Rabu, 25 November 2015

DAMPAK PROYEK PEMBANGUNAN PLTU SUMURADEM TERHADAP PELUANG KERJA (STUDI KASUS DI DESA SUMURADEM SUKRA INDRAMAYU)


1.        Latar Belakang Masalah
Pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pem­bangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Pembangunan merupakan proses perubahan ke arah yang lebih baik, yang dapat memberikan perbedaan dari keadaan sebelumnya. Hal ini senangtiasa menjadikan suatu acuan pada pemerintah dibanyak negara yang amkin menambakan tingkat kehidupan agar lebih baik, khususnya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pembanguna  di indonesia semenjak orde lama ataupun orde baru bahkan sekarang ini merupakan usaha yang direncanakan oleh pemerintah dengan berorientasi pada pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia dalam arti tidak hanya mengejar kemajuan dan kepuasan batin. Tetapi mengejar keseluruhan serta kesesuian dan keseimbangan antara keduanya.
Dapat pula dikatakan bahwa pembangunan dalam pengertian tersebut harus dapat menciptakan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Sebagai usaha direncanakan pembanguna tidak akan terlepas adanya intevensi aktif yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dengan menggunakan ide-ide dan prektek-praktek dari bangsa lain.
Menurut (Shoemaker dan Deddy Rogers , 2005). Pengertian dari pembangunan adalah sebagai berikut:   
Perubahan sosial yang besar dari suatu keadaan nasional keadaan nasional lain yang dipandang lebih bernilai bersifat lebih spesifik dari waktu kewaktu, dari budaya kebudaya yang lain atau dari suatu negara kenegara lain. Hal ini berkaitan dengan waktu dan bertumpu pada lingkungan sosial budaya, karenanya konsep pembangunan nasional diinterpretasikan dari banyak segi.
Demikian pula proyek pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Sumuradem berada di wilayah Kabupaten Indramayu. Desa Sumur Adem lebih tepatnya sehingga ini disebut daerah Sumuradem. Tapi ada juga yang menyebutkan PLTU Indramayu oleh karena PLTU ini yang berlokasi di Indramayu. Kapasitas PLTU dalam memproduksi Listrik dibantu oleh 3 unit Trafo x 330 MW sehingga cukup sekali dalam alokasi listrik ke seluruh daerah Pantura dan sekitarnya. Namun diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi, terutama terhadap perluasan peluang kerja.  
Proyek pembangunan PLTU Sumur Adem merupakan proyek nasional bagian dari Fast Track Program 10.000 MW Tahap Satu (FTP-1).Peresmian beroperasinya PLTU 1 Jawa Barat Indramayu dilakukan oleh  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Rabu (12/10) di lokasi pembangkit. Turut hadir dalam peresmian itu Dirut PLN Dahlan Iskan dan Duta Besar China untuk Indonesia.
Pada saat yang sama, turut diserahkan bantuan Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang merupakan sinergi program CSR antara PLN dengan Bank Mandiri berupa renovasi gedung sekolah dasar dan bangunan Puskesmas  yang  ada  desa Sumur Adem. Selain itu, konsorsium kontraktor pelaksana juga turut menyerahkan bantuan CSR sebesar Rp. 50 Juta bagi lingkungan masyarakat disekitar pembangkitan.
PLTU 1 Jawa Barat mulai dikerjakan sejak tahun 2007 dengan kontraktor pelaksana dari konsorsium China National Mechinery Industry Corp (SINOMACH), China National Electric Equipment Corp (CNEEC) dan PT Penta Adi Samudera. Nilai kontrak untuk pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan jenis batubara Low Rank Coal  ini sebesar USD 696.734.419 dan Rp 1.497.545.476.343.  Pendanaannya berasal dari Consortium of China Construction Bank, Konsorsium bank lokal Indonesia dan APLN.
Nantinya, kebutuhan batubara untuk PLTU Indramayu diperkirakan mencapai 4,2 juta ton batubara per tahunnya. Kebutuhan batubara dipasok dari Kalimantan dan Sumatera yang disuplai oleh sejumlah perusahaan, diantaranya PT Arutmin Indonesia, PT Kaltim Prima Coal, PT Bukit Asam, PLN Batubara dan PT Kideco Jaya Agung.
Nantinya listrik yang dihasilkan oleh PLTU Indramayu ini akan disalurkan melalui jaringan 150 Kilo Volt (kV) ke Gardu Induk Sukamandi dan Kosambi untuk selanjutnya akan didistribusikan melalui jaringan interkoneksi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV.
Dengan demikian, pasokan listrik pada sistim kelistrikan Jawa Bali akan semakin tangguh, baik dari sisi kecukupan pasokan dayanya maupun kualitas keandalannya. Saat ini daya mampu rata-rata pembangkit pada sistim interkoneksi kelistrikan Jawa Bali mencapai 21.000-an MW dengan rata-rata beban puncak (peak load) harian berkisar 19.300 MW.
Proyek FTP Tahap 1 merupakan proyek kelistrikan yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 71 tahun 2006 tanggal 6 Juli Jo Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 2009.  Proyek kelistrikan Pemerintah-PLN ini tersebar di 37 lokasi di seluruh Indonesia, yakni 10 lokasi di Jawa-Bali dengan total kapasitas 7.490 MW, 12 lokasi di Indonesia Barat dengan total kapasitas 1.580 MW dan 15 lokasi di Indonesia Timur dengan total kapasitas 865 MW.
Selain bertujuan untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik di Indonesia yang tumbuh pesat sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, juga dimaksudkan untuk memperbaiki fuel mix melalui diversifikasi energy primer dari bahan bakar minyak (BBM) ke non-BBM dengan memanfaatkan batubara kalori rendah.
Proyek pembanguana PLTU Sumuradem diperkirakan menelan biaya triliunan rupaih, dengan mempekerjakan teanaga kerja ribuan karyawan. Waktu untuk menyelasaikan proyek tidak hanya 1 bulan atau 2 bulan saja, akan tetapi waktu untuk menyelesaikan proyek diperkirakan sampai lima tahun lamanya dan sampai sekarangpun proyek pembangunan belum selesai.
Proyek pembangunan PLTU merupakan suatu hal yang baru bagi masyarakat desa Sumur Adem, khususnya bagi masyarakat yang bermata pencaharian petani ataupun nelayan. Oleh karena itu masing-masing individu akan mempunyai persepsi yang berbeda. Pada awalnya ada yang biasa-biasa saja, tidak ada perasaan bangga atau kecewa karena dampaknya akan merugikan, hal ini karena belum begitu banyak atau bahkan tidak mengetahui sama sekali akan dampak atau pengaruh berdirinya pembangunan PLTU.
Pada hakikatnya setiap kali berlangsung proses pembanguna terjadi hubungan antara agen pembangunan (provider) dengan masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan sebagai penerima (recipients) hubungan antara dua pihak itu merupakan hubungan timbal balik (Joyo Martono, 1991; 54) Agen pembangunan dituntut untuk menyesuaikan program dan kebijakannya dengan kebutuhan masyarakat sasaran (target), sebaliknya masyarakat sasaran akan mau menerima program itu apabila hal tersebut sesuia dengan kebutuhannya.
Agar pembangunan dalam hal mendorong masyarakat sasaran mau menerima program pembangunan yang direncanakan, perlu menciptakan kondisi dasar yang sesuai. Kondisi dasar menurut Foster (1973: 149-150). Adalah (1) individu-individu yang terkena program pembangunan harus menyadari bahwa ia membutuhkan perubahan dan mampu mengubahnya. Dengan demikian kebutuhan itu harus relistis; (2) individu-individu yang bersangkutan harus memiliki informasi yang jelas tentang cara pemenuhan kebutuhan itu. Clyde M Woods 1975: 43) menambahkan bahwa disamping adanya kesadaran masyarakat sasaran terhadap perlunya ada perubahan (felt need) juga diperlukan adanya pengertian keuntungan yang diperoleh untuk menerimanya, dan adanya keikutsertaan pimpinan tradisional (informal) dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan (Joyomartono, 1991: 62) hanya saja keikutsertaan dalam pembangunan sebenarnya tidak terlepas pada tokoh-tokoh masyarakat, tetapi juga seluruh individu dalam masyarakat sasaran harus ikut berpartisipasi dalam pembangunan, utamanya melalui usaha peningkatan kesejahteraan ekonomi. Sehingga program-program pembangunan perlu memberikan perhatian agar peluang kerja produktif dapat tercipta. Dengan demikian angkatan kerja dapat terserap oleh pasar kerja baik yang belum terlatih ataupun yang sudah terlatih. Mengingat produktivitas angkatan kerja pedesaan sangat rendah yang tercermin pada kualitas dan rendahnya ketrampilan kerja yang dipicu dari langkahnya peluang kerja produktif.
Wong dan saigol (1984: 89) menyatakan, secara nasional, strategi pembangunan sebagai sektor unggul mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara, tetapi kurang mempunyai efek pada kesejahteraan masyarakat pedesaan. Artinya, tetesan kebawah tidak seperti yang diharapkan oleh para perencana pembangunan. Mereka mengira bahwa pembangunan yang dikembangkan cenderung menerapkan teknologi tinggi dan hemat tenaga kerja. Masyarakat pedesaan menmuai kesulitan bila ingin bekerja pada industri karena keterampilan mereka rendah. Strategi itu tidak hanya gagal dalam menyebarkan dan merembeskan efek untuk memecahkan masalah peluang kerja, Akan tetapi justru mengakibatkan   kesenjangan sosial ekonomi.
Terkait dengan hal tersebut diatas proyek pembanguna  melalui kebijakannya diharapkan bisa menciptakan kondisi yang memungkinkan lahirnya partisipasi aktif masyarakat sekitar proyek pembanguan. Sebagimana dikaitkan Harbirson 1981) bahwa pada tataran selanjutnya ditinjau dari aspek ekonomi pelaksanaan proyek pembangunan mampu meningkatkan nilai tambah (Joyo martono, 1991:57). Seperti adanya uang ganti rugi tanah yang diterima cukup besar jika dijadikan sebagai tambahan modal dalam pengembangan usahanya. Dengan demikian ada kecenderungan bahwa adanya tambahan modal, usahanya akan cepat berkembang karena akan menambah bentuk, jenis atau macam dari usaha yang telah ada. Apalagi adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan di proyek pembangunan baik dalam bidak transportasi ataupun usaha dalam bidang konsumsi, bidang transportasi merupakan peluang untuk memenuhi kebutuhan pekerja terutama pekerja yang datang dari luar kota.  Dengan demikian akan membuka peluang-peluang kerja sebagai usaha produksi ataupun jasa bagi masyarakat setempat meskipun tergolong kecil (informal), baik antar sektor maupun sektor itu sendiri. Sebagaimana dikatakan (Ranis, Stewart dan Reyes, 1989: 3) keterkaitan itu sekaligus mendorong dan merangsang pertumbuhan dan menciptakan peluang  kerja (Joyo Martono, 1991:32). Pada umumnya masyarakat disekitar kawasan pembangunan belum siap menghadapi dan memanfaatkan peluang-peluang yang muncul sebagai akibat aktivitas pembangunan. Hal ini semakin akan menimbulkan ketidaksimbangan antara ketersediaan sumber-sumber daya dengan tingkat pembangunan yang ada, baik terhadap modal, keahlian produktif, kepemilikan aset, serta ketidak seimbangan dalam kesempatan kerja.
Tidak hanya terpaku pada aspek ekonomi yang mempengaruhi kehidupan keluarga saja, namun secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi pada masyarakat secara luas sebagai reaksi atau akibat yang dapat mengubah perilaku masyarakat dalam menghadapi pekerjaan yang dilakukan, perilaku dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik yang bersifat sederhana maupun yang bersifat kompleks. Seperti: mengikuti gaya hidup, kenaikan harga, meningkatnya biaya hidup, meningkatnya kebutuhan  pokok, kecemburuan sosial dan lain-lain.
Dari kenyataan tersebut diatas mungkin orientasi PLTU tidak hanya pada aspek fisik sebagai tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan, namun diharapkan mampu mengubah pola hidup. Sehingga bila ada masalah kecil saja dengan karyawan atau program PLTU tidak mudah menjadi titik api yang cepat berkembang dan cepat menjadi besar. Misalnya masalah SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) ataupun uji coba mesin PLTU (suara merdeka/20 Desember 2005), yang menimbulkan keras sehingga banyak peternak ayamnya yang stress dan mati. Isu yang berkembang akan terjadi peningkatan panas/ suhu udara, asap dan sisa kebakaran batubara, serta limbah bahan kimia yang lain yang bermuara dilaut sehingga hasil penangkapan ikan menurun. Warga Sumur Adem demo tuntut akses kerja di PLTU Sumur Adem. (Suara Merdeka/17 maret 2006). Padahal dukungan dan peran serta masyarakat akan mendorong tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan. Melihat kompleksitas permasalahan yang ada, upaya yang harus dilakukan secara komperhensif untuk mengadakan pendekatan dalam mengkaji perilaku masyarakat yang menghambat pembangunan PLTU untuk mencapai keberhasilan, terutama yang akan memiliki dampak terhadap perluasan peluang kerja di dalam masyarakat sekitarnya.  
2.        Identifikasi Masalah
Dari deskripsi tersebut diatas, berbagai gejala yang muncul dimasyarakat desa sumuradem sebagai dampak proyek pembangunan PLTU sumuradem yang akan menjadi objek penelitian sebagai berikut: munculnya perubahan-perubahan masyarakat sekitar yang bersifat tradisional menuju masyarakat yang bersifat modern terhadap proyek pembangunan yang dapat menciptakan peluang kerja. Hadirnya proyek PLTU mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi terutama dalam meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini terlihat adanya masyarakat usia produktif cenderung mampu mengubah pola pikir dalam merencanakan masa depan yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidupnya. 

3.        Cakupan Masalah
Adapun ruang lingkup penelitian adalah dampak proyek pembangunan PLTU Sumuradem yang dapat menciptakan peluang kerja.

4.        Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang menarik untuk dikaji secara mendalam melalui penelitian, yakni:
a.    Bagaimana proses proyek pembangunan PLTU Sumuradem di Desa Sumuradem?
b.    Bagaimana kondisi perekonomian masyarakat sebelum adanya proyek pembangunan PLTU Sumuradem?
c.    Bagaimana dampak proyek pembangunan PLTU terhadap peluang kerja dari tahun  2010 sampai dengan tahun 2015 ?

5.        Tujuan Penelitian
a.    Mengetahui  proses proyek pembangunan PLTU Sumuradem di Desa Sumur Adem
b.    Mengetahui kondisi perekonomian masyarakat sebelum adanya proyek pembangunan PLTU Sumur Adem
c.    dampak proyek pembangunan PLTU terhadap peluang kerja dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.

6.        Manfaat Penelitian
Berdasarkan temuan dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
a.       Secara teoritik diharapkan dapat memberikan tambahan referensi keilmuan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial
b.      Memberi masukan dan rujukan kepada pemerintah daerah agar pelaksanaan program sejenis untuk selanjutnya lebih baik.
c.       Sebagai pijakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan dampak proyek pembangunan PLTU Sumur Adem terhadap peluang kerja.

7.        Kajian Pustaka

Dedi M. Masykur Riyadi (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembangunan Daerah Melalui Pengembangan Wilayah”, mengkaji mengenai Perencanaan pembangunan wilayah ditujukan untuk mengupayakan keserasian dan keseimbangan pembangunan antar daerah sesuai dengan potensi alamnya dan memanfaatkan potensi tersebut secara efisien, tertib dan aman. Untuk itu, berdasarkan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang telah disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 sebagai acuan perencanaan pembangunan nasional. RT/RW berfungsi sebagai pedoman untuk :
a.       Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah nasional
b.     Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor pembangunan
c.       Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dan atau masyarakat
d.      Penataan ruang wilayah propinsi dan kabupaten/kota.
Herry Darwanto (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah”, mengenai setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah. Namun di pihak lain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah.
Keinginan kuat dari pemerintah daerah untuk membuat strategi pengembangan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk bangun ekonomi daerah yang dicita-citakan. Dengan  pembangunan ekonomi daerah yang terencana, pembayar pajak dan penanam modal juga dapat tergerak untuk mengupayakan peningkatan ekonomi. Kebijakan pertanian yang mantap, misalnya,  akan membuat pengusaha dapat melihat ada peluang untuk peningkatan produksi pertanian dan perluasan ekspor. Dengan peningkatan efisiensi pola kerja pemerintahan dalam pembangunan, sebagai bagian dari perencanaan pembangunan, pengusaha dapat mengantisipasi bahwa pajak dan retribusi tidak naik, sehingga tersedia lebih banyak modal bagi pembangunan ekonomi daerah pada tahun depan.
Pembangunan ekonomi daerah perlu memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap isu-isu ekonomi daerah yang dihadapi, dan perlu mengkoreksi kebijakan yang keliru. Pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh. Dua prinsip dasar pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah (1) mengenali ekonomi wilayah dan (2) merumuskan manajemen pembangunan daerah yang pro-bisnis.
Di setiap wilayah berpenduduk selalu terjadi kegiatan pembangunan, namun ada beberapa wilayah yang pembangunannya berjalan di tempat atau bahkan berhenti sama sekali, dan wilayah ini kemudian menjadi wilayah kelas kedua dalam kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan penanam modal dan pelaku bisnis keluar dari wilayah tersebut karena wilayah itu dianggap sudah tidak layak lagi untuk dijadikan tempat berusaha. Akibatnya laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu menjadi semakin lambat.
Upaya pengembangan sektor agribisnis dapat menolong mengembangkan dan mempromosikan agroindustri di wilayah tertinggal. Program kerjasama dengan pemilik lahan atau pihak pengembang untuk mau meminjamkan lahan yang tidak dibangun atau lahan tidur untuk digunakan sebagai lahan pertanian perlu dikembangkan. Dari jumlah lahan pertanian yang tidak produktif ini dapat diciptakan pendapatan dan lapangan kerja bagi penganggur di perdesaan. Program kerjasama mengatasi keterbatasan modal, mengurangi resiko produksi, memungkinkan petani memakai bahan baku impor dan produk yang dihasilkan dapat mampu bersaing dengan barang impor yang sejenis serta mencarikan dan membuka pasaran yang baru.
Faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi dapat berasal dari dalam wilayah maupun dari luar wilayah. Globalisasi adalah faktor luar yang dapat menyebabkan merosotnya kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Sebagai contoh, karena kebijakan AFTA, maka di pasaran dapat terjadi kelebihan stok produk pertanian akibat impor dalam jumlah besar dari negara ASEAN yang bisa merusak sistem dan harga pasar lokal. Untuk tetap dapat bersaing, target pemasaran yang baru harus segera ditentukan untuk menyalurkan kelebihan hasil produksi pertanian dari petani lokal. Salah satu strategi yang harus dipelajari adalah bagaimana caranya agar petani setempat dapat mengikuti dan melaksanakan proses produksi sampai ke tingkat penyaluran. Namun daripada bersaing dengan produk impor yang masuk dengan harga murah, akan lebih baik jika petani setempat mengolah komoditi yang spesifik wilayah tersebut dan menjadikannya produk yang bernilai jual tinggi untuk kemudian disebarluaskan di pasaran setempat maupun untuk diekspor.
Apa yang telah terjadi di Pulau Jawa kiranya perlu dihindari oleh daerah-daerah lain. Pengalihan fungsi sawah menjadi fungsi lain telah terjadi tanpa sulit dicegah. Hal ini mengurangi pemasukan ekonomi dari sektor pertanian di wilayah tersebut, disamping itu juga menghilangkan kesempatan untuk menjadikan wilayah yang mandiri dalam pengadaan pangan, termasuk mengurangi kemungkinan berkembangnya wisata ekologi yang memerlukan lahan alami.
Dari ketiga penelitian diatas, memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang hendak dilakukan dalam tesis ini. Persamaannya, antara lain 1) ..... sedangkan perbedaanya pada objek penelitian . ....

8.        Kerangka Teoretis
Perubahan-perubahan masyarakat sekitar yang bersifat tradisional menuju masyarakat yang bersifat modern terhadap proyek pembangunan yang dapat menciptakan peluang kerja. Hadirnya proyek PLTU mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi terutama dalam meningkatkan kesejahteraannya.

9.        Kerangka Berfikir

PELKASANAAN PROYEK PEMBANGUNAN PLTU
 
 







SOSIAL
 
                                                                                           
                                                     



10.    Metode Penelitian Kualitatif

1)      Latar Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sumuradem Kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu, karena daerah ini merupakan objek sekaligus sebagai subjek dan memiliki kebiasaan kehidupan seperti daerah pedesaan umumnya. Dilihat dari lokasinya sebagai daerah pinggiran, transportasi menuju daerah tersebut mula-mula sulit. Akan tetapi dengan dibangunnya proyek PLTU tiba-tiba dapat dikatakan sebagai daerah peralian. Banyak perubahan perilaku kehidupan yang bersifat tradisional menuju modern.
2)      Fokus Penelitian
Dalam melakukan penelitian di Desa Sumuradem Kecamatan Sukra kabupaten Indramayu ini, peneliti memfokuskan pada penelitian yang mengenai dampak proyek pembangunan PLTU Sumur Adem terhadap peluang kerja. Yang didalamnya akan mengungkapkan implementasi kebijakan proyek pembangunan PLTU Sumur Adem untuk merangsang partisipasi masyarakat dalam pembangunan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidupnya.  Kemudian bermaksud untuk mengungkap dampak proyek pembanguna terhadap perubahan sistem perekonomian masyarakat sebelum hadirnya proyek PLTU dan dampak kehadiran proyek pembanguna PLTU terhadap peluang kerja dari tahun 2007 sampai dengan 2015.
3)      Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan adalah: data primer dan data sekunder.
a.    Data Primer
Data Primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumbernya dengan pihak-pihak yang berkepentingan melalui teknik observasi dan wawancara. Dalam hal ini adalah responden atau informan dari unsur PLTU dan tokoh masyarakat antara lain kepala desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), ketua organisasi masa dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
b.    Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi pustaka dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

4)      Instrumen Dan Tehnik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, peneliti merupakan instrumen yang utama. Hal ini disebabkan pentingnya peneliti dan penyesuaian diri dalam upaya menyelami dan memahami kenyataan-kenyataan dilapangan. Untuk dapat memperoleh data yang akurat, relevan, dan reliable, maka teknik pengumpulan data menggunakan: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
 Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat secara sistematis langsung ke lokasi. Dalam penelitian ini menggunakan observasi non parsipatorik dan observasi parsipatorik. Untuk mengawali proses observasi, menggunakan non parsipatorik, dimaksudkan agar tidak mengundang curiga dari responden dengan melakukan pengenalan untuk menumbuhkan rasa kepercayaan. Setelah terbina hubungan baik, menggunakan teknik parsipatorik. Penulis secara langsung melibatkan diri dalam objek penelitian.
Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara atau tanya jawab antara peneliti dan responden/ mereka yang terlibat dalam penelitian. Mula-mula penelitian ini menggunakan wawancara tak terstruktur dimaksudkan agar terbina hibungan baik antara peneliti dengan responden. Setelah terbina hubungan baik baru wawancara terstruktur dengan tujuan untuk memperoleh data/ informasi yang jelas, akurat dan lebih spesifik sesuai dengan fokus penelitian.
Teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang mendasarkan atas dokumen, dan atau catatan khusus yang ada hubungannya dengan penelitian. Untuk menghimpun penelitian ini menggunakan dokumen-dokumen resmi baik dari PLTU, atau ditingkat desa.

5)      Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan faktor sangat penting. Menurut Lincoln dan Guba (1985: 293-328) ada empat kriteria, yakni: derajat kepercayaan (credibility), keterjalinan (transfebility), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability), (dalam Moleong, 2002: 93). Pada pengecekan keabsahan data digunakan kredibilitas. Hal ini dilakukan untuk membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dengan kenyataan di lapangan.
Sebagaimana yang dinyatakan Moleong (1995:175) untuk memperoleh kredibilitas data dapat melalui teknik-teknik: perpanjang keikutsertaan, trianggulasi dan pengecekan dengan teman sejawat, dan kecukupan referensi.

a)   Perpanjang Keikutsertaan
Perpanjang keikutsertaan artinya keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tidak hanya dilakukan dalam meneliti singkat tetapi peneliti akan tinggal lebih lama sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kepercayaan data yang dikumpulkan.


b)   Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber di luar data sebagai bahan perbandingan. Menurut moleong (1995:178) ada empat macam trianggulasi sebagai teknik trianggulasi, yaitu: trianggulasi sumber, trianggulasi metode, trianggulasi peneliti dan trianggulasi teori. Pada penelitian ini digunakan dua macam trianggulasi, yaitu trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.

c)    Pengecekan Teman Sejawat
Pengecekan pemeriksaan teman sejawat untuk memberi masukan, kritik dan saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran peneliti.

d)   Kecukupan Referensi
Cakupan referensi dimaksudkan untuk penguatan keabsahan data dan kesesuaian data sebagai bahan referensi. Meliputi: bahan dokumnetasi dalam catatan lapangan yang tersimpan dalam buku jurnal yang dibuat oleh peneliti, foto-foto, data-data dari desa ataupun dari proyek PLTU.   

6)      Teknik Analisis dan Interpretasi
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sifat penelitian diskriptif kualitatif, yaitu penulisan yang akan menggambarkan secara umum fakta-fakta yang dititik beratkan pada suatu yang sedang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan proyek pembangunan PLTU Sumuradem untuk memperoleh gambaran mengenai dampak perubahan ekonomi, sosial, dan budaya mesyarakat di Desa Sumuradem Kecamatan sukra Kabupaten indramayu.


BUKTI KEBENARAN AL-QURAN : TEORI BIG BANG


TEORI BIG BANG TERCANTUM DALAM AL-QURAN Allah berfirman : Artinya : "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS Al-Anbiya' : 30).
Kemudian kita pahami teori Big Bang (Dentuman Besar ) “ Seluruh materi dan energi dalam alam semesta pernah bersatu membentuk sebuah bola raksasa. Kemudian bola raksasa ini meledak sehingga seluruh materi mengembang karena pengaruh energi ledakan yang sangat besar.” Kata "ratq" yang di Surat Al-Anbiya 30 diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq".
Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini. Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini.
Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk. Perhatikan juga kalimat : "Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup" Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an. Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini baru terjadi di abad ke-20. Sedangkan Al-Quran diwahyukan 1400 tahun yang lalu.
 PERHATIKAN JUGA FIRMAN ALLAH : “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47) Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini. Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat.
Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. Teori Big Bang didukung oleh beberapa penemuan mutakhir.
Pertama, penemuan Edwin Powell Hubble, astronom kebangsaan Amerika Serikat di observatorium California Mount Wilson thn 1924. ketika Hubble mengamati bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop raksasanya, ia mendapati spectrum cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut. Menurut teori fisika yang sudah diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi tempat observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan tersebut memberi kesimpualan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan kecepatan sampai beberapa ribu kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam sedang berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.
Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einstin yang menyimpulkan bahwa alam semesta dinamis, tidak statis artinya alam semesta terus berkembang. Meskipun pada mulanya terimbas gagasan bahwa alam itu statis, lalu mengembangkan formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis, namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam itu dinamis.
Ketiga, pada tahun 1948, George Gamov berpendapat bahwa setelah ledakan dahsyat ini akan ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah di alam semesta, radiasi tersebut dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965 keduanya mendapat hadiah nobel dari penemuan tersebut Penemuan ini semakin menguatkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan dahsyat.
Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta yang sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan sisa dari ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka hydrogen di alam semesta telah habis berubah menjadi helium. Gagasan teori Big Bang itu didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi yang saling menjauh itu, kurang lebih seragam di seluruh jagad raya.
Ahli Fisika George Gamow menganalogikan tentang efek perluasan tersebut sepeti sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup sebuah balon yang diberi bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat saling menjauh. Kini, peristiwa Big Bang yang ditengarai menandai dimulainya penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar “teori”, tetapi sudah menjadi “keyakinan ilmiah” para ilmuan.

Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang lalu.!!

DIBALIK NAMA KEREN DANI


Guru  : Siapa namamu Nak?
Murid : ibu guru boleh panggil nama saya ANGEL (malaikat), kalau mama di rumah panggil saya dengan panggilan DIKA, papa panggil saya dengan panggilan sayangnya DANI, dan adik panggil saya KANDA
Guru  : wah, . . . banyak sekali panggilannya nama mu, bagus-bagus lagi. Pasti nama mu panjang dan ganteng. Pandai sekali orang tua mu buat nama untuk mu
Murid : (tersenyum)
Guru  : lalu nama lengkap mu siapa Nak?
Murid : “ANGEL DIKANDANI”, Bu . . . . !!!
Guru  : ??????? . . . semaput.



“Selamat hari guru”