Berdasarkan piramida teologi, proses pencarian ilmu pengetahuan mulai berfikir lebih mendalam lagi, karena dalam proses teologi sudah mulai berfikir tentang asal usul, tujuan yang akan dicapai, proses pembentukan, berfikir berdasakan kenyataan yang sesungguhnya.
v Piramida Pendidikan yang II ( dua ) 
Piramida pendidikan yang ke II, sangat berperan penting dalam pengembangan ilmiah, pemikiran ilmiah dan pembentukan metode ilmiah, sehingga dapat diperoleh sesuatu secara objektif. Piramida Pendidikan yang ke II, meliputi:
1.      Observasi
2.      Experimen
3.      Berfikir Induktif
Berdasarkan Piramida Pendidikan tersebut di atas, dalam pencarian sesuatu untuk mencari objektifitas, dilakukan melalui proses:
1.      OBSERVASI
Prinsip ini mengharuskan setiap orang dalam mencari sesuatu/kebenaran dilakukan melalui pengamatan – pengamatan yang jelas terhadap segala sesuatu yang dilihatnya.
2.      EXPERIMEN
Prinsip ini menjelaskan bahwa supaya kebenaran/sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) menjadi lebih obyektif lagi, perlu melakukan uij coba/prkatek melalui kegiatan Experimen (percobaan).
3.      BERFIKIR INDUKTIF
Dalam prinsip ini, hasil observasi dan dilanjutkan dengan experiment, kemudian dibuat suatu kesimpulan yang obyektif (kebenaran yang obyektif ),  melalui berfikir induktif, yaitu berfikir dari hal–hal yang khusus kemudian digeneralisasikan, sehinggga diperoleh teori/ sesuatu yang sifatnya umum  ( kebenaran obyektif ).
v Piramida Pendidikan yang ke III
Piramida ke 3 ini, sangat berperan dalam pembentukan moral, kepribadian dan watak seseorang, sehingga sangat penting dalam bidang Etika. Piramida Pendidikan tersebut  meliputi  :
1.      Tujuan
2.      Pembentukan Kebiasaan
3.      Kesadaran atas aturan
Piramida ini sangat berkaitan erat dengan proses kehidupan manusia, karena  prinsip ini berpedoman bahwa manusia harus lebih dari binatang, sehingga manusia perlu mendapatkan pendidikan.
Dalam memberikan pendidikan, menurut Aristoteles tidak hanya berpegangan pada akal semata, tetapi harus melakukan pendidikan dan bimbingan kepada perasaan – perasaan, sehingga perasaan–perasaan yang tinggi/besar akan dapat mengendalikan akal pikiran manusia. Berdasarkan piramida tersebut di atas (ke 3), Aristoteles menjelaskan bahwa dalam proses pendidikan, meliputi 3 hal, yaitu:
1.      MEMPUNYAI TUJUAN
Menurut prinsip ini, dalam melakukan pendidikan harus ada tujuan yang jelas, agar segala sesuatu yang dilakukan dapat terarah, terencana, sehingga tercapailah tujuan yang jelas / nyata dan dapat tercapai segala yang dikendaki.
2.      PEMBENTUKAN PEMBIASAAN
Prinsip ini menjelaskan bahwa pada masa anak kecil (masa balita), anak perlu mendapatkan pendidikan ,melalui pembiasaan–pembiasaan yang baik. Dengan pembiasaan– pembiasaan yang baik, akan terpupuk pribadi – pribadi yang baik/kokoh kepribadiannya. Pembiasaan merupakan awal pembentukan moral dan kepribadian anak.
3.      KESADARAN ATURAN
Prinsip ini menjelaskan bahwa semakin tinggi usia seseorang, akan semakin tinggi pula konsep pikir seseorang, konsep pikir seseorang akan semakin berkembang. Tidak hanya konsep pikir, tetapi juga sikap dan prilaku seseorang juga akan mulai berkembang seiring dengan perkembangan pikir seseorang. Oleh sabab itu seseorang perlu mulai mendapatkan penanaman kesadaran atas aturan – aturan yang berlaku, hal ini karena aturan itu akan selalu ada dan mengikat manusia dalam pergaulan.
Kesadaran aturan ini dimaksudkan untuk mengimbangi dan mengendalikan perkembangan daya pikir manusia/seseorang serta mengimbangi  perkembangan dan mengendalikan tingkah laku manusia/seseorang. Piramida   Pendidikan yang diciptakan oleh  Aristoteles (menurut Aristoteles), dapat dijadikan sebagai landasan pendidikan di Indonesia, karena:
1.      Piramida I  (Fisika, Mathesis, Teologi)
mengandung makna yang luar biasa bagi dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini karena:  dalam proses pendidikan harus dapat mengajak kepada peserta didik untuk menggunakan seluruh potensi yang ada pada diri seseorang subyek/obyek pedidikan, baik menggunakan mata, akal pikiran, perasaan dan potensi yang lain. Sehingga dalam proses pendidikan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik harus dapat dikembangkan secara optimal, melalui berbagai cara/metode. 
2.    Piramida ke II (Observasi, Experimen, Berfikir Induktif )
mengandung peran yang penting dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini karena:  prinsip yang terkandung pada piramida pendidikan yang ke 2 tersebut  sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, berfikir ilmiah dan proses penelitian atas sesuatu. Dalam menemukan pengetahuan (ilmu pengetahuan) yang obyektif, seseorang harus belajar dengan melakukan observasi/pengamatan terhadap segala sesuatu yang ada, kemudian hasil pengamatan/observasi diuji melalui uii coba (experiment), hasil experiment yang dilakkan akan menghasilkan sesuatu melalui berfikir Induktif.
3.      Piramida ke III (tujuan, pembentukan pembiasaan dan kesadaran Aturan)
 mengandung peran penting dalam pembentukan Watak/Kepribadian dan tingkah laku manusia/seseorang serta moral seseorang/manusia. Piramida ke 3 berkaitan erat dengan pembentukan etika pada seseorang (manusia). Hal ini karena:  prinsip yang terdapat pada piramida ke 3, mengajarkan kepada setiap pelaku pendidikan/dunia pendidikan, terutama dalam proses pembentukan kepribadian seseorang, watak dan tingkah laku seseorang.       
 Oleh sebab itu, dalam pembentukan moral, kepribadian/watak dan tingkah laku manusia/seseorang, perlu diawali dengan kejelasan tujuan/maksud yang terarah, terencana dilanjutkan dengan pembentukan pembiasaan dan penumbuhan kesadaran terhadap aturan yang berlaku.




D.  ANALISIS
Bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis. Biasanya aliran progressivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “The Liberal road to culture”. yang dimaksudkan dengan ini adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terkait oleh suatu doktrin tertentu) curious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki) toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka). Dengan demikian potensi-potensi yang dimiliki manusia mempunyai kekuatan-kekuatan yang harus dikembangkan dan hal ini menjadi perhatian progressivisme. Disini jelas bahwa aliran filsafat progressivisme menempatkan manusia sebagai makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat dan martabat manusia sebagi pelaku (subyek) di dalam hidupnya. Adapun filsafat progressivisme memandang tentang kebudayaan bahwa budaya sebagai hasil budi manusia, dan akan dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Maka pendidikan sebagai usaha manusia yang merupakan refleksi kebudayaan itu haruslah sejiwa dengan kebudayaan itu. Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk memproses merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang eduktif yang pada hakikatnya akan dapat memberikan warna dan corak dari out put (keluaran) yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan (anak didik) adalah manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompotitif, inisiatif, adapti dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya. Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat kepada pengalaman atau kurikulum eksperimental yaitu kurikulum yang berpusat kepada pengalaman, dimana apa yang telah di peroleh anak didik selama disekolah akan dapat diterapkan dalam kehidupan nyatanya. Tapi pada kenyataanya dilapangan (di indonesia) belum bisa dibuktikan sedangkan menurut Aristoteles sendiri  Dalam dunia pendidikan, memberikan sumbangan yang sangat luar biasa, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, beliau juga membangun melalui 2 bentuk piramida pendidikan juga memberikan sumbangan  yang besar dalam pembentukan moral dan kepribadian seseorang. Di indonesia sendiri anehnya ternyata masih banyak sekolah yang tawuran dan membolos dalam jam-jam sekolah dan inilah yang menjadi potret pendidikan kita yang tidak baik. Cukuplah disini potret-potret yang kurang pantas. harapan saya mudah-mudah kedepan pendidikan di inonesia akan semakin baik lagi sehingga menuju pendidikan yang beradab.
E.  KESIMPULAN
Progresivisme berasal dari kata “progress” yang berarti kemajuan. Secara harfiah dapat di artikan sebagi aliran yang menginginkan kemajuan secara cepat. Progressivisme adalah suatu aliran yang menekankan kepada penganutnya untuk selalu progress dan bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Sebab sudah menjadi naluri manusia menginginkan perubahan-perubahan. Manusia tidak mau hanya menerima satu macam keadaan saja, akan tetapi berkemauan hidupnya tidak sama dengan masa sebelumnya. Untuk mendapatkan perubahan itu manusia harus memiliki pandangan hidup dimana pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan dan tidak terikat oleh doktrin tertentu) namun demikian filsafat progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, kekuatan yang diwarisi manusia sejak lahir ( mans natural powers) adapun maksudnya adalah manusia sejak ia lahir telah membawa bakat dan kemampuan (predisposisi) atau potensi kemampuan dasar terutama daya akalnya sehingga dengan daya akalnya manusia akan dapat mengatasi segala problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya. Disini tersirat bahwa intelegensi merupakan kemampuan problem solving dalam segala situasi baru atau yang mengandung masalah. Sedangkan Antitesis dari kata yunani ami dan titthenai. yang berarti melakukan bertentangan, dalam ilmu bahasa berarti secara retoris mempertentangkan atau mendampingkan kata-kata yang menyandang arti berlawanan. hal ini dilakukan dengan menyajajarkan kata-kata atau kalimat-kalimat.
Dalam memberikan pendidikan, menurut Aristoteles tidak hanya berpegangan pada akal semata, tetapi harus melakukan pendidikan dan bimbingan kepada perasaan – perasaan, sehingga perasaan–perasaan yang tinggi/besar akan dapat mengendalikan akal pikiran manusia. bahwa semakin tinggi usia seseorang, akan semakin tinggi pula konsep pikir seseorang, konsep pikir seseorang akan semakin berkembang. Tidak hanya konsep pikir, tetapi juga sikap dan prilaku seseorang juga akan mulai berkembang seiring dengan perkembangan pikir seseorang.






F.   DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Hasbullah. 1990. Sitematik Filsafat.Yogyakarta: Widjaya.
Barnadib, Imam. 1990.Filsafat Pedidikan Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset.
http://anshar-.blogspot.co.idfilsafat-Pendidikan progresivisme.html.diunduh 06/10/2015.
http://pojokyudhapradana.blogspot.com/aliranaliran-pendidikan-dalam-filsafat.htm
Idris, H. Sahara dan Jamal, Lisman. 1992. Pengantar Pendidikan.Jakarta:Grasindo
Indar, Djumberansyah. 1994. Filsafat Pedidikan. Surabaya: Karya Abditama
Ismail Thoib.2008.Wacana Baru Pendidikan Meretas Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Genta Press.
Jalaluddin, dkk.2008.Filsafat Pedidikan Manusia. Jakarta: Media Pratama.
Muhmidayeli.2005.Filsafat Pendidikan. Pekanbaru: LSFK2P.
Murtiningsih dan Siti.2004.Pendidikan Alat Perlawanan, Resist Book.Sadullah, Uyah. Drs, Pengantar Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: Alfabet.
Noor Syam, Muhammad.1988. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sadullah, Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Sumitro, Dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, IKIP Yogyakarta
Zuhairi dkk. 2008. Filsafat Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
--------------. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa.