Kamis, 01 Oktober 2015

ANALISIS PIRAMIDA PENDIDIKAN PRESPEKTIF ARISTOTELES


Aristoteles hidup pada tahun 384–322 SM. Dia merupakan murid dari Plato. Aristoteles dikenal sebagai ilmuwan besar, seorang cendekiawan dan intelektual terkemuka. Dalam karirnya sebagai ilmuwan besar, dia sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan lain–lain. Dia sangat berjasa dalam bidang logika, metafisika, politik, ethika, biologi dan psikologi. Dalam dunia pendidikan, Aristoteles memberikan sumbangan yang sangat luar biasa, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, beliau membangun melalui 2 bentuk piramida pendidikan, yaitu:
A.  Piramida Pendidikan I (pertama), meliputi :
1.        Fisika
2.        Mathesis
3.        Teologi
B.  Piramida Pendidikan ke II (dua), yaitu :
1.      Observasi
2.      Experimen
3.      Berfikir Induktif
Selain berjasa dalam dunia pendidikan secara umum, ternyata Aristoteles juga memberikan sumbangan  yang besar dalam pembentukan moral dan kepribadian seseorang sehingga diciptakan Piramida Pendidikan (III), sebagai berikut:
1.      Tujuan
2.      Pembentukan pembiasaan
3.      Kesadaran Aturan .
v Piramida Pendidikan  
Piramida ini sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, karena piramida tersebut mengajarkan kepada manusia, bahwa dalam mencari ilmu pengetahuan,  dapat berpedoman pada piramida sebagai berikut:
1.      Fisika
2.      Mathesis
3.      Teologi
Berdasarkan priramida tersebut di atas, dalam pencarian ilmu pengetahuan, kita harus berpedoman pada langkah – langkah sebagai berikut:


1.      FISIKA
Berdasarkan pemikiran fisika, kita dalam mencari pengetahuan dilakukan dengan melakukan pengamatan–pengamatan terhadap segala sesuatu yang kita lihat/kita amati melalui alat indera penglihatan. Dari proses melihat lewat mata, hasil yang diperoleh berupa benda – benda yang kasat mata, misalnya : meja, kusi, mobil dan lain – lain.
2.      MATHESIS
Berdasarkan pemikiran Mathesis, proses pencarian ilmu pengetahuan, sudah meninggalkan segala sesuatu berdasarkan penglihatan. Pada Piramida ini, proses pencarian ilmu pengetahuan, mulai menggunakan berfikir yang lebih mendalam, pemikiran mulai menggunakan akal, budi ( perasaan).
3.      TEOLOGI
Berdasarkan piramida teologi, proses pencarian ilmu pengetahuan mulai berfikir lebih mendalam lagi, karena dalam proses teologi sudah mulai berfikir tentang asal usul, tujuan yang akan dicapai, proses pembentukan, berfikir berdasakan kenyataan yang sesungguhnya.
v Piramida Pendidikan yang II ( dua ) 
Piramida pendidikan yang ke II, sangat berperan penting dalam pengembangan ilmiah, pemikiran ilmiah dan pembentukan metode ilmiah, sehingga dapat diperoleh sesuatu secara objektif. Piramida Pendidikan yang ke II, meliputi:
1.      Observasi
2.      Experimen
3.      Berfikir Induktif
Berdasarkan Piramida Pendidikan tersebut di atas, dalam pencarian sesuatu untuk mencari objektifitas, dilakukan melalui proses:
1.      OBSERVASI
Prinsip ini mengharuskan setiap orang dalam mencari sesuatu/kebenaran dilakukan melalui pengamatan – pengamatan yang jelas terhadap segala sesuatu yang dilihatnya.
2.      EXPERIMEN
Prinsip ini menjelaskan bahwa supaya kebenaran/sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) menjadi lebih obyektif lagi, perlu melakukan uij coba/prkatek melalui kegiatan Experimen (percobaan).
3.      BERFIKIR INDUKTIF
Dalam prinsip ini, hasil observasi dan dilanjutkan dengan experiment, kemudian dibuat suatu kesimpulan yang obyektif (kebenaran yang obyektif ),  melalui berfikir induktif, yaitu berfikir dari hal–hal yang khusus kemudian digeneralisasikan, sehinggga diperoleh teori/ sesuatu yang sifatnya umum  ( kebenaran obyektif ).
v Piramida Pendidikan yang ke III
Piramida ke 3 ini, sangat berperan dalam pembentukan moral, kepribadian dan watak seseorang, sehingga sangat penting dalam bidang Etika. Piramida Pendidikan tersebut  meliputi  :
1.      Tujuan
2.      Pembentukan Kebiasaan
3.      Kesadaran atas aturan
Piramida ini sangat berkaitan erat dengan proses kehidupan manusia, karena  prinsip ini berpedoman bahwa manusia harus lebih dari binatang, sehingga manusia perlu mendapatkan pendidikan.
Dalam memberikan pendidikan, menurut Aristoteles tidak hanya berpegangan pada akal semata, tetapi harus melakukan pendidikan dan bimbingan kepada perasaan – perasaan, sehingga perasaan–perasaan yang tinggi/besar akan dapat mengendalikan akal pikiran manusia. Berdasarkan piramida tersebut di atas (ke 3), Aristoteles menjelaskan bahwa dalam proses pendidikan, meliputi 3 hal, yaitu:
1.      MEMPUNYAI TUJUAN
Menurut prinsip ini, dalam melakukan pendidikan harus ada tujuan yang jelas, agar segala sesuatu yang dilakukan dapat terarah, terencana, sehingga tercapailah tujuan yang jelas / nyata dan dapat tercapai segala yang dikendaki.
2.      PEMBENTUKAN PEMBIASAAN
Prinsip ini menjelaskan bahwa pada masa anak kecil (masa balita), anak perlu mendapatkan pendidikan ,melalui pembiasaan–pembiasaan yang baik. Dengan pembiasaan– pembiasaan yang baik, akan terpupuk pribadi – pribadi yang baik/kokoh kepribadiannya. Pembiasaan merupakan awal pembentukan moral dan kepribadian anak.
3.      KESADARAN ATURAN
Prinsip ini menjelaskan bahwa semakin tinggi usia seseorang, akan semakin tinggi pula konsep pikir seseorang, konsep pikir seseorang akan semakin berkembang. Tidak hanya konsep pikir, tetapi juga sikap dan prilaku seseorang juga akan mulai berkembang seiring dengan perkembangan pikir seseorang. Oleh sabab itu seseorang perlu mulai mendapatkan penanaman kesadaran atas aturan – aturan yang berlaku, hal ini karena aturan itu akan selalu ada dan mengikat manusia dalam pergaulan.
Kesadaran aturan ini dimaksudkan untuk mengimbangi dan mengendalikan perkembangan daya pikir manusia/seseorang serta mengimbangi  perkembangan dan mengendalikan tingkah laku manusia/seseorang. Piramida   Pendidikan yang diciptakan oleh  Aristoteles (menurut Aristoteles), dapat dijadikan sebagai landasan pendidikan di Indonesia, karena:
1.      Piramida I  (Fisika, Mathesis, Teologi)
mengandung makna yang luar biasa bagi dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini karena:  dalam proses pendidikan harus dapat mengajak kepada peserta didik untuk menggunakan seluruh potensi yang ada pada diri seseorang subyek/obyek pedidikan, baik menggunakan mata, akal pikiran, perasaan dan potensi yang lain. Sehingga dalam proses pendidikan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik harus dapat dikembangkan secara optimal, melalui berbagai cara/metode. 
2.    Piramida ke II (Observasi, Experimen, Berfikir Induktif )
mengandung peran yang penting dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini karena:  prinsip yang terkandung pada piramida pendidikan yang ke 2 tersebut  sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, berfikir ilmiah dan proses penelitian atas sesuatu. Dalam menemukan pengetahuan (ilmu pengetahuan) yang obyektif, seseorang harus belajar dengan melakukan observasi/pengamatan terhadap segala sesuatu yang ada, kemudian hasil pengamatan/observasi diuji melalui uii coba (experiment), hasil experiment yang dilakkan akan menghasilkan sesuatu melalui berfikir Induktif.
3.      Piramida ke III (tujuan, pembentukan pembiasaan dan kesadaran Aturan)
 mengandung peran penting dalam pembentukan Watak/Kepribadian dan tingkah laku manusia/seseorang serta moral seseorang/manusia. Piramida ke 3 berkaitan erat dengan pembentukan etika pada seseorang (manusia). Hal ini karena:  prinsip yang terdapat pada piramida ke 3, mengajarkan kepada setiap pelaku pendidikan/dunia pendidikan, terutama dalam proses pembentukan kepribadian seseorang, watak dan tingkah laku seseorang.       
 Oleh sebab itu, dalam pembentukan moral, kepribadian/watak dan tingkah laku manusia/seseorang, perlu diawali dengan kejelasan tujuan/maksud yang terarah, terencana dilanjutkan dengan pembentukan pembiasaan dan penumbuhan kesadaran terhadap aturan yang berlaku.




Analisis: 
Ø Kelebihan:
·         Dengan diciptakan Piramida Pendidikan dapat membentuk moral dan kepribadian seseorang
·         Menjadikan seseorang sadar akan hukum
·         Dapat mencari pengetahuan dilakukan dengan melakukan pengamatan–pengamatan terhadap segala sesuatu yang kita lihat/kita amati melalui alat indera penglihatan
·         dapat digunakan pencarian ilmu pengetahuan, mulai menggunakan berfikir yang lebih mendalam, pemikiran mulai menggunakan akal, budi ( perasaan).
·         Dapat diperoleh proses pencarian ilmu pengetahuan mulai berfikir lebih mendalam lagi, karena dalam proses teologi sudah mulai berfikir tentang asal usul, tujuan yang akan dicapai, proses pembentukan, berfikir berdasakan kenyataan yang sesungguhnya.
·         Dapat berperan penting dalam pengembangan ilmiah, pemikiran ilmiah dan pembentukan metode ilmiah, sehingga dapat diperoleh sesuatu secara objektif.
·         supaya mendapatkan kebenaran/sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) menjadi lebih obyektif lagi, perlu melakukan uij coba/prkatek melalui kegiatan Experimen (percobaan).
·         Dapat menyimpulkan yang obyektif (kebenaran yang obyektif),  melalui berfikir induktif, yaitu berfikir dari hal–hal yang khusus kemudian digeneralisasikan, sehinggga diperoleh teori/ sesuatu yang sifatnya umum  (kebenaran obyektif).
·         Dapat melakukan pendidikan dan bimbingan kepada perasaan – perasaan, sehingga perasaan–perasaan yang tinggi/besar akan dapat mengendalikan akal pikiran manusia.
Ø Kelemahan:
Ø  dalam proses pendidikan harus dapat mengajak kepada peserta didik untuk menggunakan seluruh potensi yang ada pada diri seseorang subyek/obyek pedidikan, baik menggunakan mata, akal pikiran, perasaan dan potensi yang lain. Sehingga dalam proses pendidikan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik harus dapat dikembangkan secara optimal, melalui berbagai cara/metode. sedangkan ini belum bisa ditanggapi oleh orang-orang sekarang. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar