28 Oktober
2008
Pendahuluan
Kita sebagai generasi muda Indonesia hanya mendengar dan
mempelajari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 di buku sejarah. Di sekolah dasar
hingga menengah, Sumpah Pemuda yang dipelajari tidak lebih dari sekedar
menghafal isinya. Saya tidak mendapat pesan yang ingin disampaikan oleh sejarah
peristiwa Sumpah Pemuda. Jika kita bersekolah hanya untuk lulus dari Ujian
Nasional, maka bisa dikatakan kita tidak dapat belajar dan memaknai peristiwa
dalam sejarah.
Dari penulusuran bacaan di internet dan media massa,
secara bertahap setelah masuk ke jenjang kuliah, dengan mencari informasi
sendiri, saya baru mendapat sedikit pengertian tentang semangat yang dibawakan
oleh para Pemuda kita diera kolonialisme Belanda. Dari sini, saya ingin
menyampaikan kepada pihak penyelengara pendidikan maupun pemerintah agar lebih
memberikan edukasi para ruh-pemuda-pemudi era dahulu dalam menpersatukan
kepulauan di nusantara ini. Sudah seharusnya keberhasilan pendidikan tidak
dinilai dari hasil akhir ujian (UN), namun merupakan suatu proses mendidik
secara menyeluruh. Disinilah peran guru sejarah dapat memberikan edukasi
semangat nasionalisme, kebangsaan kepada muridnya. Begitu juga, seorang guru
matematika dapat mengajarkan keahliannya siswa menggunakan persamaan
matematika, bukan menghafal rumus. Hal yang sama dengan fisika, geografi,
pancasila dan lainnya.
Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928
Sumpah Pemuda merupakan manifestasi dari semangat dan
tekad generasi muda untuk bersatu memperjuangkan negara bebas dari
kolonialisme, berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk membebaskan
penderitaan rakyat akibat penjajahan. Rumusan Sumpah Pemuda merupakan hasil
rapat atau Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berisi:
PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe
Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe
Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng
Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.
Kongres Pemuda merupakan Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia seperti BEM seluruh Indonesia (saat ini). Kongres Pemuda II ini
dihadiri oleh berbagai kalangan pemuda dari berbagai pulau di nusantara yaitu: Jong
Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak,
dll. Termasuk juga pemuda Tionghoa Kwee Thiam Hong sebagai wakil dari
Jong Sumatranen Bond. Hadir juga tokoh-tokoh nasional yang memberikan materi
dan semangat diantaranya: Prof.M.Yamin, Poernomowoelan, Sarmidi Mangoensarkoro,
Soenario dan Ramelan. Dan pada Kongres Pemuda II inilah, lagu kebangsaan
“Indonesia Raya” (nantinya) dikumandangan di depan para pemuda se-nusantara
oleh WRSupratman.
Makna Sumpah
Pemuda Bagi Kita
Bertumpah Darah
yang Satu, Tanah Indonesia
Secara persfektif pribadi, makna kalimat ini sangatlah
tinggi. Ini merupakan sumpah yang menyatukan diri mereka dengan tanah pertiwi,
Indonesia. Begitu banyak tokoh pemuda yang berjuang dibawah bayangan tekanan,
ancaman, maupun perayuan dari kolonialisme Belanda. Namun, mereka tetap
mempersembahkan jiwa raga mereka demi terwujudnya satu tanah air, tanah
Indonesia. Begitu juga, Bung Karno rela masuk dalam jeruji besi demi pergerakan
kemerdekaannya daripada menerima tawaran puluhan ribu gulden jika Bung Karno
bersedia bekerja diproyek pemerintah Belanda.
Begitu juga perjuangan heroik, rakyat Surabaya pada
tanggal 10 November berjuang hingga tetesan darah terakhir demi menjaga
sejengkal tanah dari imperialisme. Mereka yang mengorbankan harta, keluarga dan
nyawa sendiri demi tanah air, inilah makna Sumpah Pemuda bait pertama ini.
Kondisi saat ini telah berbeda, dengan berlakunya sistem
demokrasi yang cenderung liberal (Demokrasi Pancasila mulai pudar sejak Orba),
maka banyak jiwa rakyak kita telah hilang ruh/semangat pemuda Indonesia tahun
1928 pada saat itu. Tawuran antar pemuda, pelajar, hingga mahasiswa. Ditambah
lagi oleh para pengkhianat bangsa yang menghancurkan generasi muda dengan
mengedarkan Narkoba.
Tidak pelak lagi, para pemimpin negeri ini, baik
legislatif, eksekutif, dan yudikatif, turut membuktikan bahwa mereka bukanlah
mengabdi, tapi mencuri hak-hak rakyat. Mereka (penguasa) menipu rakyat dan
bersekongkol dengan kepentingan kelompok dengan membuat undang-undang. Mereka
(penguasa) merampas uang rakyat dengan korupsi, dan juga mereka (penguasa)
minindas hak rakyat dengan pangkat dan jabatannya.
Kontribusi atau tindakan yang dapat lakukan demi
mewujudkan cinta tanah air diantaranya:
1. Berprestasi di bidang masing-masing
2. Mengabdi sunguh-sungguh (hindari korupsi uang, jabatan, ataupun
waktu kerja àwaktu kerja jangan berkeliaran ke mall )
3. Menciptakan kreasi, inovasi ekonomi bisnis
4. Aktifkan menggunakan produk dalam negeri
Berbangsa yang
Satu, Bangsa Indonesia
Dalam KBBI, bangsa, berarti : kelompok
masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta
berpemerintahan sendiri: 2 kumpulan manusia yang biasanya terikat karena
kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan menempati wilayah tertentu
di muka bumi;
Salah satu faktor utama keberhasilan rakyat Indonesia
memperjuangkan kemerdekaan adalah jiwa yang berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Dalam hal ini, rakyat kita memiliki kesamaan
1. Sejarah à ditindas dan dibelenggu oleh penjajah
2. Budaya à kebersamaan kultur terutama ditiap pulau (Jawa,
Sumatera, Borneo dll)
3. Hukum Adat à hukum adat yang relatif yang sama
4. Tekad à Tekad untuk merdeka
Saat ini, bangsa kita tidak lagi menghadapi secara fisik
maupun hukum negara oleh kolonialisme. Namun, saat ini (80 tahun setelah Sumpah
Pemuda), bangsa kita sedang menghadapi : bangsanya sendiri, perusahaan
kapitalis, penjajahan ekonomi dan politik asing, dan ancaman kedaulatan
(pulau-pulau di perbatasan).
Untuk itu, butuh kontribusi atau tindakan yang dapat
lakukan saat ini demi mewujudkan nilai kebangsaan diantaranya:
1. Pendidikan dan informasi yang tepat mengenai sejarah dan
nasionalisme bangsa.
2. Turut mengembangkan tarian, musik, kerajinana tangan dan
pariwisata lokal.
3. Menghargai keragaman budaya. Budaya menjadi kekuatan bangsa
untuk melawan musuh bangsa. à Perlu pertimbangan matang pro-kontra RUU
Pornografi (dapat dijadikan instrumen asing untuk memecahbelah bangsa).
4. Bangga menjadi Bangsa Indonesia. Belajar dan berkaryalah di
negeri ini, demi manfaat rakyat kita.
Menjunjung
Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia
Di era 20-an, karena tiap pulau memiliki perbedaan
bahasa, maka antara orang yang berbahasa A dan B kurang memiliki rasa
kebersaman. Jika kita memiliki kesamaan bahasa, maka rasa kekeluargaan,
kebersamaan akan semakin kuat. Inilah mengapa para pemuda sepakat untuk
berikrar mempelajari, dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu
untuk melawan penjajah.
Dalam hal ini, bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh
setiap generasi muda kita, agar kekuatan rasa memiliki Indonesia masih terus
ada. Hal ini akan terasa jika kita ke luar negeri dan bertemu sesama orang
Indonesia, maka rasa cinta pada bangsa sendiri akan muncul. Inilah filosofinya.
Artinya menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia
adalah tetap menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Terutama pada
acara formal : kenegaraan, resmi, dari peserta yang berbeda. Dan satu hal yang
mulai mengakar, yakni kelalaian pengguanan bahasa Indonesia secara formal. seperti
sering kita dengar para pejabat negara yang menggunakan bahasa Indonesia
diiringi bahasa ssing ketika menyampaikan informasi ke publik.
Namun, ini bukan berarti bahwa selama hidup kita
menggunakan bahasa Indonesia saja. Kita perlu menjaga bahasa daerah kita. Kita
perlu belajar bahasa internasional juga. Tetap menggunakan bahasa Indonesia,
tanpa ketinggalan memelihara bahasa lokal dan memperkaya bahasa Internasional,
Inggris, Mandarin, Jepang, Arab. Di rumah atau di satu desa, kita dapat
menggunakan bahasa ibu, bahasa daerah kita. Dalam pergaulan nasional sudah
semestinya menggunakan bahasa Indonesia. Begiti juga bahasa asing dalam
pergaulan internasional. Menggunakan bahasa dapat disesuaikan dengan lingkungan
dan situasi
Selamat Hari
Pemuda Indonesia
Semoga Bangsa kita menjadi maju dan rakyat hidup adil, sejahtera dan
makmur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar