Rabu, 25 November 2015

SINTAKS TEORI VYGOTSKY DALAM PEMBELAJARAN

http://unnes.ac.id/wp-content/uploads/Warna.jpg




SINTAKS TEORI VYGOTSKY
DALAM PEMBELAJARAN





TUGAS
Mata Kuliah Perencanaan dan Inovasi Pendidikan IPS
Dosen Pengampu Dr. Purwadi Suhandini, SU.




Disusun Oleh
1.   ABDUL HARIS B.R                    0301515013
2.   YEKTI SUMIHUDININGSIH   0301515014
3.   SIHA ABDUROHIM                   0301515015
4.   KARYONO BUDI LEKSONO  0301515016
5.   BUDI DARSONO                       0301515025



Pend. IPS. S2 - Kelas Khusus

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2015

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya,  tugas  Mata Kuliah Perencanaan dan Inovasi Pendidikan IPS dapat  diselesaikan dengan baik dan lancar.
Kami mengucapkan terimakasih atas segala dukungan dari bapak/ibu dosen dan  teman-teman mahasiswa IPS S2 PPS UNNES. Semoga amal baik dari teman-teman dan bapak/ibu dosen IPS S2 PPs UNNES mendapatkan balasan dari Allah SWT.


                                                                              Semarang, 10  Oktober  2015




                                                                                          Penulis


SINTAKS TEORI VYGOTSKY DALAM PEMBELAJARAN
           
           
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu  Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development /ZPD) dan Scaffolding. Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara aktual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Scaffolding merupakan bantuan, dukungan (support) kepada siswa dari orang yang lebih dewasa atau lebih kompeten khususnya guru yang memungkinkan penggunaan fungsi kognitif yang lebih tinggi dan memungkinkan berkembangnya kemampuan belajar sehingga terdapat tingkat penguasaan materi yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan adanya penyelesaian soal-soal yang lebih rumit (Cahyono, 2010:1) .
            Menurut pandangan konstruktivisme sosial, pengetahuan itu diperoleh secara individu yaitu dengan  mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dari proses interaksi dengan obyek yang dihadapinya serta pengalaman sosial. Komunikasi merupakan kunci pokok untuk mengajar dengan pendekatan sosiokultural dan untuk memahami peserta didik.
            Secara umum, Gasong dalam Dzaki (2009) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran scaffolding dapat dilihat dibawah ini :
1.    Menjelaskan materi pembelajaran.
2.    Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau level perkembangan siswa berdasarkan tingkat kognitifnya dengan melihat nilai hasil belajar sebelumnya.
3.    Mengelompokkan siswa menurut ZPD-nya.
4.    Memberikan tugas belajar berupa soal-soal berjenjang yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
5.    Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar menyelesaikan soal-soal secara mandiri dengan berkelompok.
6.    Memberikan bantuan berupa bimbingan, motivasi, pemberian contoh, kata kunci atau hal lain yang dapat memancing siswa ke arah kemandirian belajar.
7.    Mengarahkan siswa yang memiliki ZPD yang tinggi untuk membantu siswa yang memilki ZPD yang rendah.
8.    Menyimpulkan pelajaran dan memberikan tugas-tugas.

A.  Sintaks Zone of Proximal Development (ZPD) dalam Pembelajaran
Dalam upaya mengkreasi ZPD dari peserta didiknya, guru membuat struktur pelajarannya dalam beberapa fase yang digunakan untuk berkomunikasi dalam pekerjaannya untuk mencapai ZPD. Komunikasi membantu guru memberikan tugas pada peserta didik yang dikerjakan sekarang dan mempersiapkan pelajaran yang akan datang, langkah-langkahnya:
1.    Fase 1. Guru menanyakan pertanyaan  biasa yang  berkaitan  dengan  permasalahan kontekstual untuk   membangun pemahaman dan bertukar pemahaman dari permasalahan yang dipelajari. Permasalahan dimungkinkkan mempunyai banyak strategi pemecahan.
2.    Fase 2. Peserta  didik  mendesain  prosedur/  langkah  untuk  menjawab  pertanyaan/ menyelesaikan permasalahan. Prosedur melibatkan menggambar, beraksi, menulis dan menggunakan alat. Prosedur tersebut digunakan untuk berpikir tentang pusat pemahaman konsep.
3.    Fase 3.  Guru   membantu   peserta   didik   untuk   memunculkan   komunikasi   dari pemikirannya. Guru menanyakan pertanyaan yang lebih fokus untuk mendapatkan   klarifikasi   dari   pemikiran   peserta   didik   dan   prosedur penyelesaian masalah.
4.    Fase 4.  Peserta    didik    menginterpretasikan    hasil    penyelesaian    masalah    yang diperolehnya dengan hasil yang diperoleh peserta didik lainnya. Setelah diberi waktu bebas untuk berpikir dan bekerja, peserta didik berdiskusi dengan peserta didik lainnya dengan membandingkan konjektur dan strategi mereka masing-masing.
5.    Fase 5. Peserta  didik  melakukan  negosiasi  tentang  cara  menyelesaikan  masalah dengan bimbingan guru dan saling memberikan pemahaman.
6.    Fase 6.  Peserta didik menggeneralisasikan kata (konsep). Di akhir pelajaran, peserta didik mendemonstrasikan generalisasi kata yang berbeda antara peserta didik satu dengan lainnya dan saling bertukar pikiran dalam interaksi tersebut (Cahyono, 2010:6).
Dengan menggunakan fase-fase tersebut, guru masuk dalam ZPD peserta didik dan  memberikan  bahasa  matematika  untuk  membantu  pemahaman  konsep  mereka dalam diskusi dengan bahasa mereka. Dengan bimbingan guru, peserta didik dapat menjelaskan dan bertukar pemahaman matematika dalam kehidupan sosialnya sehingga pemahaman konsep dapat dicapai oleh mereka.

B.  Sintaks Teori Vygotsky dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Agar implementasi pembelajaran dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka teori pembelajaran Vygotsky yakni ZPD dan scaffolding perlu dijadikan sebagai landasan utama. Hal yang tak kalah penting, di dalam perencanaan guru perlu menyiapkan bahan ajar yang tepat dan relevan. Bahan ajar yang digunakan harus dirancang oleh guru ke dalam bentuk soal pemecahan masalah yang memungkinkan disajikan di awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hoffman dan Ritchie (1997), (Lie, 2010) dalam bahwa Scaffolding selalu digunakan untuk mendukung pembelajaran berbasis masalah (PBL).
Setelah guru menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan matang, selanjutnya guru mulai mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a.    Kegiatan Awal
1)   Guru mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran
2)   Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada siswa
3)   Mengajukan suatu konteks permasalahan
b.    Kegiatan Inti
1)   Setelah siswa memahami konteks permasalahan, kemudian siswa diberi lembar kegiatan
2)   Pada 15 menit pertama siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan jawaban secara individual. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah permasalahan yang diajukan
3)   Kemudian ±25 menit selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan jawaban secara berkelompok heterogen (2-4 orang). Hal ini dimaksudkan agar anak dapat berinteraksi dan saling bertukar pemikiran. Secara tidak langsung dalam kegiatan ini intervensi dapat terjadi antara siswa dengan siswa lain di dalam satu kelompok. Disamping itu, guru juga dapat melakukan teknik scaffolding dengan tepat selama proses kegiatan.
4)   Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka
c.    Kegiatan Akhir
1)   Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
2)   Guru menutup pembelajaran
d.   Penilaian
Penilaian prestasi aspek kognitif dilakukan melalui pemberian pre tes dan pos tes yang harus dikerjakan oleh siswa pada awal tindakan dan akhir pelaksanaan tindakan. Penilaian prestasi belajar aspek afektif pada pembelajaran ini dapat dilihat dari kegiatan siswa ketika bekerja sama di dalam kelompok, keaktifan di dalam kelpmpok serta keberanian bertanya dan menjawab (Cahyono, 2010).
Sedangkan untuk penilaian prestasi belajar aspek psikomotorik pada pembelajaran ini dapat dilihat dari kemampuan siswa memasukkan rumus atau konsep matematika ke dalam penyelesaian masalah serta kemampuanya di dalam mengaplikasikan pengetahuan ke dalam kegiatan sehari-hari. Pada dasarnya penilaian ditujukan untuk melihat sampai dimana tingkat keberhasilan teknik scaffolding dalam meningkatkan perkembangan siswa dari perkembangan aktualnya ke perkembangan potensialnya. Sehingga ia mampu berpikir tingkat tinggi.

C.  Sintaks Teori Vygotsky dalam Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan urutan langkah-langkah pembelajaran scaffolding,  dapat disimpulkan bahwa scaffolding merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran kooperatif. Implikasi dari teori Vygostky dalam pendidikan yaitu : 1) Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan  masalah  afektif  dalam zona  of  proximal  development.  2)  Dalam pengajaran  ditekankan  scaffolding  sehingga  siswa  semakin  lama  semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri.  Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Nurhadi, 2004:112). Sedangkan menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Dalam pembelajaran  kooperatif  terdapat  6  langkah  pembelajaran  yaitu terdapat dalam tabel berikut ini:

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
KOOPERATIF VYGOSTKY

Langkah
Indikator
Tingkah Laku Guru

1
Menyampaikan
Tujuan pembelajaran    dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan  kompetensi  dasar  yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

2
Menyampaikan
informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa.


3
Mengorganisasikan
Siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar
Guru menginformasikan   pengelompokan
siswa.

4
Membimbing
kelompok belajar
Guru  memotivasi  serta  memfasilitasi  kerja
siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

5
Evaluasi
Guru   mengevaluasi   hasil   belajar   tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

6
Memberikan
penghargaan
Guru   memberi   penghargaan   hasil   belajar
kelompok

Sumber : Slavin dalam  Isjoni (2009:12)

   
DAFTAR PUSTAKA


Cahyono, Adi Nur. 2010. Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika. Makalah. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Yogyakarta. Pada tanggal 27 November 2010.
Dewi, Agustin Vera. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky. http://beaminstitute.net/kampus/penerapan-teori-pembelajaran-vygotsky/pdf. Diunduh tanggal 6 Oktober 2015.
Dzaki, Muhammad Faiq. 2009. Teori Vygotsky. http:// penelitiantindakankelas. blogspot.com/2009/03/teori-vygotsky.pdf. Diunduh tanggal 6 Oktober 2015.
Guwarsih, Yanies Nury.2009.  Efektivitas Metode Team Teaching Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Materi Pokok Statistika Di Kelas Xi SMA GIKI 2 Surabaya. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Hafni, Nur Fadilah. 2014. Penerapan Teori Belajar Vygotsky (Kognitif) Dalam  /2014/09/ penerapan-teori-belajar-vygotsky.pdf. Diunduh tanggal 6 Oktober 2015.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
NN. Pembelajaran Kooperatif Matematika. http://www.docstoc.com/docs/ 4779267/pembelajaran-kooperatif-matematika.pdf. Diunduh tanggal 6 Oktober 2015.  
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar