Sabtu, 10 Oktober 2015

PAHAM PROGRESIVISME ANTITESIS TERHADAP TEORI PENDIDIKAN PIRAMIDA ARISTOTELES

A.      ALIRAN PROGRESIVISME

Progresivisme berasal dari kata “progress” yang berarti kemajuan. Secara harfiah dapat di artikan sebagi aliran yang menginginkan kemajuan secara cepat. Progressivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis. Pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternative yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Progressivisme di sebut juga instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Aliran progressivime memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang meliputi: ilmu hayat, bahwa manusia di tuntut untuk mengetahui kehidupan semua masalah.
Aliran progresivisme suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke 20 ini. Pengaruh itu terasa diseluruh dunia¸terlebih-lebih di amerika serikat. Usaha pembaharuan dalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran-aliran progressivisme ini. Biasanya aliran progressivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “The Liberal road to culture”. yang dimaksudkan dengan ini adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terkait oleh suatu doktrin tertentu) curious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki) toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).
Filsafat progresivisme menuntut kepada penganutnya untuk selalu progress dan bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Sebab sudah menjadi naluri manusia menginginkan perubahan-perubahan. Manusia tidak mau hanya menerima satu macam keadaan saja, akan tetapi berkemauan hidupnya tidak sama dengan masa sebelumnya. Untuk mendapatkan perubahan itu manusia harus memiliki pandangan hidup dimana pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan dan tidak terikat oleh doktrin tertentu) namun demikian filsafat progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, kekuatan yang diwarisi manusia sejak lahir ( mans natural powers) adapun maksudnya adalah manusia sejak ia lahir telah membawa bakat dan kemampuan(predisposisi) atau potensi kemampuan dasar terutama daya akalnya sehingga dengan daya akalnya manusia akan dapat mengatasi segala problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya. Disini tersirat bahwa intelegensi merupakan kemampuan problem solving dalam segala situasi baru atau yang mengandung masalah.
Dengan demikian potensi-potensi yang dimiliki manusia mempunyai kekuatan-kekuatan yang harus dikembangkan dan hal ini menjadi perhatian progressivisme. Disini jelas bahwa aliran filsafat progressivisme menempatkan manusia sebagai makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat dan martabat manusia sebagi pelaku (subyek) di dalam hidupnya. Adapun filsafat progressivisme memandang tentang kebudayaan bahwa budaya sebagai hasil budi manusia, dan akan dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Maka pendidikan sebagai usaha manusia yang merupakan refleksi kebudayaan itu haruslah sejiwa dengan kebudayaan itu. Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk memproses merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang eduktif yang pada hakikatnya akan dapat memberikan warna dan corak dari out put (keluaran) yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan (anak didik) adalah manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompotitif, inisiatif, adapti dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya. Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat kepada pengalaman atau kurikulum eksperimental yaitu kurikulum yang berpusat kepada pengalaman, dimana apa yang telah di peroleh anak didik selama disekolah akan dapat diterapkan dalam kehidupan nyatanya. Dengan metode pendidikan “belajar sambil berbuat” (learning by doing) dan pemecahan masalah (problem solving) dengan langkah-langkah menghadapi problem, dengan demikian maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju (progress) sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.

B.  ANTITESIS
Antitesis dari kata yunani ami dan titthenai. yang berarti melakukan bertentangan, dalam ilmu bahasa berarti secara retoris mempertentangkan atau mendampingkan kata-kata yang menyandang arti berlawanan. hal ini dilakukan dengan menyajajarkan kata-kata atau kalimat-kalimat. Jadi, Antitesis yaitu   Suatu pernyataan/pendapat yang menyanggah terhadap suatu pernyata atau suatu pendapat . 




C.  TEORI PENDIDIKAN PIRAMIDA ARISTOTELES

Aristoteles hidup pada tahun 384–322 SM. Dia merupakan murid dari Plato. Aristoteles dikenal sebagai ilmuwan besar, seorang cendekiawan dan intelektual terkemuka. Dalam karirnya sebagai ilmuwan besar, dia sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan lain–lain. Dia sangat berjasa dalam bidang logika, metafisika, politik, ethika, biologi dan psikologi. Dalam dunia pendidikan, Aristoteles memberikan sumbangan yang sangat luar biasa, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, beliau membangun melalui 2 bentuk piramida pendidikan, yaitu:
1.    Piramida Pendidikan I (pertama), meliputi :
a.         Fisika
b.        Mathesis
c.         Teologi
2.    Piramida Pendidikan ke II (dua), yaitu :
a.         Observasi
b.        Experimen
c.         Berfikir Induktif
Selain berjasa dalam dunia pendidikan secara umum, ternyata Aristoteles juga memberikan sumbangan  yang besar dalam pembentukan moral dan kepribadian seseorang sehingga diciptakan Piramida Pendidikan (III), sebagai berikut:
1.      Tujuan
2.      Pembentukan pembiasaan
3.      Kesadaran Aturan .
v Piramida Pendidikan  
Piramida ini sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, karena piramida tersebut mengajarkan kepada manusia, bahwa dalam mencari ilmu pengetahuan,  dapat berpedoman pada piramida sebagai berikut:
1.      Fisika
2.      Mathesis
3.      Teologi
Berdasarkan priramida tersebut di atas, dalam pencarian ilmu pengetahuan, kita harus berpedoman pada langkah – langkah sebagai berikut:


1.      FISIKA
Berdasarkan pemikiran fisika, kita dalam mencari pengetahuan dilakukan dengan melakukan pengamatan–pengamatan terhadap segala sesuatu yang kita lihat/kita amati melalui alat indera penglihatan. Dari proses melihat lewat mata, hasil yang diperoleh berupa benda – benda yang kasat mata, misalnya : meja, kusi, mobil dan lain – lain.
2.      MATHESIS
Berdasarkan pemikiran Mathesis, proses pencarian ilmu pengetahuan, sudah meninggalkan segala sesuatu berdasarkan penglihatan. Pada Piramida ini, proses pencarian ilmu pengetahuan, mulai menggunakan berfikir yang lebih mendalam, pemikiran mulai menggunakan akal, budi ( perasaan).
3.      TEOLOGI
Berdasarkan piramida teologi, proses pencarian ilmu pengetahuan mulai berfikir lebih mendalam lagi, karena dalam proses teologi sudah mulai berfikir tentang asal usul, tujuan yang akan dicapai, proses pembentukan, berfikir berdasakan kenyataan yang sesungguhnya.
v Piramida Pendidikan yang II ( dua ) 
Piramida pendidikan yang ke II, sangat berperan penting dalam pengembangan ilmiah, pemikiran ilmiah dan pembentukan metode ilmiah, sehingga dapat diperoleh sesuatu secara objektif. Piramida Pendidikan yang ke II, meliputi:
1.      Observasi
2.      Experimen
3.      Berfikir Induktif
Berdasarkan Piramida Pendidikan tersebut di atas, dalam pencarian sesuatu untuk mencari objektifitas, dilakukan melalui proses:
1.      OBSERVASI
Prinsip ini mengharuskan setiap orang dalam mencari sesuatu/kebenaran dilakukan melalui pengamatan – pengamatan yang jelas terhadap segala sesuatu yang dilihatnya.
2.      EXPERIMEN
Prinsip ini menjelaskan bahwa supaya kebenaran/sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) menjadi lebih obyektif lagi, perlu melakukan uij coba/prkatek melalui kegiatan Experimen (percobaan).
3.      BERFIKIR INDUKTIF
Dalam prinsip ini, hasil observasi dan dilanjutkan dengan experiment, kemudian dibuat suatu kesimpulan yang obyektif (kebenaran yang obyektif ),  melalui berfikir induktif, yaitu berfikir dari hal–hal yang khusus kemudian digeneralisasikan, sehinggga diperoleh teori/ sesuatu yang sifatnya umum  ( kebenaran obyektif ).
v Piramida Pendidikan yang ke III
Piramida ke 3 ini, sangat berperan dalam pembentukan moral, kepribadian dan watak seseorang, sehingga sangat penting dalam bidang Etika. Piramida Pendidikan tersebut  meliputi  :
1.      Tujuan
2.      Pembentukan Kebiasaan
3.      Kesadaran atas aturan
Piramida ini sangat berkaitan erat dengan proses kehidupan manusia, karena  prinsip ini berpedoman bahwa manusia harus lebih dari binatang, sehingga manusia perlu mendapatkan pendidikan.
Dalam memberikan pendidikan, menurut Aristoteles tidak hanya berpegangan pada akal semata, tetapi harus melakukan pendidikan dan bimbingan kepada perasaan – perasaan, sehingga perasaan–perasaan yang tinggi/besar akan dapat mengendalikan akal pikiran manusia. Berdasarkan piramida tersebut di atas (ke 3), Aristoteles menjelaskan bahwa dalam proses pendidikan, meliputi 3 hal, yaitu:
1.      MEMPUNYAI TUJUAN
Menurut prinsip ini, dalam melakukan pendidikan harus ada tujuan yang jelas, agar segala sesuatu yang dilakukan dapat terarah, terencana, sehingga tercapailah tujuan yang jelas / nyata dan dapat tercapai segala yang dikendaki.
2.      PEMBENTUKAN PEMBIASAAN
Prinsip ini menjelaskan bahwa pada masa anak kecil (masa balita), anak perlu mendapatkan pendidikan ,melalui pembiasaan–pembiasaan yang baik. Dengan pembiasaan– pembiasaan yang baik, akan terpupuk pribadi – pribadi yang baik/kokoh kepribadiannya. Pembiasaan merupakan awal pembentukan moral dan kepribadian anak.
3.      KESADARAN ATURAN
Prinsip ini menjelaskan bahwa semakin tinggi usia seseorang, akan semakin tinggi pula konsep pikir seseorang, konsep pikir seseorang akan semakin berkembang. Tidak hanya konsep pikir, tetapi juga sikap dan prilaku seseorang juga akan mulai berkembang seiring dengan perkembangan pikir seseorang. Oleh sabab itu seseorang perlu mulai mendapatkan penanaman kesadaran atas aturan – aturan yang berlaku, hal ini karena aturan itu akan selalu ada dan mengikat manusia dalam pergaulan.
Kesadaran aturan ini dimaksudkan untuk mengimbangi dan mengendalikan perkembangan daya pikir manusia/seseorang serta mengimbangi  perkembangan dan mengendalikan tingkah laku manusia/seseorang. Piramida   Pendidikan yang diciptakan oleh  Aristoteles (menurut Aristoteles), dapat dijadikan sebagai landasan pendidikan di Indonesia, karena:
1.      Piramida I  (Fisika, Mathesis, Teologi)
mengandung makna yang luar biasa bagi dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini karena:  dalam proses pendidikan harus dapat mengajak kepada peserta didik untuk menggunakan seluruh potensi yang ada pada diri seseorang subyek/obyek pedidikan, baik menggunakan mata, akal pikiran, perasaan dan potensi yang lain. Sehingga dalam proses pendidikan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik harus dapat dikembangkan secara optimal, melalui berbagai cara/metode. 
2.    Piramida ke II (Observasi, Experimen, Berfikir Induktif )
mengandung peran yang penting dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini karena:  prinsip yang terkandung pada piramida pendidikan yang ke 2 tersebut  sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, berfikir ilmiah dan proses penelitian atas sesuatu. Dalam menemukan pengetahuan (ilmu pengetahuan) yang obyektif, seseorang harus belajar dengan melakukan observasi/pengamatan terhadap segala sesuatu yang ada, kemudian hasil pengamatan/observasi diuji melalui uii coba (experiment), hasil experiment yang dilakkan akan menghasilkan sesuatu melalui berfikir Induktif.
3.      Piramida ke III (tujuan, pembentukan pembiasaan dan kesadaran Aturan)
 mengandung peran penting dalam pembentukan Watak/Kepribadian dan tingkah laku manusia/seseorang serta moral seseorang/manusia. Piramida ke 3 berkaitan erat dengan pembentukan etika pada seseorang (manusia). Hal ini karena:  prinsip yang terdapat pada piramida ke 3, mengajarkan kepada setiap pelaku pendidikan/dunia pendidikan, terutama dalam proses pembentukan kepribadian seseorang, watak dan tingkah laku seseorang.       
 Oleh sebab itu, dalam pembentukan moral, kepribadian/watak dan tingkah laku manusia/seseorang, perlu diawali dengan kejelasan tujuan/maksud yang terarah, terencana dilanjutkan dengan pembentukan pembiasaan dan penumbuhan kesadaran terhadap aturan yang berlaku.




D.  ANALISIS
Bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis. Biasanya aliran progressivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “The Liberal road to culture”. yang dimaksudkan dengan ini adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terkait oleh suatu doktrin tertentu) curious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki) toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka). Dengan demikian potensi-potensi yang dimiliki manusia mempunyai kekuatan-kekuatan yang harus dikembangkan dan hal ini menjadi perhatian progressivisme. Disini jelas bahwa aliran filsafat progressivisme menempatkan manusia sebagai makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat dan martabat manusia sebagi pelaku (subyek) di dalam hidupnya. Adapun filsafat progressivisme memandang tentang kebudayaan bahwa budaya sebagai hasil budi manusia, dan akan dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Maka pendidikan sebagai usaha manusia yang merupakan refleksi kebudayaan itu haruslah sejiwa dengan kebudayaan itu. Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk memproses merekonstruksi kebudayaan baru haruslah dapat menciptakan situasi yang eduktif yang pada hakikatnya akan dapat memberikan warna dan corak dari out put (keluaran) yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan (anak didik) adalah manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompotitif, inisiatif, adapti dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya. Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat kepada pengalaman atau kurikulum eksperimental yaitu kurikulum yang berpusat kepada pengalaman, dimana apa yang telah di peroleh anak didik selama disekolah akan dapat diterapkan dalam kehidupan nyatanya. Tapi pada kenyataanya dilapangan (di indonesia) belum bisa dibuktikan sedangkan menurut Aristoteles sendiri  Dalam dunia pendidikan, memberikan sumbangan yang sangat luar biasa, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, beliau juga membangun melalui 2 bentuk piramida pendidikan juga memberikan sumbangan  yang besar dalam pembentukan moral dan kepribadian seseorang. Di indonesia sendiri anehnya ternyata masih banyak sekolah yang tawuran dan membolos dalam jam-jam sekolah dan inilah yang menjadi potret pendidikan kita yang tidak baik. Cukuplah disini potret-potret yang kurang pantas. harapan saya mudah-mudah kedepan pendidikan di inonesia akan semakin baik lagi sehingga menuju pendidikan yang beradab.
E.  KESIMPULAN
Progresivisme berasal dari kata “progress” yang berarti kemajuan. Secara harfiah dapat di artikan sebagi aliran yang menginginkan kemajuan secara cepat. Progressivisme adalah suatu aliran yang menekankan kepada penganutnya untuk selalu progress dan bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Sebab sudah menjadi naluri manusia menginginkan perubahan-perubahan. Manusia tidak mau hanya menerima satu macam keadaan saja, akan tetapi berkemauan hidupnya tidak sama dengan masa sebelumnya. Untuk mendapatkan perubahan itu manusia harus memiliki pandangan hidup dimana pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan dan tidak terikat oleh doktrin tertentu) namun demikian filsafat progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, kekuatan yang diwarisi manusia sejak lahir ( mans natural powers) adapun maksudnya adalah manusia sejak ia lahir telah membawa bakat dan kemampuan (predisposisi) atau potensi kemampuan dasar terutama daya akalnya sehingga dengan daya akalnya manusia akan dapat mengatasi segala problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya. Disini tersirat bahwa intelegensi merupakan kemampuan problem solving dalam segala situasi baru atau yang mengandung masalah. Sedangkan Antitesis dari kata yunani ami dan titthenai. yang berarti melakukan bertentangan, dalam ilmu bahasa berarti secara retoris mempertentangkan atau mendampingkan kata-kata yang menyandang arti berlawanan. hal ini dilakukan dengan menyajajarkan kata-kata atau kalimat-kalimat.
Dalam memberikan pendidikan, menurut Aristoteles tidak hanya berpegangan pada akal semata, tetapi harus melakukan pendidikan dan bimbingan kepada perasaan – perasaan, sehingga perasaan–perasaan yang tinggi/besar akan dapat mengendalikan akal pikiran manusia. bahwa semakin tinggi usia seseorang, akan semakin tinggi pula konsep pikir seseorang, konsep pikir seseorang akan semakin berkembang. Tidak hanya konsep pikir, tetapi juga sikap dan prilaku seseorang juga akan mulai berkembang seiring dengan perkembangan pikir seseorang.






F.   DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Hasbullah. 1990. Sitematik Filsafat.Yogyakarta: Widjaya.
Barnadib, Imam. 1990.Filsafat Pedidikan Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset.
http://anshar-.blogspot.co.idfilsafat-Pendidikan progresivisme.html.diunduh 06/10/2015.
http://pojokyudhapradana.blogspot.com/aliranaliran-pendidikan-dalam-filsafat.htm
Idris, H. Sahara dan Jamal, Lisman. 1992. Pengantar Pendidikan.Jakarta:Grasindo
Indar, Djumberansyah. 1994. Filsafat Pedidikan. Surabaya: Karya Abditama
Ismail Thoib.2008.Wacana Baru Pendidikan Meretas Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Genta Press.
Jalaluddin, dkk.2008.Filsafat Pedidikan Manusia. Jakarta: Media Pratama.
Muhmidayeli.2005.Filsafat Pendidikan. Pekanbaru: LSFK2P.
Murtiningsih dan Siti.2004.Pendidikan Alat Perlawanan, Resist Book.Sadullah, Uyah. Drs, Pengantar Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: Alfabet.
Noor Syam, Muhammad.1988. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sadullah, Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Sumitro, Dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, IKIP Yogyakarta
Zuhairi dkk. 2008. Filsafat Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
--------------. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar