Aristoteles hidup pada tahun 384–322 SM. Dia merupakan murid dari
Plato. Aristoteles dikenal sebagai ilmuwan besar, seorang cendekiawan dan
intelektual terkemuka. Dalam karirnya sebagai ilmuwan besar, dia sangat
berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan lain–lain. Dia sangat
berjasa dalam bidang logika, metafisika, politik, ethika, biologi dan psikologi.
Dalam dunia pendidikan, Aristoteles memberikan sumbangan yang sangat luar
biasa, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, beliau membangun melalui 2
bentuk piramida pendidikan, yaitu:
A. Piramida Pendidikan I (pertama), meliputi :
1.
Fisika
2.
Mathesis
3.
Teologi
B. Piramida Pendidikan ke II (dua), yaitu :
1. Observasi
2. Experimen
3. Berfikir
Induktif
Selain berjasa dalam dunia pendidikan secara umum, ternyata Aristoteles
juga memberikan sumbangan yang besar dalam pembentukan moral dan
kepribadian seseorang sehingga diciptakan Piramida Pendidikan (III), sebagai
berikut:
1. Tujuan
2. Pembentukan
pembiasaan
3. Kesadaran
Aturan .
v
Piramida Pendidikan
Piramida ini sangat berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
karena piramida tersebut mengajarkan kepada manusia, bahwa dalam mencari ilmu pengetahuan, dapat
berpedoman pada piramida sebagai berikut:
1. Fisika
2. Mathesis
3. Teologi
Berdasarkan priramida tersebut di atas, dalam pencarian ilmu pengetahuan,
kita harus berpedoman pada langkah – langkah sebagai berikut:
1. FISIKA
Berdasarkan pemikiran fisika, kita dalam mencari
pengetahuan dilakukan dengan melakukan pengamatan–pengamatan terhadap segala
sesuatu yang kita lihat/kita amati melalui alat indera penglihatan. Dari proses
melihat lewat mata, hasil yang diperoleh berupa benda – benda yang kasat mata,
misalnya : meja, kusi, mobil dan lain – lain.
2. MATHESIS
Berdasarkan pemikiran Mathesis, proses pencarian ilmu
pengetahuan, sudah meninggalkan segala sesuatu berdasarkan penglihatan. Pada Piramida
ini, proses pencarian ilmu pengetahuan, mulai menggunakan berfikir yang lebih
mendalam, pemikiran mulai menggunakan akal, budi ( perasaan).
3. TEOLOGI
Berdasarkan piramida teologi, proses pencarian ilmu
pengetahuan mulai berfikir lebih mendalam lagi, karena dalam proses teologi
sudah mulai berfikir tentang asal usul, tujuan yang akan dicapai, proses
pembentukan, berfikir berdasakan kenyataan yang sesungguhnya.
v
Piramida Pendidikan yang II (
dua )
Piramida pendidikan yang ke II, sangat berperan penting dalam
pengembangan ilmiah, pemikiran ilmiah dan pembentukan metode ilmiah, sehingga
dapat diperoleh sesuatu secara objektif. Piramida Pendidikan yang ke II,
meliputi:
1. Observasi
2. Experimen
3. Berfikir
Induktif
Berdasarkan Piramida Pendidikan tersebut di atas, dalam pencarian sesuatu
untuk mencari objektifitas, dilakukan melalui proses:
1. OBSERVASI
Prinsip ini mengharuskan setiap orang dalam mencari
sesuatu/kebenaran dilakukan melalui pengamatan – pengamatan yang jelas terhadap
segala sesuatu yang dilihatnya.
2. EXPERIMEN
Prinsip ini menjelaskan bahwa supaya kebenaran/sesuatu
yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) menjadi lebih obyektif lagi,
perlu melakukan uij coba/prkatek melalui kegiatan Experimen (percobaan).
3. BERFIKIR INDUKTIF
Dalam prinsip ini, hasil observasi dan dilanjutkan
dengan experiment, kemudian dibuat suatu kesimpulan yang obyektif (kebenaran
yang obyektif ), melalui berfikir induktif, yaitu berfikir dari hal–hal
yang khusus kemudian digeneralisasikan, sehinggga diperoleh teori/ sesuatu yang
sifatnya umum ( kebenaran obyektif ).
v
Piramida Pendidikan yang ke
III
Piramida ke 3 ini, sangat berperan dalam pembentukan moral, kepribadian
dan watak seseorang, sehingga sangat penting dalam bidang Etika. Piramida
Pendidikan tersebut meliputi :
1. Tujuan
2. Pembentukan
Kebiasaan
3. Kesadaran
atas aturan
Piramida ini sangat berkaitan erat dengan proses kehidupan manusia,
karena prinsip ini berpedoman bahwa manusia harus lebih dari binatang,
sehingga manusia perlu mendapatkan pendidikan.
Dalam memberikan pendidikan, menurut Aristoteles tidak hanya
berpegangan pada akal semata, tetapi harus melakukan pendidikan dan bimbingan
kepada perasaan – perasaan, sehingga perasaan–perasaan yang tinggi/besar akan
dapat mengendalikan akal pikiran manusia. Berdasarkan piramida tersebut di atas
(ke 3), Aristoteles menjelaskan bahwa dalam proses pendidikan, meliputi 3 hal,
yaitu:
1. MEMPUNYAI TUJUAN
Menurut prinsip ini, dalam melakukan pendidikan harus ada tujuan yang
jelas, agar segala sesuatu yang dilakukan dapat terarah, terencana, sehingga
tercapailah tujuan yang jelas / nyata dan dapat tercapai segala yang dikendaki.
2. PEMBENTUKAN PEMBIASAAN
Prinsip ini menjelaskan bahwa pada masa anak kecil (masa balita), anak
perlu mendapatkan pendidikan ,melalui pembiasaan–pembiasaan yang baik. Dengan
pembiasaan– pembiasaan yang baik, akan terpupuk pribadi – pribadi yang baik/kokoh
kepribadiannya. Pembiasaan merupakan awal pembentukan moral dan kepribadian
anak.
3. KESADARAN ATURAN
Prinsip ini menjelaskan bahwa semakin tinggi usia seseorang, akan
semakin tinggi pula konsep pikir seseorang, konsep pikir seseorang akan semakin
berkembang. Tidak hanya konsep pikir, tetapi juga sikap dan prilaku seseorang
juga akan mulai berkembang seiring dengan perkembangan pikir seseorang. Oleh sabab
itu seseorang perlu mulai mendapatkan penanaman kesadaran atas aturan – aturan
yang berlaku, hal ini karena aturan itu akan selalu ada dan mengikat manusia dalam
pergaulan.
Kesadaran aturan ini dimaksudkan untuk mengimbangi dan mengendalikan perkembangan
daya pikir manusia/seseorang serta mengimbangi perkembangan dan
mengendalikan tingkah laku manusia/seseorang. Piramida Pendidikan
yang diciptakan oleh Aristoteles (menurut Aristoteles), dapat
dijadikan sebagai landasan pendidikan di Indonesia, karena:
1. Piramida I (Fisika, Mathesis, Teologi)
mengandung makna yang luar biasa bagi dunia pendidikan
di Indonesia. Hal ini karena: dalam proses pendidikan harus dapat
mengajak kepada peserta didik untuk menggunakan seluruh potensi yang ada pada
diri seseorang subyek/obyek pedidikan, baik menggunakan mata, akal pikiran,
perasaan dan potensi yang lain. Sehingga dalam proses pendidikan seluruh
potensi yang dimiliki peserta didik harus dapat dikembangkan secara optimal,
melalui berbagai cara/metode.
2. Piramida ke II (Observasi, Experimen,
Berfikir Induktif )
mengandung peran yang penting dalam pendidikan di
Indonesia. Hal ini karena: prinsip yang terkandung pada piramida
pendidikan yang ke 2 tersebut sangat berperan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, berfikir ilmiah dan proses penelitian atas sesuatu. Dalam
menemukan pengetahuan (ilmu pengetahuan) yang obyektif, seseorang harus belajar
dengan melakukan observasi/pengamatan terhadap segala sesuatu yang ada,
kemudian hasil pengamatan/observasi diuji melalui uii coba (experiment), hasil
experiment yang dilakkan akan menghasilkan sesuatu melalui berfikir Induktif.
3. Piramida ke III
(tujuan, pembentukan pembiasaan dan kesadaran Aturan)
mengandung peran penting
dalam pembentukan Watak/Kepribadian dan tingkah laku manusia/seseorang serta
moral seseorang/manusia. Piramida ke 3 berkaitan erat dengan pembentukan etika
pada seseorang (manusia). Hal ini karena: prinsip yang terdapat pada
piramida ke 3, mengajarkan kepada setiap pelaku pendidikan/dunia pendidikan,
terutama dalam proses pembentukan kepribadian seseorang, watak dan tingkah laku
seseorang.
Oleh sebab itu, dalam pembentukan moral, kepribadian/watak dan
tingkah laku manusia/seseorang, perlu diawali dengan kejelasan tujuan/maksud
yang terarah, terencana dilanjutkan dengan pembentukan pembiasaan dan
penumbuhan kesadaran terhadap aturan yang berlaku.
Analisis:
Ø
Kelebihan:
·
Dengan
diciptakan Piramida Pendidikan dapat membentuk moral dan kepribadian seseorang
·
Menjadikan
seseorang sadar akan hukum
·
Dapat mencari
pengetahuan dilakukan dengan melakukan pengamatan–pengamatan terhadap segala
sesuatu yang kita lihat/kita amati melalui alat indera penglihatan
·
dapat digunakan
pencarian ilmu pengetahuan, mulai menggunakan berfikir yang lebih mendalam,
pemikiran mulai menggunakan akal, budi ( perasaan).
·
Dapat
diperoleh proses pencarian ilmu pengetahuan mulai berfikir lebih mendalam lagi,
karena dalam proses teologi sudah mulai berfikir tentang asal usul, tujuan yang
akan dicapai, proses pembentukan, berfikir berdasakan kenyataan yang
sesungguhnya.
·
Dapat berperan
penting dalam pengembangan ilmiah, pemikiran ilmiah dan pembentukan metode ilmiah,
sehingga dapat diperoleh sesuatu secara objektif.
·
supaya
mendapatkan kebenaran/sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan (observasi)
menjadi lebih obyektif lagi, perlu melakukan uij coba/prkatek melalui kegiatan
Experimen (percobaan).
·
Dapat menyimpulkan
yang obyektif (kebenaran yang obyektif), melalui berfikir induktif,
yaitu berfikir dari hal–hal yang khusus kemudian digeneralisasikan, sehinggga
diperoleh teori/ sesuatu yang sifatnya umum (kebenaran obyektif).
·
Dapat melakukan
pendidikan dan bimbingan kepada perasaan – perasaan, sehingga perasaan–perasaan
yang tinggi/besar akan dapat mengendalikan akal pikiran manusia.
Ø
Kelemahan:
Ø
dalam
proses pendidikan harus dapat mengajak kepada peserta didik untuk menggunakan
seluruh potensi yang ada pada diri seseorang subyek/obyek pedidikan, baik
menggunakan mata, akal pikiran, perasaan dan potensi yang lain. Sehingga dalam
proses pendidikan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik harus dapat
dikembangkan secara optimal, melalui berbagai cara/metode. sedangkan ini belum
bisa ditanggapi oleh orang-orang sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar