
SINTAKS TEORI VYGOTSKY
DALAM PEMBELAJARAN
TUGAS
Mata Kuliah Perencanaan dan Inovasi Pendidikan IPS
Dosen Pengampu Dr. Purwadi Suhandini, SU.
Disusun Oleh
1. ABDUL HARIS B.R 0301515013
2. YEKTI SUMIHUDININGSIH 0301515014
3. SIHA ABDUROHIM 0301515015
4. KARYONO BUDI LEKSONO 0301515016
5. BUDI DARSONO 0301515025
Pend. IPS. S2 - Kelas Khusus
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2015
PRAKATA
Puji syukur
kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya, tugas
Mata Kuliah Perencanaan dan Inovasi Pendidikan IPS dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Kami
mengucapkan terimakasih atas segala dukungan dari bapak/ibu dosen dan teman-teman mahasiswa IPS S2 PPS UNNES. Semoga
amal baik dari teman-teman dan bapak/ibu dosen IPS S2 PPs UNNES mendapatkan
balasan dari Allah SWT.
Semarang, 10 Oktober 2015
Penulis
SINTAKS TEORI VYGOTSKY DALAM PEMBELAJARAN
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development /ZPD) dan Scaffolding. Zona Perkembangan Proksimal
merupakan celah antara aktual development dan potensial development, dimana
antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa
dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau
kerjasama dengan teman sebaya.
Scaffolding
merupakan bantuan, dukungan (support)
kepada siswa dari orang yang lebih dewasa atau lebih kompeten khususnya guru
yang memungkinkan penggunaan fungsi kognitif yang lebih tinggi dan memungkinkan
berkembangnya kemampuan belajar sehingga terdapat tingkat penguasaan materi
yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan adanya penyelesaian soal-soal yang
lebih rumit (Cahyono, 2010:1) .
Menurut pandangan
konstruktivisme sosial, pengetahuan itu diperoleh secara individu yaitu
dengan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya dari proses interaksi dengan obyek yang dihadapinya serta
pengalaman sosial. Komunikasi merupakan kunci pokok untuk mengajar dengan
pendekatan sosiokultural dan untuk memahami peserta didik.
Secara umum, Gasong dalam
Dzaki (2009) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran scaffolding dapat dilihat dibawah ini :
1.
Menjelaskan materi
pembelajaran.
2.
Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau
level perkembangan siswa berdasarkan tingkat kognitifnya dengan melihat nilai
hasil belajar sebelumnya.
3.
Mengelompokkan
siswa menurut ZPD-nya.
4.
Memberikan tugas
belajar berupa soal-soal berjenjang yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
5.
Mendorong siswa
untuk bekerja dan belajar menyelesaikan soal-soal secara mandiri dengan
berkelompok.
6.
Memberikan bantuan
berupa bimbingan, motivasi, pemberian contoh, kata kunci atau hal lain yang
dapat memancing siswa ke arah kemandirian belajar.
7.
Mengarahkan siswa
yang memiliki ZPD yang tinggi untuk
membantu siswa yang memilki ZPD yang
rendah.
8.
Menyimpulkan
pelajaran dan memberikan tugas-tugas.
A. Sintaks Zone of
Proximal Development (ZPD) dalam Pembelajaran
Dalam upaya mengkreasi ZPD dari
peserta didiknya, guru membuat struktur pelajarannya dalam beberapa fase yang
digunakan untuk berkomunikasi dalam pekerjaannya untuk mencapai ZPD. Komunikasi membantu guru memberikan
tugas pada peserta didik yang dikerjakan sekarang dan mempersiapkan pelajaran
yang akan datang, langkah-langkahnya:
1.
Fase 1. Guru
menanyakan pertanyaan biasa yang berkaitan
dengan permasalahan kontekstual
untuk membangun pemahaman dan bertukar
pemahaman dari permasalahan yang dipelajari. Permasalahan dimungkinkkan
mempunyai banyak strategi pemecahan.
2.
Fase 2.
Peserta didik mendesain
prosedur/ langkah untuk
menjawab pertanyaan/
menyelesaikan permasalahan. Prosedur melibatkan menggambar, beraksi, menulis
dan menggunakan alat. Prosedur tersebut digunakan untuk berpikir tentang pusat
pemahaman konsep.
3.
Fase 3. Guru
membantu peserta didik
untuk memunculkan komunikasi
dari pemikirannya. Guru menanyakan pertanyaan yang lebih fokus untuk
mendapatkan klarifikasi dari
pemikiran peserta didik
dan prosedur penyelesaian
masalah.
4.
Fase 4. Peserta
didik menginterpretasikan hasil
penyelesaian masalah yang diperolehnya dengan hasil yang
diperoleh peserta didik lainnya. Setelah diberi waktu bebas untuk berpikir dan
bekerja, peserta didik berdiskusi dengan peserta didik lainnya dengan
membandingkan konjektur dan strategi mereka masing-masing.
5.
Fase 5.
Peserta didik melakukan
negosiasi tentang cara
menyelesaikan masalah dengan
bimbingan guru dan saling memberikan pemahaman.
6.
Fase 6. Peserta didik menggeneralisasikan kata
(konsep). Di akhir pelajaran, peserta didik mendemonstrasikan generalisasi kata
yang berbeda antara peserta didik satu dengan lainnya dan saling bertukar
pikiran dalam interaksi tersebut (Cahyono, 2010:6).
Dengan menggunakan fase-fase tersebut, guru masuk dalam ZPD peserta didik dan memberikan
bahasa matematika untuk
membantu pemahaman konsep
mereka dalam diskusi dengan bahasa mereka. Dengan bimbingan guru,
peserta didik dapat menjelaskan dan bertukar pemahaman matematika dalam
kehidupan sosialnya sehingga pemahaman konsep dapat dicapai oleh mereka.
B. Sintaks Teori Vygotsky dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah
Agar implementasi pembelajaran dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka
teori pembelajaran Vygotsky yakni ZPD dan scaffolding perlu dijadikan sebagai
landasan utama. Hal yang tak kalah penting, di dalam perencanaan guru perlu
menyiapkan bahan ajar yang tepat dan relevan. Bahan ajar yang digunakan harus
dirancang oleh guru ke dalam bentuk soal pemecahan masalah yang memungkinkan
disajikan di awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hoffman
dan Ritchie (1997), (Lie, 2010) dalam bahwa Scaffolding selalu digunakan
untuk mendukung pembelajaran berbasis masalah (PBL).
Setelah guru menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan matang, selanjutnya
guru mulai mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran
2) Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada
siswa
3) Mengajukan suatu konteks permasalahan
b. Kegiatan Inti
1) Setelah siswa memahami konteks permasalahan, kemudian
siswa diberi lembar kegiatan
2) Pada 15 menit pertama siswa diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan jawaban secara individual. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
menelaah permasalahan yang diajukan
3) Kemudian ±25 menit selanjutnya siswa diminta untuk
menyelesaikan jawaban secara berkelompok heterogen (2-4 orang). Hal ini dimaksudkan
agar anak dapat berinteraksi dan saling bertukar pemikiran. Secara tidak
langsung dalam kegiatan ini intervensi dapat terjadi antara siswa dengan siswa
lain di dalam satu kelompok. Disamping itu, guru juga dapat melakukan teknik scaffolding dengan tepat selama proses
kegiatan.
4) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan
mereka
c. Kegiatan Akhir
1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
2) Guru menutup pembelajaran
d. Penilaian
Penilaian prestasi aspek kognitif dilakukan melalui pemberian
pre tes dan pos tes yang harus dikerjakan oleh siswa pada awal tindakan dan
akhir pelaksanaan tindakan. Penilaian prestasi belajar aspek afektif pada
pembelajaran ini dapat dilihat dari kegiatan siswa ketika bekerja sama di dalam
kelompok, keaktifan di dalam kelpmpok serta keberanian bertanya dan menjawab
(Cahyono, 2010).
Sedangkan untuk penilaian prestasi belajar aspek
psikomotorik pada pembelajaran ini dapat dilihat dari kemampuan siswa
memasukkan rumus atau konsep matematika ke dalam penyelesaian masalah serta
kemampuanya di dalam mengaplikasikan pengetahuan ke dalam kegiatan sehari-hari.
Pada dasarnya penilaian ditujukan untuk melihat sampai dimana tingkat
keberhasilan teknik scaffolding dalam
meningkatkan perkembangan siswa dari perkembangan aktualnya ke perkembangan
potensialnya. Sehingga ia mampu berpikir tingkat tinggi.
C. Sintaks Teori Vygotsky dalam Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan urutan
langkah-langkah pembelajaran scaffolding,
dapat disimpulkan bahwa scaffolding
merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran kooperatif. Implikasi dari teori
Vygostky dalam pendidikan yaitu : 1) Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa,
sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah afektif
dalam zona of
proximal development. 2)
Dalam pengajaran ditekankan scaffolding
sehingga siswa semakin
lama semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajarannya sendiri. Pembelajaran
kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar (Nurhadi, 2004:112). Sedangkan menurut Slavin
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif
terdapat 6 langkah
pembelajaran yaitu terdapat dalam tabel berikut
ini:
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
KOOPERATIF VYGOSTKY
Langkah
|
Indikator
|
Tingkah Laku Guru
|
1
|
Menyampaikan
Tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
|
2
|
Menyampaikan
informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
|
3
|
Mengorganisasikan
Siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar
|
Guru menginformasikan pengelompokan
siswa.
|
4
|
Membimbing
kelompok belajar
|
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja
siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
|
5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
|
6
|
Memberikan
penghargaan
|
Guru memberi penghargaan hasil belajar
kelompok
|
Sumber : Slavin
dalam Isjoni (2009:12)
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Adi Nur. 2010. Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk
mencapai Zone of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran
Matematika. Makalah. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
Yogyakarta. Pada tanggal 27 November 2010.
Dewi, Agustin Vera. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky.
http://beaminstitute.net/kampus/penerapan-teori-pembelajaran-vygotsky/pdf.
Diunduh tanggal 6 Oktober 2015.
Dzaki, Muhammad Faiq. 2009. Teori
Vygotsky. http:// penelitiantindakankelas. blogspot.com/2009/03/teori-vygotsky.pdf.
Diunduh tanggal 6 Oktober 2015.
Guwarsih, Yanies Nury.2009.
Efektivitas Metode Team Teaching Dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Pada Materi Pokok Statistika Di Kelas Xi SMA GIKI 2 Surabaya. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Hafni, Nur Fadilah. 2014. Penerapan Teori Belajar Vygotsky (Kognitif)
Dalam /2014/09/
penerapan-teori-belajar-vygotsky.pdf. Diunduh tanggal 6 Oktober 2015.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
NN. Pembelajaran Kooperatif
Matematika. http://www.docstoc.com/docs/ 4779267/pembelajaran-kooperatif-matematika.pdf.
Diunduh tanggal 6 Oktober 2015.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004
Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar