Setiap kita pasti pernah mengalami yang namanya keraguan menghadapi
sesuatu. Entah itu berkaitan pekerjaan, pilihan (bisa jodoh atau barang). Dan
secara psikologis manusia jika dihadapkan dengan pilihan atau mungkin diminta
menerima atau menolak sesuatu pasti ada waktu buat mikir. Memilih mana yang
terbaik diantara pilihan-pilihan atau menerima apapun yang akan diberikan.
Sebagai contoh, kita akan beli sepeda motor. Pasti kita dihadapkan
dengan pilihan pabrikan (Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, Bajaj, TVS atau
pabrikan China). Setelah itu baru memilih merek/ varian (motor sport, motor
bebek, motor matic). Setelah berhasil diperoleh masih juga dihadapkan pada
“Yakin atau tidak dengan pilihan ini”
Contoh lain, kita diberi kesempatan untuk belajar ke luar negeri.
Berdasar pengalaman di sana, kesempatan itu hanya datang satu kali seumur
hidup. Kita akan dihadapkan pilihan untuk ikut atau tidak. “Yakin atau tidak
dengan pilihan tersebut”.
Masih banyak contoh lainnya. Bahkan untuk hal kecil saja kita
dihadapkan pada pilihan. Semisal apakah kita akan membeli membeli makan di
warteg atau restoran, beli barang satu buah atau dua buah dan lain-lain.
Setiap kejadian itu mengharuskan kita untuk memilih. Memilih bukan
pekerjaan mudah. Di sana melibatkan banyak pertimbangan dan
pengalaman-pengalaman serta prediksi ke depan. Kalau Yakin maka kita maju kalau
Ragu kita mundur.
Adakalanya kita bertanya pada diri sendiri untuk meyakinkan. Sering
kita bertanya “ Yakinkah Aku?”. Seringnya kita ragu menjawab. Diamnya hati kita
belum tentu menjawab bahwa kita memang yakin. Bisa juga sangat tidak yakin.
Secara psikologis kita lebih memilih diam untuk menyembunyikan perasaan ragu.
Jadi diamnya kita lebih banyak berarti ‘aku tidak seyakin yang ditanyakan’.
Lalu bagaimana meyakinkan diri? Kita diakui akan lebih mudah menyangkal hal-hal berbau negative. Semisal ditanya “ Apakah kamu takut?” Kebanyakan kita menjawab “Ah enggak, siapa bilang” lalu untuk membuktikannya kita akan berbuat sesuatu yang menunjukkan bahwa kita tidak takut.
Mari kita terapkan pada pertanyaan untuk meyakinkan diri. Jika kita sering bertanya “yakinkah aku?” dan akhirnya kita juga belum mendapat jawaban, maka kita ganti dengan “ragukah aku?”. Maka secara naluriah kita akan menjawab dalam hati “ Siapa yang ragu? Aku tidak ragu kok”. Lalu hati akan meminta pembuktian. “Buktikan kamu gak ragu!” Maka kita akan dapat berbuat dengan yakin yang menunjukkan kita mantap memilih.
Lalu bagaimana meyakinkan diri? Kita diakui akan lebih mudah menyangkal hal-hal berbau negative. Semisal ditanya “ Apakah kamu takut?” Kebanyakan kita menjawab “Ah enggak, siapa bilang” lalu untuk membuktikannya kita akan berbuat sesuatu yang menunjukkan bahwa kita tidak takut.
Mari kita terapkan pada pertanyaan untuk meyakinkan diri. Jika kita sering bertanya “yakinkah aku?” dan akhirnya kita juga belum mendapat jawaban, maka kita ganti dengan “ragukah aku?”. Maka secara naluriah kita akan menjawab dalam hati “ Siapa yang ragu? Aku tidak ragu kok”. Lalu hati akan meminta pembuktian. “Buktikan kamu gak ragu!” Maka kita akan dapat berbuat dengan yakin yang menunjukkan kita mantap memilih.
Jadi jika pertanyaan “yakinkah Aku?” tidak mampu member kita
kemantapan, kita ganti dengan pertanyaan “ Ragukah Aku?” dan jawablah segera
lalu buktikan.
-Salam
Semangat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar